POLEMIK DIANTARA EKSPLOITASI SEKSUALITAS ( I )
   
  “…tetapi ada suatu bentuk yang lebih terekspos dengan kekejamannya yang 
paling urgen, yaitu mensubordinasikan percintaan dan seksualitas kepada suatu 
pengondisian yang rentan bagi praksis-praksis eksploitasi terhadapnya.”
   
  Apa yang hendak diperdebatkan tentang realita percintaan, cinta, dan gerak 
imajinasi seksualitas manusia? Ketiganya merupakan bagian dari ruang privat 
antar manusia (terutama tentang percintaan dan praksis seksualitas manusia), 
sehingga terlalu banyak orang yang menyamarkan, menutupi, dan berdusta tentang 
apa yang pernah dipikirkan dan dipraksiskannya. Ataupun ini merupakan suatu 
“konspirasi” terselubung yang memainkan peran antara kekakuan norma, 
kemelekatan yang direkayasa oleh nilai-nilai sakralisasi “sinis”, dan dengan 
bobot “kemunafikan” yang dibawa oleh tiap individu yang memperdebatkannya; 
sehingga ini menjadi suatu hal yang dianggap “tabu” atau terlalu naif untuk 
dipaparkan dalam bentuk yang lebih rasional, objektif, terbuka, dan dewasa. 
Bahkan menumbuhkan ekses reaksionalitas dari beberapa golongan yang terkadang 
melampiaskannya pada sekat-sekat “moral” dan ketidakjelasan “nilai-nilai”. 
Terlebih ketika praksis percintaan dan seksualitas manusia ditempatkan dalam
 suatu ruang, yang didalamnya “dijejali” oleh komunitas yang selalu mengusung 
perbandingan “moralitas” secara absolut abu-abu.     
   
  Dan terlalu sering bahkan monoton, ketika praksis percintaan dan seksualitas 
manusia ditempatkan pada salah satu tempat yang “tinggi” sebagai salah satu 
“eksklusivitas” tentang kehidupan, dengan menepis beberapa bentuk gugatan 
rasionalitas ataupun kemajuan proses alam berpikir manusia, dibandingkan dengan 
praksisnya yang mampu mengekspresikan bentuknya secara lebih bebas. Dan 
penegasan tentang “eksklusivitas” tersebut, telah memarjinalisasi secara aktif 
tentang realita nilai-nilai yang mendasari ataupun menjadi esensi dasar tentang 
cinta (agape-kasih tanpa syarat), sehingga esensi itu selalu tersubordinasi 
secara mapan oleh praksis percintaan dan seksualitas manusia pada kehidupan 
yang serba “ekonomis, formal, dan rutin” dalam pergumulannya pada dunia yang 
serba paradoks. Ini adalah realita tentang suatu ketragisan dari bagian roman 
kehidupan manusia, yang terlalu (sering) diabsurdkan menjadi bagian dari 
keformalitasan struktur “budaya” ataupun norma-norma tradisi yang
 terkadang mengikat secara kaku tentang suatu pendefinisian bagi nilai-nilai 
keilahian. Atau ini hanya beberapa praksis petualangan yang aktif mempolemikkan 
beberapa nilai yang saling kontraproduktif ketika dibentangkan pada ranah 
publik, dan mungkin suatu pengalihan pada beberapa kelemahan fundamental yang 
telah berlangsung lama dipraksiskan pada struktur budaya tertentu, dan pada 
akhirnya menihilkan esensi dari cinta itu sendiri.   
   
  Bahkan batasan-batasan tersebut telah dibentuk sedemikian “kokohnya” sehingga 
kembali pada suatu pencapaian “terendah”, dengan merelasikannya pada 
nilai-nilai yang menjunjung kemapanan dari suatu praksis-praksis yang 
menjustifikasi keabsurditasan, dan membuang “wajahnya” kepada bentuk-bentuk 
yang terlalu munafik jika sampai pada tataran perdebatan secara lebih terbuka. 
Dan sekali lagi, ketika percintaan dan seksualitas manusia harus ditempatkan 
pada beberapa “kekhususan” tempat yang dianggap sebagai suatu barometer 
pengukur nilai-nilai moralitas manusia, dan menerjemahkannya sebagai “hitam dan 
putih” tentang kehidupan manusia, khususnya bagi individu-individu yang 
dianggap telah terkontaminasi dengannya. Sehingga realitas stigma “budaya” 
(absurditas) yang “membagi” tentang kesucian ataupun ketidaksucian seseorang 
hanya didasarkan pada ukuran percintaan dan seksualitas, dan yang menjadi 
korban paling utama adalah mayoritas kaum perempuan dengan segala 
“pernak-pernik” yang
 mengikutinya berdasarkan dengan realita yang tengah dialaminya. Dan stigma 
“budaya” tersebut kerap mengabaikan tentang berbagai dampak yang selalu 
mengiringi kaum perempuan, tanpa mampu memberikan akses pembebasan dari 
“pembagian” yang terlalu naif, ataupun praksis budaya yang berulangkali 
memetaforakan percintaan dan seksualitas manusia. (bersambung)
   
  Mei 2006, Leonowens SP

                
---------------------------------
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just 2¢/min 
with Yahoo! Messenger with Voice.

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Protect your PC from spy ware with award winning anti spy technology. It's free.
http://us.click.yahoo.com/97bhrC/LGxNAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke