http://www.suaramerdeka.com/harian/0512/24/nas06.htm

Natalan di Desa Terpencil Jepara
Umat Kristen dan Islam Memasak Bareng

       
      BERHADAPAN: Masjid Al Mubarak (kanan) berdiri berhadapan dengan sebuah 
gereja (kiri) di Dukuh Pekoso, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. 
(57j) - SM/Muhammadun Sanomae   
     
Upaya kerukunan antarumat beragama semakin digalakkan. Mereka yang berlainan 
agama pun berusaha mengimplementasikan kerukunan itu menjadi lebih konkret. 
Misalnya para pemuda muslim dengan sukarela menjaga keamanan pada saat Natal. 
Demikianlah gambaran kehidupan antarumat Kristen dan Islam di sebuah desa 
terpencil di Jepara yang cukup harmonis, seperti laporan wartawan Suara Merdeka 
kali ini. 

PEMANDANGAN yang cukup fenomenal. Di RT 2 RW 3, Dukuh Pekoso, Desa Tempur, 
Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, sebuah gereja berdiri persis di depan 
masjid. Cukup dekat, hanya terpisah jalan gang yang lebarnya tak lebih dari 
empat meter. Arsitektur gereja dengan luas bangunan 195 m2 itu cukup sederhana, 
tak tampak mewah. Cat dindingnya bermotif kalem. Pada 1988, gereja di sebelah 
timur jalan itu dibangun. Terpampang nama Gereja Injili Tanah Jawa (GITJ) di 
papan terasnya.

Di seberang jalan, persis di depannya berdiri sebuah masjid. Cukup megah untuk 
ukuran desa di lereng Gunung Muria atau sekitar 60 km timur laut pusat kota 
Jepara. Tak berlebihan menyebut desa penghasil kopi dan cengkih itu sebagai 
desa terpencil karena terletak di balik tebing-tebing. Di tengah desa itu 
terhampar sungai dengan aliran air jernih. Al Mubarak, demikian nama masjid 
yang baru dibangun pada 2001 dengan dana swadaya masyarakat setempat. 

Cukup ramai di gang jalan desa itu karena puluhan rumah warga dibangun saling 
berimpitan dekat gereja dan masjid. Bisa dilihat para muda-mudi yang 
duduk-duduk di teras rumah. Anak-anak yang bermain sambil berlarian. Apalagi 
saat musim panen kopi dan cengkih. Warga mengeringkan dua komoditas unggulan di 
jalan-jalan. Demikian pula saat musim panen jagung dan padi hingga tak ada 
kesan sepi di desa berpenduduk 4000 jiwa itu.

Lupakan sejenak "serial" konflik yang (konon) berlatar belakang agama di 
sejumlah daerah di Indonesia dan berbagai kota di negara lain. 

Dalam masalah kemasyarakatan, umat beda agama di Desa Tempur "tak sudi" membawa 
label dan simbol-simbol agama, apalagi larut dalam fanatisme "kebenaran" 
teologis masing-masing. Kedekatan bangunan rumah ibadah di perkampungan itu 
justru membawa keharmonisan, keakraban, dan kehangatan interaksi umat yang 
majemuk. 

Simaklah penuturan dua tokoh di perkampungan itu, yaitu Arifin (35) Ketua RT 2 
RW 3, Dukuh Pekoso yang juga pengelola masjid dan Pdt Suwadi, pemuka umat 
Kristen Protestan di Pekoso. 

Arifin memaparkan bagaimana masjid itu bisa berdiri di dekat gereja. Hingga 
2001, belum ada masjid di pedukuhan itu. Umat Islam berinisiatif membangun 
masjid. Tak ada tanah yang bisa dibeli kecuali tanah di depan gereja itu. 
Akhirnya, desa mengumpulkan tokoh umat Islam dan Kristen di balai desa soal 
rencana pendirian masjid itu. 

Pada 12 Mei 2001, diperoleh kesepahaman yang terdokumentasikan dalam lembaran 
bermeterai dan ditandatangani oleh perwakilan tokoh agama dari umat Islam dan 
Kristen. Inti kesepahaman itu adalah masing-masing pemeluk agama harus bisa 
menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat dan mememelihara toleransi dalam 
beragama. "Kedua pihak sepakat untuk memegang komitmen itu," ujar Arifin. 
Kesepahaman itu mengingatkan Piagam Madinah yang menjadi pijakan kehidupan 
keberagamaan di Madinah pada masa Nabi Muhammad. Ketika itu, sebagian besar 
penduduk Madinah adalah dari kalangan muslim. Umat Yahudi dan Nasrani menjadi 
minoritas. Sejarah kedamaian tersaji di Madinah kala itu.

Pemeluk Kristen Protestan di desa itu adalah kelompok minoritas, hanya ada 
sembilan keluarga. Tiap-tiap keluarga rata-rata terdiri atas empat orang. Dari 
jumlah itu, tujuh keluarga tinggal di Dukuh Pekoso. Pendatang pertama yang 
merintis pendirian gereja adalah Poniyah, guru SD desa setempat yang asli 
Yogyakarta. Dia adalah istri Pdt Suwadi yang asli kelahiran Desa Tempur. 
Sebelumnya, Suwadi adalah seorang muslim yang mengelola mushala di dukuh itu. 
Dia pindah agama sejak 1988. Suwadi adalah anak terakhir dari empat bersaudara 
yang semua muslim. Giran, salah seorang kakak kandungnya, kini menjadi takmir 
Masjid Al Mubarak. "Saya selalu menjalin dialog dengan saudara saya dalam 
menyelenggarakan kegiatan keagamaan," tutur Suwadi.

Dia menuturkan bagaimana keharuannya saat pesta Natal 2005 yang berlangsung 
pada Minggu (18/12). Ada 600-an umat Kristen yang hadir dalam pesta Natal di 
gereja itu. Sebagian besar dari luar daerah. Karena ruangan dan teras gereja 
hanya bisa menampung separo dari jumlah jemaat yang hadir, separo lainnya 
ditempatkan di pendapa masjid.

Sebelum pesta, umat Islam laki-laki di perkampungan itu ikut sambatan 
mendirikan tratak. Sementara itu, yang muslimah memasak bersama untuk menu 
pasugatan Natal. Para pemeluk Kristen memberikan sedekah ala kadar untuk semua 
penduduk di perkampungan itu.

Kilas balik sejarah keharmonisan mereka juga bisa ditelusuri dalam kehidupan 
sehari-sehari. Sebelum masjid berdiri, acara misa di gereja biasanya dilakukan 
pada Selasa, Kamis, dan Sabtu malam pukul 18.00 dengan menggunakan musik dan 
paduan suara pujian. Namun sejak berdiri masjid, misa di gereja dilakukan 
setelah shalat isya di masjid. Demikian pula ketika Ramadan, misa dilakukan 
lebih larut malam karena menunggu selesai shalat tarawih. "Inilah toleransi 
kami dengan saudara-saudara kami yang muslim," ujar Suwadi yang anak 
perempuannya yang beragama Kristen menikah dengan seorang muslim.

Ingin tahu nilai yang menjadi pijakan Suwadi? Dia membuka Kitab Perjanjian Baru 
terjemahan bahasa Jawa. Matheus 22: 37-40 menyatakan ajaran utama dalam hidup 
adalah cinta pada Allah dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga. Serta, mengasihi 
sesama selayaknya mengasihi diri sendiri. "Dari ajaran ini, tidak ada alasan 
yang membenarkan kami untuk memusuhi sesama, siapa pun mereka," ujar dia yang 
bermata pencaharian sebagai petani.

Seakan berjalan alamiah, Arifin yang muslim itu pun lebih menemukan perjumpaan 
ketimbang "perceraian" pemahaman hidup beragama di tengah keberagaman. "Apa 
gunane rebutan balung tanpa sunsum?" 

Demikianlah ungkapan Arifin sebagai spirit kehidupan keberagamaannya dan muslim 
setempat. Tak ada gunanya, tandas dia, membela sesuatu yang bukan hakiki, 
apalagi terbungkus dengan kebodohan.

Dia sadar, setiap orang memiliki keyakinan teologis. Namun dalam kehidupan di 
masyarakat, keyakinan akan kemajemukan, kekhasan, dan perbedaan diyakini bisa 
mendorong orang menjadi "lebih hidup" dalam hidup serta bisa menggairahkan 
dinamika peradaban. Sebaliknya, keyakinan akan ketunggalan dalam bermasyarakat 
akan membawa stagnasi dan kematian. "Karena pada dasarnya, sunah Tuhan di alam 
ini adalah majemuk," katanya.

Arifin mengungkap Alquran, Surat Huud ayat 118-119, yang intinya Tuhan berkuasa 
untuk membuat umat menjadi satu namun manusia tetap saja berselisih pendapat. 
Sudah menjadi sunah-Nya, Tuhan mencipta alam ini dengan beragam dan 
warna-warni. 

"Orang yang tidak bermusuhan di tengah keragaman itulah yang akan mendapatkan 
rahmat-Nya."

Masih terlalu panjang mengupas keunikan pola hubungan beragama di perkampungan 
itu. Mereka tidak beragama dalam kategori sinkretis karena mereka sadar dengan 
batas-batasnya sendiri. 

Agama, ujar mereka yang tak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi itu, 
memiliki sisi teologi dan syariat sendiri-sendiri yang tak mungkin 
dipersatukan. Namun dalam bermasyarakat, mereka lebih terbuka. 

Mereka mengejawantahkan nalar agama yang "melampaui" ketimbang "merawat" 
pemahaman dan klaim kebenaran yang tradisional. Tepatnya, mereka belajar dengan 
baik dalam membangun dialog lintas iman yang "sadar". Sungguh, mereka melepas 
kecurigaan-kecurigaan dalam beragama.(Muhammadun Sanomae-14j) 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Know an art & music fan? Make a donation in their honor this holiday season!
http://us.click.yahoo.com/.6dcNC/.VHMAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to