http://www.ambonekspres.com/index.php?option=read&cat=53&id=32382

MINGGU, 05 Februari 2011 | 156 Hits


Indonesia Mengarah ke Negara Gagal
Pemerintah Tidak Tahu Malu 
Jakarta, AE.- Pemerintah dinilai sudah tidak tahu malu karena banyak janji yang 
tak ditepatinya. 

Pemerintah diminta untuk tak mengabaikan peringatan dari rakyatnya. "Pemerintah 
tidak tahu malu karena tidak memenuhi janjinya dan masih banyak orang miskin," 
ujar Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Anhar Gonggong. Hal tersebut 
dikatakannya saat diskusi dengan tokoh Lintas Agama, Akademisi dan Forum Rektor 
di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (4/2). Menurut 
sejarawan ini, upaya untuk mewujudkan kesejahteraan adalah tugas dari negara. 
Sayangnya, kebijakan pemerintah tidak menyentuh bidang strategis untuk 
memperbaiki kesejahteraan, salah satunya pendidikan. "Kesejahteraan adalah 
janji setelah kemerdekaan. 

Saya tidak melihat perbedaan antara tidak memenuhi janji setelah merdeka dengan 
kebohongan," jelasnya. Sementara itu, pengajar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) 
Driyakara Romo BS Mardiatmadja mengkhawatirkan peringatan dari tokoh lintas 
agama dan akademisi tidak membuat pemerintah tersadar atas permasalahan yang 
terjadi di masyarakat. "Peringatan itu seperti jam weker. Seringkali sudah kita 
pasang tapi tidak membuat terbangun. Kalau peringatan kebohongan ini tidak 
diperhatikan nanti kondisi akan semakin parah. Karena komunikasi apapun tanpa 
dilandasi kejujuran takkan berhasil. Apalagi komunikasi politik," tutur BS 
Mardiatmadja. 

Forum Rektor mengingatkan pemerintah bahwa Indonesia saat ini sudah mulai 
menuju ke dalam keadaan negara gagal. Indonesia berada diperingkat 61 dari 170 
negara yang termasuk dalam indeks negara gagal 2010. "Negara kita sudah dekat 
menjadi negara gagal dan kalau tidak diperbaiki pemerintah, pada tahun akan 
datang menjadi negara gagal," ujar anggota Forum Rektor Sofian Effendi. Menurut 
Sofian, berdasarkan hasil indeks negara gagal, Indonesia berada di urutan 61 
dari 170 negara. Dalam indeks itu, Somalia berada di urutan pertama. "Salah 
satu ukurannya adalah jumlah populasi penduduk Indonesia yang terus meningkat 
dan program pemerintah gagal total," terang Mantan Rektor Universitas Gadjah 
Mada (UGM) ini. Ukuran lainnya menurut Sofian adalah kesenjangan antara daerah 
di wilayah Indonesia semakin besar. Ia mencontohkan, provinsi Papua dan Papua 
Barat adalah salah satu wilayah yang termiskin di Indonesia dengan perbandingan 
lebih dari 17 kali lipat dengan daerah lain. "Ini sangat berbahaya dan ketika 
mereka meminta melepaskan diri, itu berarti membuktikan ketidakpuasan rakyat," 
terangnya. 

Pada sektor pelayanan publik, anggaran Indonesia sama sekali tidak pernah 
meningkat, bahkan nyaris tidak ada dibandingkan banyaknya anggaran untuk 
birokrasi. Saat ini juga, terjadi delegitimasi terhadap pemerintah. Sofian 
menyebutkan, terdapat 157 kepala daerah yang saat ini terkait dengan meja 
hijau. Malahan, satu diantara kepala daerah tersebut dilantik saat dirinya 
berstatus terpidana. "Lalu terpecahnya elit politik dan elit penguasa. Ini 
semua adalah tanda-tanda negara gagal," sebut sofian. Tokoh lintas agama Din 
Syamsuddin meminta pemerintah untuk tidak bersikap defensive dan berapologi 
terhadap setiap kritikan. Kritikan yang disampaikan jangan diartikan negatif, 
tetapi cenderung ke arah pesan moral. "Kami sayangkan pemerintah bersifat 
defensif, apologis, dan itu merupakan sikap yang lari dari masalah," ujar Din 
Syamsuddin. 

Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menyarankan, pemerintah harusnya bisa 
berinstropeksi diri dan meminta pemerintah untuk terus berkarya. "Tidak perlu 
mengalihkan perhatian ke arah personal," kata Din Syamsuddin. Dia menambahkan, 
"Apa yang kami suarakan adalah pesan moral." Din menjelaskan, saat ini 
Indonesia berada dalam kondisi yang terpuruk di lihat dari berbagai segi 
kehidupan. "Sedikit lagi Indonesia masuk ke dalam negara gagal," sebutnya. 
Sementara itu, Syafii Maarif juga mengingatkan agar Indonesia jangan sampai 
menjadi negara yang gagal. "Oleh karenanya menurut saya, kita perlu bersuara," 
terangnya. Hadir pula dalam acara itu tokoh lintas agama antara lain Franz 
Magnis Suseno, Din Syamsuddin, Romo Benny Susetyo, Syafii Maarif dan Efendi 
Gazali. (dtc)

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke