Refleksi : Bukan peka tetapi tidak dianggap penting. Bukankah  kekuasaan negara 
berada dalam genggaman kaum elit, jadi tentu sekali kepentingan mereka yang 
paling diutamakan.

http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/kepekaan-penyelenggara-negara/3054

Kepekaan Penyelenggara Negara
Rabu, 26 Januari 2011 | 12:39

Kepekaan penyelenggara negara merespons berbagai persoalan bangsa kian hari 
kian dipertanyakan. Aneka kritik yang datang dari berbagai kalangan dengan 
isu-isu yang sangat beragam belakangan ini, merefleksikan lambannya respons 
penyelenggara negara terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Tak 
pelak kepercayaan rakyat terhadap para penyelenggara, baik eksekutif, 
legislatif, maupun yudikatif  di tingkat daerah maupun pusat, kian tipis dari 
waktu ke waktu. Kesan bahwa para penyelenggara negara lebih peduli pada diri 
sendiri ketimbang rakyat, makin tertanam dalam sanubari banyak orang. 
Ujung-ujungnya, Presiden SBY sebagai orang nomor satu di republik ini menjadi 
sasaran ketidakpuasan masyarakat.

Tak heran, bila akhirnya para tokoh agama pun akhirnya turun gunung 
bergandengan tangan  menyerukan keprihatinan mereka atas kinerja pemerintahan 
Presiden SBY. Mereka dengan telak menuding pemerintah membohongi rakyatnya. 
Mereka mengambil sikap itu antara lain karena melihat DPR dan aparat penegak 
hukum tak mampu bekerja sebagaimana mestinya. 

Celakanya, alih-alih mendengar dan merespons kritik tersebut dengan jiwa besar, 
para punggawa pemerintah sibuk melakukan serangan balasan. Substansi kritik 
tidak ditelaah lebih dalam agar bisa memberikan respons positif, tapi langsung 
bersikap reaktif dengan menjelek-jelekkan pengkritik.   

Para penyelenggara negara tampaknya kurang peduli dengan the song, yang mereka 
pentingkan adalah the singer. Mereka tak peduli dengan substansi kritik, tapi 
fokus merespons dan membalas menjatuhkan yang mengkritik. Di sinilah kepekaan 
para penyelenggara negara yang dikomandani Presiden SBY diuji.

Karena itu, bila ingin pemerintahan ini berakhir sesuai masa tugasnya 2014, tak 
ada pilihan lain bagi pemerintah selain mengasah kepekaan dan mengubah pola 
merespons kritik. Selama ini, pemerintah cenderung merespons kritik dengan 
banyak retorika mengedepankan data-data sukses versi sendiri, sementara 
masyarakat berangkat dari realitas yang mereka rasakan sehari-hari. Sebagai 
contoh, pemerintah senantiasa menggembar-gemborkan kesuksesan menurunkan angka 
kemiskinan dengan standarnya sendiri yang jauh di bawah standar Bank Dunia, 
sementara masyarakat merasakan hidup hari ini lebih sulit dari kemarin, akibat 
meroketnya harga-harga kebutuhan pokok.

Tak ada cara lain yang lebih efektif ketimbang memberikan bukti konkret melalui 
kerja nyata. Biarlah bukti yang bicara, bukan dengan kata-kata semata. Rakyat 
pasti akan bisa memahami bila mereka melihat ada upaya yang serius, kendati 
belum sepenuhnya berhasil. Yang dikhawatirkan sekarang adalah gembor-gembor 
sukses dibangun di atas kebohongan. Ini yang harus diakhiri. Sekali kita 
berbohong, maka kita tidak akan pernah berhenti berbohong untuk menutupi 
kebohongan-kebohongan sebelumnya.

Kita melihat situasi saat ini sudah mulai mirip dengan kondisi tahun 1998, 
menjelang jatuhnya rezim Soeharto. Tingkat ketidakpercayaan publik (public 
distrust) terhadap penyelenggara negara terus merosot. Ini terlihat jelas 
dengan makin maraknya aksi unjuk rasa dengan peserta yang makin beragam dan 
massif. Kita tentu  tidak ingin rezim ini berakhir tragis. Karena itulah, kita 
mendorong adanya kepekaan pemerintah merespons kritik. 

Kita percaya, SBY pribadi punya keinginan kuat untuk membenahi karut marut 
negeri ini. Yang jadi persoalan adalah bagaimana SBY sebagai Presiden bisa 
menggerakkan para penyelenggara di bawahnya agar lebih peka dan mau bekerja 
maksimal merespons keinginan rakyat sebagaimana yang disuarakan para tokoh 
lintas agama. Jangan seperti sekarang, para pembantu Presiden lebih sibuk 
"mencari muka" dengan gencar bicara menyerang balik para pengkritik pemerintah. 
Pembantu model begini tak layak dipertahankan.

Tanpa perubahan pola komunikasi politik itu stabilitas politik tidak akan 
pernah bisa dibangun. Padahal tanpa stabilitas politik mustahil kita bisa 
maksimal membangun bangsa ini. Kita berkepentingan mengawal pemerintahan ini 
agar tuntas menjalankan tugas memperbaiki kesejahteraan rakyat hingga 2014. 
Namun semua itu tetap berpulang pada kemauan dan kinerja pemerintahan sendiri. 
Kinerja yang baik pasti akan mampu mengembalikan kepercayaan publik.

Terkait pemulihan kepercayaan publik, selain merespons konkret  kritik para 
tokoh agama, pemerintah juga harus menjaga agar tidak terjadi hiperinflasi. 
Perubahan iklim harus bisa diantisipasi agar harga-harga tidak terus 
membumbung. Kenaikan harga akan membuat rakyat makin antipati pada pemerintah 
dan stabilitas politik tidak akan pernah ada di republik ini.

Harus diakui, kendati kritik makin massif, modal politik pemerintahan SBY masih 
besar. Sejumlah survei memperlihatkan bahwa bila pemilihan presiden dilakukan 
hari ini, maka mayoritas rakyat masih tetap memilih SBY. Selain itu, tingkat 
kepercayaan masyarakat internasional pun masih tinggi. Buktinya, Presiden SBY 
mendapat kehormatan menjadi tamu utama pada perayaan ke-61 The Republic Day 
atau hari lahir negara India, Rabu (26/1)ini. Selain itu, mulai 2011 ini 
Indonesia dipercaya menjadi Ketua ASEAN, yang membawa konsekuensi Indonesia 
menjadi tuan rumah sejumlah perhelatan ekonomi dan politik internasional.

Namun, tak boleh dilupakan, tingkat kepercayaan itu mudah tergerus habis 
manakala pemerintah terus memelihara ketidakpekaan dan ketidakpedulian terhadap 
kritik yang mengemuka. Percuma membangun citra positif di dunia internasional, 
kalau di dalam negeri sendiri ditentang rakyat.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to