http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=5765
Jumat, 21 Okt 2005, Mandul, Sering Salah Tangkap JAKARTA - Seringnya polisi salah tangkap terhadap orang-orang yang dicurigai terlibat bom Bali II mulai menuai banyak kecaman. Koodinator Kontras Usman Hamid mengatakan, kesalahan menangkap orang itu merupakan potret buram kepolisian dan intelijen di Indonesia. "Memang, ada upaya yang masif untuk mengejar para pelaku. Tapi, pada saat yang sama, salah tangkap menunjukkan rendahnya kemampuan deteksi dini intelijen dan profesionalitas aparat kepolisian," kata Usman. Hingga saat ini, menurut Usman, setidaknya 20 orang telah menjadi korban salah tangkap. Mereka, di antaranya, berasal dari Jember, Banten, Sukabumi, Nusa Tenggara Timur (NTT), Panarukan, dan Manado. "Cara asal tangkap ini adalah bentuk diskriminasi bila dibandingkan dengan penanganan kasus Munir yang mengabaikan orang-orang yang mencurigakan," tegas mantan sekretaris Tim Pencari Fakta (TPF) Munir itu. Anggota Komisi I DPR Yuddy Chrisnandy berharap agar pemerintah dan penegak hukum tidak mengabaikan hak sipil dan hak asasi manusia dalam menangani aksi teror. "Penangkapan-penangkapan yang terjadi akhir-akhir ini cenderung sewenang-wenang," tandasnya. Dia menentang penangkapan yang tidak dilengkapi dengan surat penangkapan dan pemeriksaan yang tidak didampingi pengacara. "Bahkan, ekspose identitas seseorang yang diduga teroris tanpa didasari bukti kuat menjadikan nama baik yang bersangkutan tercoreng. Ini pelanggaran hak-hak sipil dan hak asasi manusia," ujarnya. Anggota Komisi III DPR Benny K. Harman menambahkan, berbagai kasus bom yang terjadi selama ini menunjukkan betapa lemahnya sistem intelijen negara. Pemerintah juga sangat panik dengan kasus-kasus bom di tanah air. "Ini terlihat dengan banyaknya korban salah tangkap. Masak, mukanya tidak sama ditangkap," katanya. Bukti pemerintah panik juga bisa dilihat dari rencana menghidupkan kembali komando teritorial (koter). Padahal, koter adalah peninggalan Orde Baru dan tidak sesuai dengan era reformasi. "Bagi saya jelas, filosofi koter adalah rakyat musuh negara yang harus dijaga dan diinteli sehingga tidak merugikan," jelasnya. Ditanya apakah Komisi III DPR akan memanggil Kapolri Jenderal Polisi Sutanto untuk meminta penjelasan soal penanganan bom Bali II, Benny mengatakan sedang merencanakan itu. "Mungkin setelah masa reses," ujarnya. Sementara itu, pengusutan bom Bali II masih gelap. Polisi belum bisa mengurai jejak identitas ketiga pelaku bom bunuh diri itu. Tes DNA ternyata belum dilakukan polisi karena belum ada DNA pembanding. "Sampai sekarang, kita belum melakukan tes DNA karena kita memang sama sekali tidak tahu identitasnya," kata Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Soenarko di Mabes Polri kemarin. Untuk mengurai kasus itu, polisi kemarin menambah jumlah saksi yang diperiksa. Menurut Soenarko, ada 16 saksi baru yang diperiksa di Mapolda Bali. "Hasilnya kita tunggu saja. Sementara ini, identitas pelaku belum jelas dan analisis materi bahan peledak pun masih belum selesai," tambahnya. Soenarko juga menjelaskan bahwa lima orang yang selama ini diperiksa di Mapolda Sulawesi Utara juga dinyatakan tidak terbukti terlibat kasus teror. Tiga telah dibebaskan pada Jumat kemarin. Dua yang lain hingga kemarin siang masih dalam proses pembebasan. Di bagian lain, mantan Kapolri Jenderal Pol Da'i Bachtiar yang turut membantu pengungkapan bom Bali II mengatakan, pengungkapan kasus bom Bali IIi hanya soal waktu. Da'i memang punya pengalaman dalam mengungkap kasus bom Bali I, JW Marriott, dan Kedubes Australia. Tapi, mengapa pengungkapan bom Bali II kok lama? "Mengungkap kasus itu relatif. Kadang cepat, kadang lambat. Kita tinggal tunggu waktu. Yang diperlukan memang mengidentifikasi wajah, seperti dalam kasus bom Marriott yang ternyata Asmar Latin Sani," jawabnya. Kesulitan lain adalah bekas yang ditinggalkan bom Bali II sedikit. Mungkinkan pelakunya di luar jaringan terorisme yang dikenal selama ini? Mantan Kapolda Jawa Timur itu menjawab, "Analisis deduktif dari luar boleh saja. Tapi, harus fokus pada indikasi yang sudah ada, misalnya dari modus operandi. Yang paling tepat adalah analisis di tempat kejadian," katanya. Kapolri Bantah Salah Tangkap Arus mudik Lebaran bisa jadi dimanfaatkan buron teroris bom untuk menghindari kejaran polisi. Sinyalemen itu dilontarkan Kapolri Jenderal Pol Sutanto kemarin. "Tidak tertutup kemungkinan pelaku bom ikut aliran arus mudik Lebaran. Mereka bisa memanfaatkan kerumunan massa untuk pindah lokasi. Semuanya sudah diantisipasi oleh satuan kewilayahan," ujar Kapolri usai menutup Pendidikan Sespim Pendidikan Regional ke-41 di Lembang, Kabupaten Bandung, kemarin. Menurut Sutanto, segala hal yang menyangkut teroris, sekecil apa pun informasi dan keterangan yang masuk, akan diantisipasi secara intensif. Termasuk keramaian arus mudik. Karena itu, Kapolri memerintah jajarannya untuk tetap melakukan pengawasan terhadap kemungkinan gerakan mereka pada musim mudik dan balik Lebaran 1426 H ini. Sementara itu, adanya beberapa orang yang diciduk lantaran dilaporkan mirip pelaku teroris yang kemudian dibebaskan lagi, menurut Kapolri, hal itu bukan sebuah kesalahan penangkapan. "Bukan salah tangkap itu. Petugas bergerak atas laporan masyarakat yang menyebutkan orang tersebut mirip salah seorang yang dicari dalam kasus terorisme. Mereka dimintai keterangan. Kalau tidak benar, mereka dikembalikan," paparnya. Langkah itu, menurut Sutanto, sebatas antisipasi. Namun, polisi juga mengecek dan meminta keterangan dari orang yang dilaporkan masyarakat itu. Apakah aparat kepolisian harus memulihkan nama baik orang yang sempat diamankan, Kapolri menyatakan bahwa itu tidak perlu dilakukan. "Pemulihan nama baik tidak perlu. Nama baiknya nggak apa-apa. Dia bukan tersangka dan tidak ditetapkan tersangka," terangnya. (yog/naz/nto) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Life without art & music? Keep the arts alive today at Network for Good! http://us.click.yahoo.com/FXrMlA/dnQLAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/