Itu dia, karena memakai analogi ASI, maka pemilu sekarang paling banter ya ibarat ngemut pentil belaka. Tanpa maksud, tanpa tujuan. Semata karena sudah wayahnya ngemut (lagi). Sekedar ritual pemilu untuk pemilu. Prosedural. Kalau pemilu harus berbobot seperti pemberian ASI, jelas IMD-nya jangan ke partai, nanti mereka bilang: “ini intervensi, visi-misi itu persoalan internal partai kami,” (sambil terbayang mimik si poltak). Jadi, balik saja dulu ke maksud-tujuan digelarnya pemilu - pada ASI kan maksudnya mengembalikan proses alamiah dengan tujuan agar sang bayi tumbuh berkembang sebagai manusia, bukan jadi sapi.. ehe… Nah, karena maksud pemilu adalah pergantian kekuasaan secara damai dengan tujuan kedaulatan / berdaulatnya rakyat (demokrasi), ya tinggal dicocokkan hasilnya dengan fakta sehari-hari. Okelah, pergantian kekuasaan secara damai relatif tercapai, tetapi yang berlangsung sehari- hari ya masih daulat tuanku (seberang pula), bukan daulat rakyat. Ada apa juara pemilu berbintang-4 kok tunduk dalam gembalaan tuanku nekolim? Perlu investigasi (jangan kamisosolen dengan “investasi”..), ngan-jangan waktu kecil ybs nyedotnya pentil sapi…
--- <ghozan10032005@...> wrote: --- <wisjnubroto@...> wrote: > > betul, bung dimas. tidak adanya keteladanan terjadi sejak ordebaru. > peraturan yang baik idealnya diselenggarakan oleh orang2 yang baik > pula. tapi simulasi peraturan baik vs penyelenggara tidak baik, atau > sebaliknya, selalu menjadi perdebatan. karena bung ajegile sudah > menyebut bung hatta, bolehlah diteladankan untuk masa kini kalau dalam > peraturan yang-tidak-baik tetap bisa diselenggarakan, dan asalkan > hanya, oleh orang2 yang baik. > > perspektip sejarah dan pengalaman bangsa2 lain yang disampaikan oleh > kakangmas tjuk sukiadi, yang selalu memberi motivasi untuk > perubahan-baik, tentu harus diteladani untuk dijaga jangan sampai > mengulang di negara kita. > > bung hatta....ah, betapa rindunya saya dengan > manusia-berintegritas-moral-tinggi ini, bung ajegile. maaf kalau saya > jadi melankolik di jum'at pagi nan barokah ini dengan mahaguru yang > bingung dgn sepatu bally. apalagi sampeyan ngutipnya dari "kerpekan > lawas" itu... > > pasukan garuda muda (kenapa harus disebut pasukan sih!) memang > menghadiahkan optimisma. untuk tim u-19 (tentu termasuk pelatihnya > yang bekerja baik dan rendah hati) ini yang saya kuwatirkan jangan > sampai dengan bertambahnya umur mereka justru masuk dalam lingkungan > garong dan para bedebah. > > bung godlip, saya pernah ditanya oleh sekumpulan sesepuh berusia > diseputaran 70th, "tolong dicari anak2 muda indonesia yang umurnya di > bawah 30th yang bekerja, bukan omong2 doang, untuk masa depan bangsa > ini". saya kamitenggengen dengan pertanyaan "sederhana" ini. oiya, > kamitenggengen itu bahasa jawa (tengahan) untuk nyebut bengong > tak-berdaya. > > salam, wisj > > * sabda pandita ratu * > > wah isuk2 moco sabdho pandhito raja adem tentrem tur ayem :) kayaknya bakalan berat kl lawan korsel lusa kakang mas, skor 1 - 0 utk indonesia dah top markotop buat dimas cs. yah semoga apapun sebutannya hatinya tetap indonesia kalau pemilu = perdagangan bebas artinya ada supply and demand bagaimana agar prinsip ini bisa seperti ASI yg mengguntungkan:menumbuhkan,mencerdaskan,menyehatkan dst kedua belah fihak tidak seperti sekarang. wah mumet isuk2 mikir sing berat2 cak... ngopi se wae lah....:) ben ra kamikekelen. salamku ghz