Pacific Post, Senin, 9 Juli 2007 (Jayapura) 

Menilik Hak-Hak Ekonomi Masyarakat Papua

Oleh : G. Muabuay

Dalam kunjungannya di Jakarta akhir pekan lalu Anggota Kongres Amerika Serikat 
(AS)  asal Kepulauan Samoa yang bergugusan di Mikronesia Island itu, usai 
bertemu Presiden SBY, mengatakan "lega melihat komitmen SBY memperhatikan 
kondisi ekonomi serta kehidupan sosial rakyat Papua. Selain itu, SBY juga 
bertemu dengan tiga anggota Kongres AS, yakni David Drier dari California, 
James Moran dari Virginia, dan Donald Payne dari New Jersey.

Hasil simak-an berita-berita mass media nasional menyimpulkan, Kongresman AS 
yang pernah pada masa kecilnya tinggal di negara tentangga Papua New Guinea dan 
getol menyuarakan masalah Papua ini, rupanya telah mendapatkan penjelasan 
secara lengkap dari Presiden SBY dan anggota  kabinet Indonesia Bersatunya 
disertai tokoh-tokoh Papua seperti Gubernur Bass Suebu, Gubernur Bram Ataruri, 
Freddy Numberi, Yorris Raweyai, dan Willy Mandowen. Faleomavaega juga sempat 
bertemu dengan Komisi I DPR-RI, Rabu (4/7). Usai pertemuan itu, salah satu 
anggota Komisi I DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Pareira, mengatakan 
bahwa persepsi AS tentang Papua kini telah banyak berubah.

Kunjungan anggota Kongres AS ke Jakarta dalam zone politik hubungan luar negeri 
untuk peningkatan citra RI di mata AS ini diarahkan dengan menjelaskan soal 
peningkatan dan pemberdayaan ekonomi bagi perwujudan kesejahteraan sosial 
Rakyat di Provinsi tertimur nusantara ini. Persepsi AS terhadap Papua melalui 
ke empat anggota Kongres AS ini sempat diubah oleh kemampuan komunikasi politik 
dan persuasi politik pemerintahan SBY dan kalangan parlemen RI dalam kunjungan 
singkat tersebut. Ini menunjukkan keterhubungan kecerdasan politik dari 
Presiden SBY dan Komisi I DPRI yang kompak, terbuka, dan sangat-sangat berani 
untuk mengundang ketokohan orang yang disegani dari kalangan dalam sistem 
parlementer negara super power AS. Dimana maksud dan tujuan digelarnya 
pertemuan ini untuk membangun komunikasi dengan Kongres AS melalui pertemuan 
pisik dan berbicara dari hati ke hati. Hal ini juga menunjukkan prestasi 
politik presiden SBY dan Komisi I DPR-RI dalam misi membangun hubungan luar 
negeri. Di sela-sela isu Papua selama ini menjadi kerikil tajam bagi Jakarta di 
dunia Internasional.

Kini yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan Jakarta berhasil mengundang 
para senator Amerika itu datang ke Jakarta dan mengubah image mereka atas 
Papua, lantas Presiden SBY dan DPRI-RI sudah merasa yakin bahwa cerita seluruh 
isu Papua telah berakhir di mata parlemen Amerika Serikat?

Yang dapat menjawab pertanyaan itu adalah pemerintah Jakarta dan pemerintah di 
Tanah  Papua dalam strategi mempertahankan telah berubahnya persepsi sementara 
AS terhadap Papua ini. Sebab yang namanya politik itu dapat berubah hanya dalam 
perhitungan detik berdasarkan berkembanganya isu politik dan dapat mengubah 
lagi persepsi yang telah dicapai sebelumnya.

Hal ini mesti didukung dengan piranti-piranti sosial ekonomi plus hak-hak azasi 
manusia yang mesti lebih kokoh dan diberdayakan bagi orang-orang Papua. Sebab 
semua orang sudah tahu bahwa anggota-anggota Kongres AS negara adidaya yang 
diundang ke Jakarta oleh pemerintah dan DPR-RI itu dikarenakan mereka selalu 
ribut dengan menyuarakan masalah Papua di Amerika Serikat. Jadi dengan 
diundang-datangnya empat anggota Kongres AS itu dalam pengertian politik adalah 
bertujuan halus untuk membungkam mereka agar tidak lagi mempersoalkan masalah 
Papua.

Nah sesuai dengan strategi itu, dimana vocalis-vocalis politik asal AS itu 
dipengaruhi pikirannya oleh Jakarta dengan sajian nyanyian-nyanyian ekonomi dan 
sosial bagi kesejahteraan rakyat Papua. Maka hak-hak ekonomi dan sosial 
orang-orang di Papua yang hingga kunjungan Kongres AS ke Jakarta ini yang 
terlihat masih belum maksimal di tengah masa Otonomi Khusus ini. Mesti 
diimbangi dengan perwujudan nyata program-program ekonomi sosialnya bagi 
kepuasan orang-orang Papua. Walaupun kini sudah ada program-program pemerintah 
daerah yang telah berjalan dan didukung dengan gebrakan baru Gubernur Papua 
untuk mulai membangun segala dimensi kebutuhan rakyat yang dimulai dari 
kampung-kampung di Tanah Papua. Tapi masih belum maksimal seperti yang 
diharapkan semua pihak. Disamping Gubernur Barnabas Suebu dengan konsep 
pemikiran baru yang visioning dan konstruktif ini pun masih perlu didukung oleh 
kapasitas kinerja aparaturnya yang handal dan cepat tanggap di segala level 
sehingga dalam kepemimpinan lima tahunannya akan mulai terlihat orang Papua itu 
merasa sejahtera secara ekonomi dan sosialnya.

Sebab masih banyak orang Papua yang secara porsi hak-hak ekonomi tergeserkan 
tanpa bisa mampu bersaing dengan orang-orang dari luar Papua. Sebagai contoh 
paling sederhana adalah berdagang hasil bumi dan berwiraswasta pun orang Papua 
masih tersisih. Coba lihat di pasar-pasar umum di seluruh Tanah Papua. Orang 
Papua masih terpinggirkan di luar los-los Pasar. Salah satu contoh fakta 
peminggiran hak-hak ekonomi orang pribumi Papua misalnya di Pasar Swadaya di 
pusat kota Timika Kabupaten Mimika. Setiap harinya mama-mama asli Papua ini 
berjualan di atas tanah dan ruas jalan aspal dimana kendaraan hilir mudik hanya 
beberapa centimeter saja dari ban-ban kendaraan roda dua dan empat  di sisi 
barat dan utara dari Pasar Swadaya Timika. Mama-mama Papua di pertigaan dan 
perempatan jalan-jalan di lokasi-lokasi Satuan Pemukiman (SP) Transmigrasi dan 
beberapa lokasi di dalam kota Timika yang juga berbarengan dengan  transmigran 
asal luar Papua yang berjualan di atas tanah-tanah tanpa pasar yang memadahi.

Contoh pemadangan ini menunjukkan bahwa pemerintah di tingkat kabupaten seperti 
Mimika atau pun kabupaten lainnya di tanah Papua tidak mempunyai kepekaan 
sosial dan ekonomi terhadap persoalan ini. Melihat dengan mata luar tapi buta 
pandangan. Mata hati yang berdekatan dengan perasaan hati itu pun mati rasa. 
Orang-orang yang duduk di pemerintahan sebagai aparatur negara-pelayan 
masyarakat ini kebingungan dalam bekerja menetapkan program prioritas dan tidak 
prioritas. Berpikir hal-hal besar untuk isi perut sendiri dan tidak sadarkan 
diri terhadap persoalan-persoalan kecil yang ada di depan mata dan berserakan 
nyata di masa-masa pemerintahan mereka. Ada roh-roh setan, roh-roh 
ketidakbijaksanaan yang mengganggu jalan pikiran dan kehidupan pemerintahan 
mereka. Sehingga untuk melaksanakan wujud program pembangunan saja sulitnya 
bukan main. Hingga sulit merealisasi berbagai  program bagi peningkatan hak-hak 
ekonomi untuk kesejahteraan warga asli Papua. 

Dalam bidang dunia usaha atau kewiraswastaan pun hingga saat Otonomi Khusus 
berjalan 6 tahunan ini, belum terdengar ada pengusaha asli Papua yang termasyur 
namanya sebagai seorang pengusaha menengah dan atas yang dibanggakan oleh 
pemerintah dan rakyatnya. Yang ada hanyalah isu dimana orang Papua tidak mampu 
dalam berwiraswasta. Padahal yang namanya pemerintah, tidak perlu harus 
menyerah dan mengeluh dengan kondisi persoalan pembangunan yang wajar 
dihadapinya.

Untuk itu, maka penulis ingin memberikan solusi. Pertama, "jika pemerintah 
ingin menghapus image negatif atas fakta kehidupan ekonomi dan sosial 
masyarakat Papua ini, maka dirasakan perlu adanya campur tangan pemerintah 
pusat dalam pengawasan pelaksanaan Otonomi Khusus dalam seluruh dimensi di 
seluruh Tanah Papua. Campur tangan ini dimaksudkan terbatas pada pengawasan 
secara serius dan sungguh-sungguh dalam bentuk penerimaan laporan hasil 
pembangunan dan turun lapangan untuk cek langsung pencapaian pembangunan yang 
dihasilkan pemerintahan daerah-daerah di Papua. Sedangkan kreatifitas 
pelaksanaan program pembangunan adalah menjadi tugas dan tanggungjawab langsung 
pemerintahan di daerah-daerah Papua.  Kedua, "dalam bidang ekonomi dan sosial, 
orang-orang Papua perlu diberi kesempatan tanpa batas dan diawasi penuh oleh 
pemerintah pada seluruh kegiatan ekonomi orang-orang Papua. Pemerintah harus 
menyiapkan sarana-sarana penunjang kegiatan ekonomi orang-orang Papua seperti 
membangun pasar jualan sendiri yang memadahi dan diawasi dalam semangat Otonomi 
Khusus. Pemerintah harus mampu memberikan porsi yang lebih luas kepada 
orang-orang Papua yang memiliki jiwa enterpreneurship (kewirausahaan) untuk 
berusaha dan berbisnis tanpa harus diberi persaingan dengan pengusaha-pengusaha 
yang bukan Papua. Hal ini perlu diproteksi dengan berani dan berdasarkan pada 
tidak ada rasa kecemburuan sosial dari berbagai pihak untuk mengganggu misi 
pemerintah ini. Dengan alasan kuat bahwa perlakuan yang demikian adalah wajar 
dilakukan bagi kaum pribumi yang memiliki tanah air dimana mereka ingin eksis 
untuk menjadi tuan di atas tanahnya sendiri. Ketiga, dalam kesempatan 
bidang-bidang lain pun pemerintah harus berani mendorong setiap sektor 
pembangunan agar maju dengan siknifikan. Bidang pertanian, perikanan, 
pendidikan, kesehatan, pemukiman serta banyak bidang lainnya. Termasuk  
pembangunan pisik dan pembangunan sumber daya manusia Papua pun perlu terus 
diperhatikan, diikuti perkembangannya dan dipantau kemajuannya oleh pemerintah 
demi suatu perwujudan kemajuan bagi orang-orang Papua di segala lini.

Jika hal-hal ini dilakukan dengan baik, maka dapat mengobati perasaan hati 
orang Papua dan dapat membangun kembali kepercayaan politik terhadap pemerintah 
baik di daerah maupun pusat. Semangat untuk mengobati perasaan hati orang Papua 
di segala lini kini sedang mulai dibangun oleh Gubernur Barnabas Suebu yang 
masih perlu mendapat dukungan semua pihak. Selain itu, jika hal-hal ini tidak 
terlaksana dengan baik, maka akan sulit mengubah persepsi anggota-anggota 
Kongres Amerika Serikat itu termasuk masyarakat dunia internasional lainnya. 
(Penulis adalah Pemerhati Masalah Politik, Tinggal di Timika).


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke