REFLEKSI: Beda antara manusia dengan monyet ialah monyet tidak mengenal emas 
dan nilainya serta memfaedahkannya sekalipun sebesar sebuah  jembatan. Sama 
halnya bagi mayoritas manusia di nergara  Indonesia sekalipun berada di 
jembatan emas  tidak  memperoleh feadah hidup, terkecuali penguasa negara dan 
bandit-bandi berlambang ahli ilmu langit biru. 


http://www.suarapembaruan.com/News/2006/08/08/Editor/edit01.htm

SUARA PEMBARUAN DAILY 

Kemerdekaan Adalah Jembatan Emas
Oleh Binsar Hutabarat

 

Kemerdekaan adalah jembatan emas. Artinya, kemerdekaan bukan akhir dari 
perjuangan. Kemerdekaan bagi Indonesia seharusnya menjadi awal bagi perjuangan 
untuk memerdekakan rakyat Indonesia. 

Tepat pada tanggal 17 Agustus 2006, Indonesia genap berusia 61 tahun. 
Kemeriahan perayaan HUT RI kali ini sudah mulai terasa. Penjual-penjual bendera 
merah putih dengan segala asesorisnya sudah mulai tampak memamerkan 
dagangannya. Demikian juga dengan pertandingan-pertandingan olahraga, yang 
biasa digelar untuk memeriahkan hari yang sakral tersebut, juga sudah mulai 
terlihat. 

Mensyukuri kemerdekaan yang telah kita raih merupakan sesuatu yang patut 
dilakukan, namun melakukan instrospeksi untuk melihat sejauh mana cita-cita 
kemerdekaan telah kita capai, tidak boleh diabaikan. Karena kemerdekaan adalah 
jembatan emas untuk memerdekakan rakyat Indonesia dari keterbelakangan. 


Wajah Buram Indonesia 

Dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia misalnya, 
Indonesia jauh tertinggal. Memang Indonesia berhasil mengukir prestasi indah 
dalam olimpiade sains dan fisika belum lama ini. Namun itu hanya menunjukkan 
bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar. 

Potensi itu belum diberdayakan secara maksimal. Buktinya, walaupun salah 
seorang peraih medali olimpiade tersebut berasal dari Papua, sampai saat ini 
tribalisme yang mengarah kepada barbarisme masih terlihat nyata di kawasan 
paling timur negera kita itu. Perang suku di Mimika, yang masih berlangsung 
hingga saat ini dan telah menelan korban 12 orang meninggal dan dua ratusan 
orang terluka, melukiskan wajah Papua yang buram. Dan jika pada awalnya orang 
Malaysia banyak yang belajar di Indonesia, sekarang orang Indonesia lebih getol 
belajar di Malaysia atau Singapura. 

Wajah buram Indonesia tidak hanya dapat dibaca di Papua, tetapi juga pada 
daerah-daerah lain. Perang antarsuku bukan hanya terjadi di Papua, tetapi juga 
di Kalimantan, dan daerah lain. Orang Madura diusir dari Kalimantan, orang Jawa 
diusir dari Aceh. Belum lagi pengkaplingan dan penutupan daerah berdasarkan 
sentimen agama, seperti di Halma-hera dan Ambon yang dikapling- kapling 
berdasarkan agama. Hal yang sama juga terjadi di Poso, bahkan di Bekasi yang 
sudah cukup maju pun masih ada klaim pengkaplingan daerah berdasarkan agama. 

Wajah buram Indonesia juga dapat dibaca jelas lewat banyaknya pengangguran dan 
orang miskin. Bicara tentang kemiskinan dan pengangguran, Indonesia jauh lebih 
miskin dibanding Malaysia dan Singapura. Sekitar 64 juta rakyat Indonesia hidup 
miskin di penghujung akhir tahun 2005. Artinya, hampir seperempat penduduk 
Indonesia berada dalam kemiskinan. Awal tahun 2006 pengangguran diperkirakan 
mencapai sekitar 10 juta orang, belum lagi ditambah pemutusan hubungan kerja 
(PHK) yang terjadi tahun ini. 

Keterpurukan Indonesia saat ini menjadi lengkap akibat bencana yang tidak 
mengenal belas kasihan, baik di Aceh, Nias, Yogyakarta dan Jawa Tengah, 
Pangandaran, dan lain-lain. Jumlah orang miskin, pengangguran, bertambah terus. 
Penyakit dan kejahatan merajalela. Jakarta sebagai pintu gerbang Indonesia 
sudah mulai dijauhi turis mancanegara karena dinilai kurang aman. 

Belum adanya sistem penanggulangan bencana yang baik, bencana beruntun kali ini 
menyebabkan tingkat kemiskinan melambung tinggi. Padahal, sebagai negeri yang 
berada di kawasan rawan bencana, sistem penanggulangan bencana mestinya terus 
mengalami perbaikan. 

Dalam kondisi seperti ini, masihkah mereka yang menderita tersebut bisa 
bersyukur atas kemerdekaan yang kita alami? Tidak sedikit orang Indonesia yang 
lebih memilih berganti kewarganegaraan daripada harus bergulat bersama 
mengatasi krisis yang terjadi. Undang Undang Kewarganegaraan yang baru 
diberlakukan, tentu merupakan angin segar khususnya bagi WNI keturunan yang 
sering diperlakukan diskriminatif. UU ini mungkin sedikit melegakan, tapi tidak 
cukup kuat untuk menahan lunturnya nasionalisme yang telah mengalami 
kebangkrutan. Itulah wajah buram Indonesia saat ini yang bisa memungkinkan kita 
mengikuti jejak negara Uni Soviet Rusia yang terpecah. 


Makna Kemerdekaan 

Mengenai makna kemerdekaan, Soekarno secara tegas menjelaskan demikian, 
"Saudara-saudara, apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun '33 saya telah 
menulis risalah yang bernama 'Mencapai Indonesia merdeka'. Maka didalam risalah 
tahun'33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, polietieke 
onafhankelijkheid, political independence, tak lain tak bukan, ialah satu 
jembatan, satu jembatan emas. Saya katakan didalam kitab itu, bahwa 
diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat." 

Soekarno menjelaskan bahwa Indonesia harus siap merdeka. Indonesia tidak perlu 
menunggu segalanya menjadi baik, baru memberanikan diri untuk merdeka, lepas 
dari penjajah. Menurut Soekarno, mengutip perkataan Armstrong, Ibn Saud 
mendirikan Saudi Arabia Merdeka hanya satu malam. Sebanyak 80 persen rakyatnya 
pada waktu itu masih nomad, bahkan mereka tidak tahu bahwa mobil harus 
menggunakan bensin, sehingga rakyatnya pernah memberikan gandum pada mobil Ibn 
Saud. Setelah proklamasi kemerdekaan barulah Ibn Saud membangun rakyatnya. Jadi 
kemerdekaan adalah jembatan emas. Di dalam Indonesia merdeka itulah baru kita 
memerdekakan rakyat kita (lihat pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945) 

Pemahaman Soekarno mengenai makna kemerdekaan harus menjadi dasar bagi 
instrospeksi sebagai bangsa. Benarkah kita sudah berjuang untuk memerdekakan 
rakyat Indonesia? Benarkah kita mengakui bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas 
sebagai peluang emas untuk membangun masyarakat adil dan makmur yang kita 
rindukan? 

Wajah buram Indonesia Indonesia akan segera menjadi cemerlang jika kita 
mengakui kemerdekaan adalah jembatan emas. Keputusan untuk bersama-sama 
menyeberangi jembatan emas adalah keputusan bersama. Indonesia bukan hanya satu 
secara politik dalam ikrar kemerdekaan, tetapi harus menjadi masyarakat 
Pancasila yang satu. 

Artinya kita tidak boleh lagi berdebat mengenai kesatuan Indonesia yang kita 
ikrarkan, sebaliknya kita harus terus menjaga kesatuan dalam seluruh bidang 
kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangan setiap orang Indonesia adalah 
perjuangan untuk semua, dan perjuangan Indonesia (semua) untuk satu. Dalam 
Indonesia merdeka semua individu memiliki hak untuk mengalami kemerdekaan dan 
dimerdekakan. Jika ini terjadi, maka semua orang Indonesia pasti akan 
meneteskan air mata mengenang perjuangan para pahlawan yang tanpa pamrih, rasa 
kebangsaan kita makin kokoh, kejayaan Indonesia hanya tinggal menunggu waktu 
saja. Sayangnya yang terjadi adalah sebaliknya. 

Sejarah Indonesia melaporkan, perang sesama rakyat Indonesia telah terjadi 
menjelang pengakuan kedaulatan. Keberhasilan pemerintah memadamkan 
pemberontakan juga tidak menghentikan pertikaian dalam bentuk lain. Munculnya 
komunalisme suku, budaya dan agama yang nyata dalam kerusuhan-kerusuhan yang 
terjadi, misalnya perang antarsuku, merupakan bukti bahwa kita sering lupa 
bahwa waktu menyeberangi jembatan emas itu kita harus melakukannya 
bersama-sama, bahkan saling berpegangan erat. 

Telah terbukti para pendahulu kita berjuang bersama dalam perang-perang gerilya 
mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa tersebut terjadi ketika menyeberangi 
jembatan emas. Seandainya kita selalu mengingat semangat kebersamaan para 
pendahulu kita pada waktu menyeberangi jembatan emas itu, kita pasti berbeda 
dengan kondisi sekarang. Waktu masih panjang, kita belum terlambat. 
Mudah-mudahan peringatan hari kemerdekaan ini membuat kita tidak lagi lupa 
dengan kenangan melewati jembatan emas kemerdekaan. 


Penulis adalah Peneliti pada Reformed Center for Religion and Society 


Last modified: 7/8/06 

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to