Ada pernah saya dengar cerita tentang seorang laki-laki
bernama Jurik Kambuik. Di
dusun kami cerita tentang si Jurik ini masih tetap diceritakan hingga kini. 
Beginilah
ceritanya. 

 

Jurik Kambuik ini anak seorang tukang jual obat kakilima di pasar. Di
daerah kami tukang jual obat tidaklah sekadar menunggui dagangannya saja,
tetapi juga berpidato berapi-api tak kalah dengan politisi di masa kampanye. 
Yang
satu menjual obat yang dikatakannya berkhasiat untuk segala penyakit, sedang
yang lain menjual mimpi. Pada dasarnya kedua golongan ini sama-sama menjual
omongkosong. Seperti umumnya politisi, Bapak si Jurik Kambuik ini juga dikenal
tukang main perempuan. Seorang pemacak yang tak berguna.  Akhirnya bapak si 
Jurik Kambuik mati dirumah
bordil kena sipilis.

 

“Buah tak jatuh tak jauh dari
pohonnya” begitulah kata pepatah. Begitu
bapaknya begitu pula anaknya. Si Jurik Kambuik mewarisi sebagian besar 
sifat-sifat
bapaknya: tukang omongkosong dan tukang main lonte. Setelah badan menjadi
ringkih ia menumpang hidup kepada lonte londo yang termakan rayuan gombal ala
tukang jual obat. Tetapi disamping itu si Jurik Kambuik versi yang lebih rusak
dibanding bapaknya. Pandai benar ia mengembangkan gen kriminal yang diturunkan
bapaknya itu. Seburuk-buruk kelakuan bapaknya, tak seperti si Jurik tak pernah 
ia
menukar imannya dengan imbalan sesuap nasi. Juga tak pernah ia menghamba-hamba
kepada negara penjajah bagai inlader tolol dihadapan marsose atau terkagum-kagum
kepada tulisan kaum orientalis. 

 

Perkara yang bikin sakit hati orang dusun kami adalah ketika mereka
dikibuli mentah-mentah oleh si Jurik Kambuik yang datang merengek-rengek
meminta gelar adat. Ada memang satu dua orang yang curiga dengan permintaan si 
Jurik
Kambuik itu, tapi berkat bualannya yang lihai segenap ninik mamak sukunya
terpedaya.  Orang-orang dusun mengira si
Jurik Kambuik ini orang alim yang datang dari rantau setelah lama menuntut
ilmu. Maklumlah ia menganjurkan orang memperbaiki surau lama yang sudah rusak
lengkap dengan bualan-bualannya tentang masa lalu agama di dusun itu. “Kalau
bukan kita siapa lagi yang akan membangkitkan batang terandam, angku”, katanya
membual. Singkat cerita, berhasil juga si Jurik Kambuik dapat gelar adat itu. 
Tetapi
lama kelamaan tau juga kaum sukunya soal kebangsatan si Jurik itu. Setelah
terbuka kartunya, sekarang tak pernah lagi ia pakai gelar adat itu.

 

Bagaimana cerita si Jurik Kambuik selanjutnya? Tak banyak orang yang tahu.
Tepatnya mereka tak mau tau. Paling-paling kalau ada yang menyindir-nyindir
sambil bergarah-garah perkara gelar adat yang terlanjur diberikan kepada si
Jurik, ninik mamak hanya sekedarnya saja menjawab: “untung tak dapat diraih,
malang tak dapat ditolak” buyuang. “Anggap sajalah gelar itu buang sial kepada
keluarga sialan itu, yang jelas tidak akan ada kaum kita yang akan bermamak
kepada si Jurik baribeh itu”.  “Matilah
dia terjongkang di kubangan busuk”, lanjut ninik mamak menyumpah-nyumpah.

 

Menurut cerita orang sekampung
yang seperantauan, kabarnya sekarang ini si Jurik Kambuik sudah semakin tua.
Dan tentu saja semakin tak beres otaknya. Saban hari kerjaannya membuang-buang
waktu diisi dengan omongkosong, bual, asung (hasut) dan fitnah.

 

Lalu, saya jadi teringat kepada
ajaran Islam tentang umur. Begini kira-kira bunyinya: “Sebaik-baiknya umur 
adalah
mereka yang sepanjang umurnya itu, tak peduli singkat atau panjang, bermanfaat
buat orang banyak. Dan seburuk-buruknya umur adalah umur yang panjang tapi tak
bermanfaat.”  Umur panjang yang tak
bermafaat saja sudah dicela sebagai “seburuk-buruknya umur”, konon lagi umur
panjang yang diisi dengan segala keburukan. Pastilah sebuah “umur yang nista”.
Dan si Jurik Kambuik agaknya termasuk golongan manusia yang serupa itu. Kalah
ia dengan daun kayu yang sudah busuk yang ada juga gunanya sebagai kompos.

 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke