Jumlah umat yang makin banyak bukanlah berarti kepercayaan yang makin kuat. Karena kepercayaan yang diimani umat yang bisa kita saksikan hanyalah semu, sama semunya dengan sikap umat dalam ber-basa basi.
Kalo kita bertandang kerumah orang, biasanya disuguhi minum atau penganan, tapi sebagai tamu kita akan bilang "udahlah enggak usah repot2" dan ini merupakan apa yang kita sebut etika basa basi. Demikianlah kepercayaan tidak lebih daripada sikap basa basi daripada kepercayaan yang betul2 sebagai keimanan. Dan kepercayaan dalam rangka etika basa basi ini kita sebut sebagai budaya. Jadi kepercayaan umat yang kita lihat se-olah2 makin banyak jumlahnya bukanlah berarti kepercayaan yang diimaninya yang makin banyak jumlahnya, mereka berkepercayaan hanya sebatas etika basa basi yang menjadi obsesi masyarakat yang mempertahankan budayanya. Tapi individu2 yang memang mengimani kepercayaan itu bukan sekedar budaya basa basi akan bereaksi menyalahkan sikap mereka yang dianggapnya sebagai murtad atau sebagai Islam KTP. Tergantung posisi si individu tsb dalam masyarakat, dia bisa memaksa, dia bisa menteror, dan dia bisa membrainwash sebagai reaksi terhadap kepercayaan yang dianggapnya makin melemah ini. Jadi Demokrasi dan kebebasan berpendapat itu memberi peluang kepada semua orang untuk lebih berani jujur, untuk lebih berani menunjukkan sikap dalam meletakkan kepercayaan hanya sebagai figuran budaya basa basi saja. Dalam kejadian ini si individu yang beriman akan bereaksi untuk menjadi lebih radikal, Sementara di-negara2 Syariah sikap radikal ini se-olah2 bisa direm oleh radikalisasi Syariah itu sendiri, namun radikal dilawan radikal malah jadi konflik fisik massal seperti yang terjadi di Suriah yang kita sebut sebagai perang. Karena yang bereaksi radikal itu masing2 yang berkuasa yang berbeda pandangan dalam radikalisasinya tsb. Jadi sama konflik mereka yang radikal mempercayai bahwa sang pencipta itu adalah Dewa Zeus, dan yang lawannya menjadi radikal karena mempercayai sang pencipta itu adalah Allah bukan Dewa Zeus. Jadi di negara2 Demokrasi yang menjamin kebebasan berbicara dan berpendapat, maka pemaksaan, teror, dan brainwash tidak bisa dipraktekkan dan mereka yang masih mencoba mempraktekkan akan hancur dan lenyap dengan sendirinya tergulung oleh hukum yang menjamin kebebasan itu sendiri. Sebaliknya, di negara2 Syariah Islam pun radikalisasi terjadi dalam arti yang berbeda, radikalisasinya itu merupakan reaksi menentang paham aliran yang dianut pemerintahnya dimana mereka juga akan musnah bukan dengan sendirinya tapi ditumpas oleh kekuatan yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa yang akibatnya korban2 berjatuhan secara massal, sementara di negara Demokratis korban yang jatuh itu hanyalah si individu yang menjadi radikal saja. Jadi radikalisasi itu adalah sikap yang menentang pemikiran, kepercayaan, maupun kebiasaan lingkungan yang lebih banyak yang kalo dinegara demokrasi dijamin dan dilindungi, kecuali kalo dilakukan cara2 pemaksaan atau teror maka akan ditumpas tapi dinegara Syariah ditumpas.habis meskipun radikalisasi itu tidak menggunakan cara2 pemaksaan ataupun teror, baru pemikiran dan pendapat saja sudah akan menjadi korban. > "dimaswur" <dimaswur@...> wrote:> Menurut keyaakinan orang Yang> beriman > ALLAH itu malah mampu> menghaancurkan seluruh Alam> Semesta dan segala isinya > ! Lalu apa bedanya orang Yunani kuno dulu juga yakin bahwa Dewa Zeus si pencipta alam semesta ini mampu menghancurkan alam semesta ini. Lalu mana yang benar ??? Dewa Zeus atau Allah yang lebih benar ??? Siapa yang bisa membuktikan Allah lebih benar dari Dewa Zeus ??? Perjalanan waktu menunjukkan akhirnya kepercayaan kepada dewa Zeus pun luntur, sama tidak berbeda bahwa kepercayaan bahwa Allah itu sang pencipta yang bisa menghancurkan alam semesta itu juga luntur. Jadi jangan lihat kenyataan yang benar itu ke lingkungan mereka yang masih percaya, karena kalo ada yang mulai luntur kepercayaannya dituduh murtad dan bisa dibunuh sehingga kepercayaan kepada Allah yang makin luntur inipun tidak bisa kelihatan nyata namun tetap berlangsung. Memang kelihatannya jumlah umat itu bertambah, tapi pertambahannya itu semu cuma namanya saja seperti di Indonesia disebut sebagai Islam KTP. Coba kalo masyarakat Islam di-mana2 diberi kebebasan, maka akan terlihat nyata bahwa kepercayaan kepada Allah itu sama sekali semu. Jadi kepercayaan kepada Allah tidak bedanya kepada kepercayaan kepada Dewa Zeus, ke-dua2nya sama2 kepercayaan yang tidak ada dasarnya, dan kepercayaan ke-dua2nya makin keropos dengan berjalannya waktu. Tapi bukan cuma Allah dan Dewa Zeus, masih banyak lagi kepercayaan2 yang mustahil seperti keduanya, seperti dewa Brahma, dewa Syiwa dll yang kesemuanya tidak lebih absurd daripada kepercayaan kepada Allah. Jadi kepercayaan kepada Allah dipertahankan melalui cara2 pemaksaan, cara2 teror, dan cara2 brainwash yang kesemuanya hanyalah timbul akibat dari kepercayaan yang memang tidak ada dasarnya untuk bisa dipertahankan. Jadi untuk mempertahankannya itulah digunakan cara2 pemaksaan, teror dan brainwash terutama dalam agama Islam. Ny. Muslim binti Muskitawati. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/