Saya komentari ini saja:

"Ayat itu turun dipadang pasir yang panas.wajiblah laki2 dan wanita menutup
seleruh tubuhnya dgn kain,agar pasir panas yg berterbangan jangan masuk
rambut dan merusak kulit...."

Kita turutkan alur pikiran ini:

Jadi karena menurut orang Islam ayat itu turun di padang pasir diabad ke VII
Masehi  ketika orang Arab primitif itu sungguh bodoh-bodoh dan tidak tahu
manfaat khamar, maka sekarang khamar yang ternyata bermanfaat untuk
kesehatan bila ditenggak secara moderat boleh  diminum.

Dan, mengingat neuroscientist seperti Damasio sudah menunjukkan bahwa yang
namanya roh itu tidak ada, maka ya orang Islam nggak usah lagi susah-susah
mikirain akhirat.

Sembahyang nggak ada gunanya, puasa nggak ada gunanay, naik hanji nggk ada
gunanya.

Selanjutnya orang Islam bagusnya meniru negara demokratik seperti negara
Skandinavia, negeri Belanda, Belgfia, Swiss. dan negara demokratik lain yang
melaksanakan welfare state dan berhasil menjamin rata-rate penduduknya
bahagia.

Artinya, al-Mushaf itu boleh dibuang saja. ..

2010/7/15 fik <taufi...@yahoo.com>

>
>
> Bung "Adhi Purwono"--salam sejahtera.
>
>
> Apakah menurut bung Taufik, nilai moral yang diajarkan ini juga bisa
> dimusyawarahkan/dikompromikan?
> ============================
> Absolutely, semua bisa dimusyawarahkan sesuai dgn perintah ALLAH,bahwa
> masalah2 dunia kamu, bermusyawarahlah kamu. Misalnya apa/
>
> 1.DR Quraish shihab ahli tafsir Indonesia memperbaiki tafsiran Ibnu Katsir
> dari Arab tentang wanita TIDAK WAJIB BERJILBAB
>
> Alasan diberikannya adalah ayatmenegnai menutup tubuh wanita adalah
> anjuran,bukan perintah wajib.
>
> Bagi Islam Fundamentalis mengikuti tek ayat tersebut tanpa menggunakan
> ilmu2 lain2nya dan kontek turunnya ayat itu.
> Ayat itu turun dipadang pasir yang panas.wajiblah laki2 dan wanita menutup
> seleruh tubuhnya dgn kain,agar pasir panas yg berterbangan jangan masuk
> rambut dan merusak kulit....
>
> Gol Islam Fundamentalis berpikir sempit tanpa menggunakan akal..
> Sedangkan DR PROF,Q,Shihab dgn ilmu dan akal, itu bedanya orang2 berilmu
> dan tidak berilmu...
>
> Wahyu2 ALLAH tidak bisa di tukar.
> Tapi tafsiran2nya bisa bebeda beda sesuai dgn perkebangan ilmu manusia.
>
> Contoh lain;
> Hukum potong tanga, gantung, rajam, dan cambuk.semua bisa dimusyawarahkan
> dgn bermacam golongan dlm masarakat,ambil suara yg terbanyak,kalau tidak
> terjadi mufakat dalam bermusyawarah.
>
> Contoh lain,
> Daging babi, bagi Islam Fundamentalis babi magi mereka adalah binatang yg
> menjijikan dan semua baik pengorengan daging babi,juga haram, baik ajinomtot
> juga haram
>
> Bagi islam yg berilmu, di pikirkan kenapa daging babi itu haram?
> setelah di selidiki dgn ilmu,ternyata daging babi itu banyak mengandung
> lemak yang buruk yang dapat merusak saluran darah manusia.
> Oleh karena itu alhi2 kesehatan melarang memakan daging bai terlalu
> banyak...sedikit tidak apa?
>
> dalam ayat ALLAH juga dijelaskan,kalau terpaksa boleh memakan daging babi,
> tidak absolutely haram...
>
> ajinomot bermanfaat utk makanan, boleh boleh saja..karenabukan dari lemak
> babi,tapi dari tulang..
>
> Banyak lagi wahyu2 ALLAH, yang mana kami dgn Islam Fundamentalis berbeda
> memahami wahyu2 ALLAH itu.
>
> Demikian sedikit tambahan.
> Salam
>
>
> --- In parapemi...@yahoogroups.com <parapemikir%40yahoogroups.com>,
> <adh...@...> wrote:
> >
> > Bung Taufik, anda mengatakan ada dua kelompok wahyu. Yaitu wahyu ritual
> dan wahyu yang berhubungan dengan manusia.
> >
> > Saya memahami ritual sebagai sekedar seremoni saja atau sarana untuk
> beribadah, memenuhi kebutuhan spiritual.
> >
> > Untuk wahyu-wahyu yang berhubungan dengan manusia, tidakkah di dalam
> Alquran, wahyu kelompok ini juga berupa nilai moral?
> >
> > Apakah menurut bung Taufik, nilai moral yang diajarkan ini juga bisa
> dimusyawarahkan/dikompromikan?
> >
> > Salam.
> >
> > --- In parapemi...@yahoogroups.com <parapemikir%40yahoogroups.com>,
> "fik" <taufikbe@> wrote:
> > >
> > > "Adhi Purwono" WROTE;
> > > Maka dari itu saya tidak pernah suka alasan wahyu, karena bisa dipakai
> sebagai alasan untuk:
> > > >
> > > > 1. Membungkam kritik.
> > > >
> > > > 2. Mengklaim yang paling benar.
> > > >
> > > > 3. Menuntut kepatuhan total dari pengikutnya.
> > > >
> > > > Saya masih bisa menilai selera warna anda, dan anda masih bisa
> terpengaruh oleh saya. Tapi apakah anda sudah pasti menutup pintu dari
> segala kritik terhadap Alquran hanya karena Alquran dipercaya sebagai Wahyu
> Allah? Hati-hati mungkin anda juga menggunakan alasan wahyu untuk menutup
> pikiran anda sendiri berkembang mengenai ketuhanan dan berhenti pada hasil
> pemikiran Muhammad.
> > > =============================.
> > > BUNG ADHI...Izinkan saya mengrespond paragraph diatas itu saja dulu;
> > >
> > > Bung ADHI sudah mengeri bahwa pendapat tentang ajaran2 Islam itu
> tidaklah satu saja...Pendapat dan pengamalkan wahyu2 ALLAH terdapat bermacam
> macam, sebagaimana umat Nasrani.
> > >
> > > Artinya wahyu2 ALLAH itu ada yg bisa di kritik, terrbuka di kembangkan
> dan ada yg tidak bisa.Itu dijelaskan oleh ALLAH.
> > > Siapa2 yang berusaha memeriksanya,kalau benar dia akan mendapat reward
> > > 2, kalah salah mendapat 1.
> > >
> > > Wahyu2 ALLAH yang tidak bisa di kritik pada umumnya adalah wahyu2
> Ritual. Sedangkan wahyu2 yg berhubungan dgn manusia dgn manusia,diberikan
> kemerdekaan untuk menafsirkan masing2 dan tergantung kpd pradapan manusia.
> > >
> > > Bagi umat Islam, saya bagi 2 golongan; fundamnetalis dan liberal.
> > >
> > > Bagi golongan Islam Fundamentalis, mereka mengikuti tek wahyu2 ALLAH.
> > > Contohnya; pencuri di hukum potong tangan.TITIK.tidak bisa di kritik
> lagi.
> > >
> > > Bagi golongan Islam Liberal yang progresive, bentuk hukuman potong
> tangan itu, bisa dirobah dgn hukuman kurung...kenapa? Alasanya adalah;
> > >
> > > 1.Salah satu wahyu ALLAH menjelaskan, masalah2 dunia kamu, berundinglah
> kamu,artinya wahyu2 ALLAH itu tidak absolute di ikuti sesuai dgn tek nya.
> > > ======================
> > > [159] Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
> terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
> mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
> mohonkanlah ampun bagi mereka, dan BERMUSYAWARHLAH- KAMU dengan mereka dalam
> urusan itu(urusan2 selain ibadah ritual). Kemudian apabila kamu telah
> membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
> menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya
> > > =========================
> > >
> > > JADI terbuka kritikan atau perbaikan2 wahyu2 ALLAH itu. Dan alasan ini
> masuk akal, dalam masarakat Plural yg terdiri dari bermacam agama dan
> keyakinan,maka bentuk2 hukuman2 itu bisa di musyawarahkan,agar jangan
> terjadi pemakasaan kpd golongan lain. agar jangan terjadi keributan dlm
> masarakat...betapa BIJAKNYA wahyu2 ALLAH itu.
> > >
> > > Masih banyak lagi wahyu2 ALLAH yang bisa di robah, bukan substansinya,
> tapi kulitnya, atau bajunya.
> > >
> > > Dengan demikian Keraguan2 BUNG ADHI bisa terjawab...
> > > Catatan; jangan umat islam semua disama ratakan dlm memahami wahyu2
> > > ALLAH....
> > >
> > > Islam berpaham Liberal sesunggunya anti kekerasan, menghormati
> keyakinan orang lain, biarpun anti tuhan sekali pun.
> > >
> > > Kami menetang keras perbuatan2 kekerasan yg dilakukan oleh segolongan
> umat Islam Fundamentalis;seperti; hukuman potong tangan, gantung, cambuk dan
> stoning.....Kami menetang keras pembunuhan2 orang2 Civil yg dilakukan
> Taliban dan al Qaida.
> > >
> > > Kami mentang keras perbuatan2 FPI cs menzolimi ahmadiyah, dan menidas
> atau merusak kafe2, melarang gay-lesbian berkonfrenasi...
> > >
> > > Kami menentang keras perbuatan2 FPI cs di Banyuwangi...melarang
> saudara2 PKI bertemu muka dll...walaupun PKI pernah berbuat makar dulunya..
> > >
> > > Sebagaitambahan dari argument2 yg diberikan oleh teman2 lain2nya.
> > > Bertuhan lebih baik dari pada tidak bertuhan..percayalah kpd saya.
> > >
> > > salam
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In parapemi...@yahoogroups.com <parapemikir%40yahoogroups.com>,
> <adhi_p@> wrote:
> > > >
> > > > Bung Warodat,
> > > >
> > > > Bagus sekali kita sekarang sampai pada kedalaman diskusi/debat. Anda
> mengatakan telah memikirkan/mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini
> sejak/terutama jaman SMP. Baiklah, artinya kita sudah sampai pada kedalaman
> masing-masing. Tanggapan saya ada di bawah anda.
> > > >
> > > > --- In parapemi...@yahoogroups.com <parapemikir%40yahoogroups.com>,
> Wafiq Warodat <warodat@> wrote:
> > > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Jika anda mengakui hanya Tuhan yang berhak menilai seseorang
> percaya pada Tuhan atau tidak, bolehkan saya menyimpulkan agama bagi anda
> bukanlah penentu keselamatan seseorang?
> > > > >
> > > > > Wafiq : Betul, agama bagi saya bukanlah penentu keselamatan
> seseorang, sebab Tuhanlah yang menentukan keselamatan seseorang.
> > > > >
> > > > > Kesimpulan saya dari argumen anda ini sbb:
> > > > >
> > > > > 1. Tanpa percaya kepada Tuhan asal berbuat baik dan berlaku adil
> kesempatannya ke surga sama besarnya dengan orang yang percaya kepada Tuhan
> dengan sikap dan perilaku yang sama baiknya.
> > > > >
> > > > ;-----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Saya setuju, terlepas bagaimana penilaian Tuhan tentang cara nilai
> seseorang yang percaya atau tidak tentang keberadaan-Nya.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Dengan kata lain, urusan setelah mati sebenarnya tidak kita ketahui.
> > > > ;------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 2. Tanpa percaya kepada Tuhan, jika berbuat kejahatan dan tidak
> adil tidak lebih besar kemungkinannya ke neraka daripada orang yang percaya
> kepada Tuhan tapi sikap dan perilakunya sama bejadnya.
> > > >
> > > > ;-------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Yang ini saya tidak pernah menyimpulkan demikian, di hadapan anda
> (dalam diskusi argumen) saya melepaskan sejenak ajaran keyakinan saya
> tentang firman Tuhan yang pada intinya tidak akan menerima kebaikan makhluq
> yang ingkar kepadanya, saya hanya akan berbicara kepada anda bahwa :
> Tuhanlah yang nantinya akan menentukan pahala perbuatan baikdan buruk anda,
> dalam keyakinan atau ketidak yakinan diri anda kepadaNya.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Kalau begitu, mengapa anda setuju dengan keyakinan bahwa makhluk yang
> ingkar kepadaNya tidak diterima kebaikannya? Saya merasa pernyataan anda
> kontradiksi.
> > > >
> > > > Kalau saya tidak salah tangkap tadi, anda mengatakan perbuatan baik
> tersebut sudah menjadi kesaksian bahwa seseorang bisa jadi percaya kepada
> Tuhan. Artinya, kalau Tuhan sampai menilai kita ingkar padaNya, tidak bisa
> disebut ada perbuatan baik yang harus tidak diterima oleh Tuhan dong?
> Koreksi kalau saya salah menangkap maksud anda.
> > > > ;-------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 3. Sehingga tidak perlu ada pengakuan kepercayaan kepada Tuhan
> dengan ajaran tertentu (yang diwajibkan oleh banyak agama). Jadi tidak perlu
> untuk beragama formal dengan pengakuan segala, yang penting perbuatan baik.
> > > >
> > > > ;-----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Anda salah menangkap maksud saya, Bahwa pada tulisan yang lalu
> intinya saya ingin mengatakan seseorang tidak serta merta menjadi "atheis"
> hanya karena dia mengklaim dirinya tidak percaya Tuhan itu ada. sebab
> keberadaan tuhan dalam hati seseorang BUKAN sekedar ditentukan oleh apa yang
> dia ucapkan, namun lebih dari itu adalah apa yang dia lakukan. selebihnya,
> saya masih percaya bahwa Tuhan benar dengan firmanNya yang tidak akan
> menerima kebaikan makhluk yang mengingkari-Nya.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Sekali lagi, saya menyimpulkan dari argumen anda, TIDAK MUNGKIN ada
> kebaikan makhluk yang DINILAI OLEHNYA telah mengingkariNya? Benar
> demikiankah argumen anda bung Warodat?
> > > > ;-----------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 4. Sehingga agama tidak bisa memaksakan lagi eksklusivitas
> keselamatan, karena setiap orang bisa berbuat baik tanpa perlu masuk ke
> agama tertentu.
> > > >
> > > > ;-------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Ini saya setuju, bagi saya agama adalah jalan yang berbeda arah dan
> tidak mesti identik dalam menggapai Tuhan. hanya saja, terkadang kumat
> kenakalan saya yang sekedar ingin menggoda para pemilih jalan yang berliku
> dan bersebrangan dengan saya, walaupun saya tahu tujuannya adalah sama
> dengan saya, Tuhan.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Menurut saya, iman setiap orang UNIK. Bahkan di antara sesama umatpun
> pemahaman imannya berbeda-beda. Jadi anda tidak bisa menilai jalan yang
> mereka pilih adalah berliku dan berseberangan. Kalaupun kita menilai
> perkembangan iman mereka masih relatif awal, JANGAN LUPA kitapun pernah
> melalui jalan yang sedang dilalui oleh mereka.
> > > > ;--------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > Bagaimana bung Warodat, pendapat anda mengenai kesimpulan saya atas
> argumen anda tersebut?
> > > > > Â
> > > > > 80%
> > > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Keberadaan kita yang nyata ini selalu memiliki penyebabnya bung
> Warodat. Dan penyebab itu bukanlah Tuhan, melainkan sekedar PENYEBAB LAIN
> YANG NYATA. Anda sendiri juga mengakui yang real tidak mungkin tidak ada
> penyebab. Maka bisakah saya pastikan, anda menganggap Tuhan tidaklah real,
> karena tidak memiliki penciptanya bung Warodat?
> > > >
> > > > ;--------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Betul, Tuhan bukan dzat yang real, namun Tuhan bukan pula dzat yang
> tidak real, sebab Tuhan terlepas dari hukum dualisme material. seandainya
> kita bermain analogi, dimana jagad raya dan segala hubungan sebab akibatnya
> seumpama garis terdiri dari titik-titik yang saling berkait, maka segala hal
> didunia ini (titik-titik dalam garis tersebut) terikat hukum sebab akibat,
> dimana titik awal menyebabkan titik berikutnya, menyebabkan titik
> selanjutnya dan seterusnya hingga titik terakhir. maka hukum dualisme hanya
> mengikat pada rentetan titik pertama hingga titik terakhir dalam analogi
> tersebut.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Saya tidak berspekulasi dulu terhadap istilah anda yaitu dzat.
> > > >
> > > > Sekali anda mengatakan Tuhan bukan yang real, anda tidak bisa
> mengatakan Tuhan adalah real jika dari sudut pandang kita yang
> 'terperangkap' dalam kehidupan/kenyataan ini. Kecuali pernyataan anda murni
> ranah pemikiran/khayal. Dalam sudut pandang kehidupan/kenyataan, yang tidak
> nyata tidak mungkin disebut sebagai nyata.
> > > >
> > > > Namun saya memahami analogi anda. Saya setuju dengan analogi
> tersebut.
> > > > ;-----------------------------------------
> > > >
> > > > ;---------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Bukankah Tuhan adalah analog sebagai titik pertama? TIDAK!!, sebab
> jika Tuhan adalah suatu titik material maka seharusnya dia juga masih
> terikat hukum dualisme. Tuhan bukanlah bagian dari titik-titik yang saling
> terkait membentuk garis analogi sebab akibat di atas....
> > > >
> > > > lalu dimana letak Tuhan dalam analogi garis sebab akibat tersebut?
> > > >
> > > > Tuhan adalah dzat yang membuat garis itu, oleh karenanya akan lucu
> jika logika kita memaksakan berlakunya hukum dualisme sebagaimana berlaku
> terhadap "karakter" titik-titk dalam garis, sepertihalnya akan lucu jika
> karakter kita disamakan dengan sebuah titik yang kita buat.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Analogi anda bagus. Sejalan dengan analogi program komputer saya
> kalau anda pernah membacanya.
> > > >
> > > > Analogi program komputer menyatakan, tidak mungkin bagi si kompie
> untuk memahami penciptanya, karena sebesar apapun usaha si kompie untuk
> berpikir, dia tidak akan melewati batas-batas yang ditulis oleh penciptanya
> melalui program tersebut.
> > > >
> > > > Jadi, walaupun si kompie bisa melabelkan pencipta, memiliki
> definisi-definisi pencipta, bahkan 'melihat' penciptanya melalu webcam,
> pemahamannya tidak akan sama seperti si pencipta memahami dirinya sendiri.
> > > > ;---------------------------------------------
> > > >
> > > >
> > > > > Anda menganggap hidup ini sekedar ilusi. Sayapun menganggap
> demikian karena saya percaya kehidupan setelah mati. Bagi atheis beneran,
> mereka tidak percaya adanya kehidupan setelah mati. Namun kepercayaan saya
> tidak perlu dibuktikan dan sudah pasti salah menurut standar keberadaan yang
> nyata ini. Saya menggunakan kepercayaan ini hanya sekedar menutupi
> kegelisahan saya akan kematian. Kali-kali saja betul ada kehidupan lain,
> begitulah.
> > > > >
> > > >
> > > > ;---------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Saya turut bersimpati dengan kegelisahan anda, benar dugaan saya...
> bahwa ternyata anda bukanlah Atheis
> > > >
> > > > ADHI:
> > > > Kalau yang anda maksud saya bukan atheis adalah saya percaya kepada
> Tuhan, anda salah. Namun kalau yang anda maksud adalah saya tidak tahu
> apakah Tuhan ada atau tidak, yang anda sebut sendiri sebagai agnostik, anda
> benar sampai saat ini. Kecuali tentu saja saya akan terus berkembang dan
> belum tentu terus cocok dengan label agnostik.
> > > > ;--------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > Namun, walaupun kita anggap kehidupan ini ilusi, faktanya, kita
> tidak bisa mendefinisikan 'kenyataan' selain daripada ilusi ini. Anda bisa
> mendefinisikan 'kenyataan' selain yang kita anggap ilusi ini bung Warodat?
> Kata lainnya, apakah anda mengetahui kenyataan/kehidupan lain selain yang
> kita rasakan saat ini?
> > > >
> > > > ;-----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Saya tidak bisa mendefinisikan bagaimana "kenyataan" sebenarnya
> sesuai pembicaraan kita, namun sama dengan anda saya juga mempercayai
> keberadaan"nya", lagi-lagi tanpa dasar rasio logis kita memutuskan untuk
> mempercayai sesuatu, sepertihalnya nenekku mencintai kakekku yang pula tidak
> dapat diterjemahkan dalam rangkaian kalimat logika kenapa bisa demikian.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Betul. Saya ada tujuannya untuk tetap menegaskan kembali fakta bahwa
> kita tidak bisa mendefinisikan 'kenyataan' selain yang kita rasakan saat
> ini. Saya akan terangkan dalam respon saya di bawah nanti.
> > > > ;-------------------------------------
> > > >
> > > > > Â
> > > > > ADHI:
> > > > > 1. Mengapa anda melepaskan tanggung-jawab atas pilihan anda
> sendiri?
> > > >
> > > > ;----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > saya hanya melepaskan tanggung jawab kebenaran tuntunan agama yang
> saya anut di hadapan Tuhan semata, yang memberi kemampuan saya menilai
> sampai sejauh saya mampu melihat kebenaran ajaran yang saya anut tersebut,
> kecuali jika saya hanya menggunakan setengah dari kemampuan berfikir untuk
> mencari kebenaran, ibarat seorang yang seharusnya dapat berfikir logis namun
> "menyerah" pada cerita tuhan beranak, hidup lalu mati, dll. maka seandainya
> saya memilih yang terakhir itu, saya rela mempertanggung jawabkan sendiri
> pilihan agama saya dihadapan Tuhan, akibat kemalasan saya menggunakan
> potensi berfikir saya :)
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Lho? Anda merasa kemampuan anda sudah max? Bung Warodat, kita
> sebaiknya jangan membawa-bawa nama Tuhan untuk kebodohan kita sendiri.
> Bukanlah Tuhan yang membatasi kemampuan kita, tapi kita sendiri. Kita
> sesungguhnya TIDAK TAHU BATAS DARI KEMAMPUAN KITA SENDIRI (yang tahu hanya
> Tuhan). Hal inilah yang MEMUNGKINKAN KITA BISA TERUS BERKEMBANG.
> > > >
> > > > Jadi menurut saya, anda tetap harus bertanggungjawab atas pilihan
> agama anda sendiri terhadap Tuhan karena yang menentukan batas SETAHU ANDA
> adalah anda sendiri. Tuhan memang memberikan batas. Tapi kita jangan malah
> sok tahu terhadap diri sendiri mengira mengetahui batas berpikir kita.
> > > >
> > > > Dengan demikian, janganlah menilai suatu ajaran PASTI SELALU BENAR,
> hanya karena ajaran itu diklaim wahyu dari Tuhan, lalu anda merasa
> pertimbangan anda sudah maksimal, selebihnya urusan/tanggung-jawab Tuhan.
> Bung Warodat, TIDAK ADA JAMINAN SEPERTI ITU DI KEHIDUPAN SEPERTI INI kecuali
> OLEH KEPERCAYAAN ANDA BELAKA. Anda bebas percaya apapun, tapi anda juga
> harusnya menyadari, kepercayaan anda jangan sampai membuat anda berhenti
> berkembang dalam tingkat/konteks manapun.
> > > > ;------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 2. Apakah anda tidak pernah terpikir jika tuntunan itu salah maka
> anda juga salah?
> > > > >
> > > > > Pernah, oleh karenanya saya senantiasa belajar lebih dalam tentang
> tuntunan yang saya anut, siapa tahu saya salah pilih.... dan hasilnya adalah
> anda tidak pernah melihat saya melepaskan kebertuhanan saya secara islam
> bukan?
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > SAMPAI SAAT INI, anda memang masih Islam. Tapi beranikah anda
> memberikan jaminan pada diri anda sendiri, akibat perkembangan pemikiran,
> anda tidak berubah pikiran?
> > > >
> > > > Jika anda menjamin seperti itu, anda sudah menutup salah satu
> jembatan untuk perkembangan pemikiran anda sendiri. Dengan menjamin seperti
> itu, anda akan TERPAKSA harus membatasi diri anda agar tidak pernah
> melepaskan Islam/berubah pikiran. Apakah kita mau pikiran kita seterbatas
> itu?
> > > > ;---------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 3. Jika anda sudah salah karena memilih tuntunan yang salah dan itu
> berakibat terhadap orang lain, bukankah anda juga harus bertanggungjawab
> terhadap orang itu?
> > > >
> > > > ;----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Tentu saja saya akan bertanggung jawab, namun akan tidak adil jika
> saya harus bertanggung jawab atas cara saudara saya yang salah dalam
> menjalani tuntunan agama saya bukan?.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Tentu saja anda tidak bertanggungjawab atas penghayatan iman orang
> lain. Tapi anda bertanggungjawab atas kata-kata dan perilaku anda yang
> mempengaruhi orang lain. Sayapun demikian.
> > > > ;-----------------------------------
> > > > >
> > > > > 4. Apakah anda berhenti berpikir untuk mengritisi ajaran-ajaran
> Islam?
> > > >
> > > > ;-----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Tidak, namun saya selalu mendapat jawaban yang menyejukkan.... dan
> bilamana tidak, saya belum menemukan suatu kepastian yang lebih baik
> sehingga saya perlu meninggalkan aturan tersebut..
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Anda belum memberikan jawaban yang menyejukkan bagi saya untuk alasan
> tidak mengubah ayat-ayat Alquran. Untuk argumen saya, anda bisa lihat saat
> kita membahas Alquran di posting ini.
> > > > ;-----------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 5. Apakah anda berhenti pada hasil pemikiran Muhammad dan tidak
> lagi melanjutkan pemikiran anda sendiri mengenai ketuhanan?
> > > > >
> > > >
> > > > ;-----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > saya tidak akan berhenti hanya sampai dengan apa yang dikatakan
> Muhammad, sebab Tuhan adalah keluasan pengetahuan yang tidak cukup
> tersampaikan hanya dengan seumur hidup Nabi yang agung tersebut.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Setuju. Dengan catatan, saya tidak percaya/setuju/curiga dengan klaim
> Muhammad akan wahyu Allah. Andai Muhammad mengatakan ini adalah ajaran dari
> dirinya sendiri. Mungkin saya akan respek pada usahanya meyakinkan orang
> lain terlepas ajarannya baik atau tidak.
> > > > ;-----------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 6. Apakah anda telah mempertimbangkan, wahyu bisa digunakan sebagai
> alasan yang bagus untuk tidak menerima kritik dari orang lain atas
> ajarannya?
> > > > >
> > > > ;---------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Ya, saya mampu mempertimbangkan, namun jika anda ingin menegasikan
> kebenaran kalamullah dalam al Quran oleh kepentingan Muhammad, maka anda
> juga harus tahu bahwa ternyata ada juga teguran dan sindiran ayat dari Tuhan
> atas tindakan Muhammad.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Mudah bagi orang yang mengklaim mendapatkan wahyu untuk mengarang
> telah mendapatkan teguran, demi membuat orang semakin percaya akan kesahihan
> dan integritas wahyu tersebut. Apa susahnya? Ada argumen lain?
> > > > ;----------------------------------
> > > >
> > > > > Â
> > > > > ADHI:
> > > > > Terimakasih. Ini sebenarnya yang saya cari kejelasannya dari bung
> Taufik. Logikanya, bagaimana mungkin atheis tertarik/respek dengan ajakannya
> bung Taufik, kalau dalam kesempatan pertama saja sudah menilai ideologi
> atheis sudah pasti masuk neraka?
> > > > >
> > > > > Walau anda percaya atheis juga dihukum ke dalam neraka, paling
> tidak anda menyerahkannya kepada kebijakan Tuhan, bukan anda yang
> memutuskan/menghakimi. Anda tidak membayangkan saya atau siapapun ada dalam
> neraka hanya karena mengaku tidak percaya kepada Tuhan. Lumayanlah menurut
> saya, walaupun belum sempurna bagi standar saya.
> > > > >
> > > > > Tentang olok-olok tidak logis, artinya anda sendiri juga sudah siap
> dinilai tidak logis oleh orang lain.
> > > > >
> > > > > Terkadang ada juga kasus perdebatan di mana argumen yang berlawanan
> sama-sama logisnya.
> > > > > Â
> > > > > Yup..... paragraf terakhir saya ini menerimanya dan sependapat dg
> anda.
> > > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Secara fakta, kita tidak bisa melepaskan diri dari dualitas
> nyata-tidak nyata. Apapun penyebutannya, Tuhan TIDAK MUNGKIN NYATA. Ini
> sudah fakta yang tak bisa anda bantah. Atau anda masih punya argumen lain?
> > > >
> > > > ;---------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Tidak nyata bukan berarti tidak ada sama seperti pikiran anda.
> namun kenyataan bukan berarti ada, sepertihalnya kita merasa diri kita nyata
> sedangkan kita tahu bahwa tidak akan mungkin diri kita dan alam jagad ini
> ada secara nyata, jika setiap hal yang nyata harus pula memiliki sebab yang
> nyata. Nah, bagaimana mungkin anda ingin mendefinisikan Tuhan sebagaimana
> karakteristik batu, tanah, kursi, atau naga bernafas api?
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Yang benar, kita TIDAK TAHU mengapa menurut logika kita, sebab akibat
> dari nyata menghasilkan nyata ini tidak berujung. Tapi mengatakan ujung itu
> haruslah yang tidak nyata menghasilkan yang nyata TIDAK SESUAI dengan yang
> kita amati akan hukum alam. Jawaban seperti ini tidak akan memuaskan
> kebutuhan intelektual kita.
> > > >
> > > > Kita juga sudah belajar dari sejarah keilmuan, sudah beberapa kali
> manusia mengira sesuatu itu muncul begitu saja. Mulai dari bumi, matahari,
> bulan, tata surya, galaksi, sampai supernova, lubang hitam dan terakhir
> bigbang. Nyatanya, sepanjang sejarah, manusia terus-menerus menemukan
> penyebab-penyebab hal tersebut, pararel dengan manusia juga terus-menerus
> menemukan BATASNYA.
> > > >
> > > > Jadi, mengambil jalan pintas dengan sekedar mengatakan yang tidak
> nyata bisa menghasilkan yang nyata, tidak sesuai dengan semangat pencarian
> intelektual manusia. Jika semua manusia MENYERAH DENGAN KECENDERUNGAN JALAN
> PINTAS INI, teknologi dan ilmu modern TIDAK AKAN PERNAH MUNCUL.
> > > > ;---------------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > Anda menyebut Tuhan di atas dualisme nyata-tidak nyata, di atas
> hukum alam yang mengikat keberadaan manusia. Anda berhak berpendapat apapun.
> Tapi pendapat anda TETAPLAH TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN. Tidak ada bukti, sesuatu
> yang ada di luar hukum alam. Tidak ada bukti sesuatu yang ada di luar
> dualitas nyata-tidak nyata.
> > > > >
> > > >
> > > > ;---------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Bisakah anda membuktikan bahwa kita ini nyata berdasarkan koridor
> logika "setiap hal yang nyata pasti memiliki sebab yang nyata"?.
> > > > jika setiap kenyataan mewajibkan dirinya berasal dari hal yang nyata,
> maka seharusnya TIDAK AKAN PERNAH ADA rentetan sebab akibat kenyataan,
> termasuk seharusnya kita ini tidak pernah nyata dan karenanya tidak pernah
> ada.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Sejauh ini, jalannya koridor logika tersebut masih cocok dengan
> pengamatan ilmiah dan hukum alam sampai kita menemukan hal yang sebaliknya
> yaitu hukum termodinamika dan kekekalan energi tidak valid lagi bagi hukum
> alam.
> > > >
> > > > Tentu kita menemukan batas pengetahuan kita/batas koridor. Tapi bukan
> berarti ketidaktahuan kita lalu kita serahkan pada pernyataan 'tidak nyata
> menghasilkan yang nyata'.
> > > >
> > > > Bung Warodat, kenyataan tidak bisa dihasilkan oleh ketidaknyataan.
> Anda harus membuktikan sebaliknya dulu baru bisa berargumen ujung dari
> sebab-akibat nyata yang menghasilkan nyata adalah ketidaknyataan.
> Praktisnya, anda harus menyatakan teori bigbang SUDAH SEMPURNA.
> > > >
> > > > Sedangkan bagi para ilmuwan, setiap teori adalah bangunan hipotesis
> yang BISA SALAH. Teori bigbang adalah MODEL dari alam semesta. Teori bigbang
> BELUM BISA menjelaskan segala sesuatunya. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan
> yang belum terjawab. Jika nanti ditemukan pengamatan dan pemahaman yang
> lebih baik, maka akan dikembangkan model yang lebih baik lagi. Kecuali anda
> ingin keilmuan berhenti berkembang.
> > > >
> > > > Takutnya, ini sama seperti kecenderungan para klerik jaman
> pertengahan yang menyatakan, sistem tata surya dimana matahari mengitari
> bumi sudah sempurna, untuk mempertahankan bumi adalah pusat alam semesta.
> Lihatlah, sampai ada yang harus terbunuh demi mempertahankan argumen-argumen
> seperti ini.
> > > >
> > > > Anda juga harus mempertimbangkan analogi anda sendiri tentang garis
> bilangan tadi. Juga tentang analogi program komputer saya. Masih ada
> kemungkinan sesungguhnya kita hanya berputar-putar pada BATAS-BATAS program
> yang dibuat oleh penciptanya. Pencipta ini belum tentu Tuhan, sekedar alien
> pun masih mungkin. Sampai sejauh ini, batas-batas itu diperkirakan termasuk
> koridor logika ini.
> > > >
> > > > Apakah anda bisa menghilangkan kemungkinan-kemungkinan tersebut? Jika
> iya dan saya tidak dapat memberikan analogi kemungkinan yang lain, maka saya
> akan kembali menjadi theis. Jika tidak, agnostik cukup nyaman bagi saya.
> > > > ;---------------------------------------
> > > >
> > > > > Â
> > > > > Namun ternyata kita merasa diri NYATA, maka dalam hal ini secara
> logika PASTI ada suatu ketidak-nyataan yang menyebabkan kenyataan awal
> sehingga akhirnya menjadi sebab kenyataan-kenyataan lainnya, hal ini jelas
> bertentangan dengan logika alami bukan?
> > > > > Tapi justru itulah hal paling logis yang menjawab keberadaan diri
> kita, ketimbang logika keras kepala mempertahankan hukum sebab akibat
> materialisme sebagai syarat keberadaan sesuatu.
> > > > >
> > > > > Sesuatu yang tidak dapat dibuktikan bukanlah kenyataan, melainkan
> sekedar hasil pemikiran yang tidak dapat direalisasikan/dinyatakan. Jadi
> argumen anda tersebut tetaplah HASIL PEMIKIRAN yang berada dalam DOMAIN
> KHAYALAN/PEMIKIRAN manusia.
> > > > >
> > > > > mungkin kesimpulan anda ini benar, namun menurut feeling saya
> tidak, sebab anda juga belum mampu membuktikan kebenaran kesimpulan anda.
> > > > >
> > > > > Perlu diketahui, hasil pemikiran yang bisa direalisasikan menjadi
> kenyataan bukanlah sekedar hasil pemikiran lagi, melainkan sudah berupa
> hasil karya/keberadaan yang nyata. Contoh, seni patung, lukisan, dlsb.
> Contoh yang lain, pemikiran bahwa bumi itu bulat. Awalnya merupakan hasil
> pemikiran yang belum dapat dibuktikan, karena itu masih berupa
> keyakinan/kepercayaan. Setelah dapat dibuktikan, bumi itu bulat adalah
> kenyataan.
> > > > >
> > > > > Namun konsep ketuhanan lebih parah lagi. Sudah tidak mungkin dapat
> dibuktikan, karena definisi Tuhan menurut agama adalah sesuatu yang tidak
> memiliki penciptanya. Definisi itu sendirilah yang TIDAK MEMUNGKINKAN TUHAN
> UNTUK DIBUKTIKAN. Sekali lagi yang tidak nyata tidak mungkin menghasilkan
> yang nyata. Tak mungkin membuktikan pernyataan yang sebaliknya.
> > > >
> > > > ;---------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Ya... saya faham alur logika anda, namun rasanya saya sudah banyak
> menjelaskan pada tulisan di atas.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Dalam paragraf respon ini saya ingin menerangkan, mengapa saya
> menegaskan pada fakta kita tidak bisa mendefinisikan kenyataan selain apa
> yang kita rasakan.
> > > >
> > > > Terutama agamais, banyak yang ingin mengklaim Tuhan itu bukan berada
> pada benak manusia, melainkan nyata. Walaupun definisi Tuhan yang nyata
> berbeda-beda antar penganut.
> > > >
> > > > Agamais ingin mengatakan bahwa karena Tuhan itu nyata maka peraturan
> Tuhan itu bukanlah khayalan dengan demikian mengikat seluruh manusia. Belum
> lagi ternyata peraturan-peraturan Tuhan berbeda-beda antara satu pengikut
> dengan pengikut lainnnya. Sesama agamais saling bersaing untuk memperebutkan
> Tuhan siapa yang paling nyata sedangkan yang lain cuma dianggap khayalan.
> > > >
> > > > Sikap-perilaku seperti ini hanya menimbulkan perpecahan antar manusia
> bung Warodat. Andai saja seluruh manusia kompak menyadari bahwa Tuhan hanya
> dalam benak masing-masing, tentu tidak ada perebutan status siapa yang
> paling benar/nyata dalam hal ini. Apalagi berusaha mendirikan negara agama
> yang sudah jelas melanggar hak keyakinan orang lain dengan harus mematuhi
> peraturan dari keyakinan tertentu dan terutama tidak diberikan celah untuk
> mengubah peraturan tersebut!
> > > >
> > > > Bilapun Tuhan memang beneran ada, apakah valid menyatakan Tuhan yang
> benar adalah Tuhan yang diajarkan oleh keyakinan/aturan/paham berpikir
> TERTENTU?? Seharusnya mudah bagi manusia modern untuk menyadari dan
> menjadikan konsep ketuhanan sebagai MOTIVASI untuk berpikir TERUS-MENERUS.
> Tuhan yang bisa DIDEFINISIKAN oleh pikiran manusia bukanlah Tuhan MELAINKAN
> SEKEDAR IDEOLOGI.
> > > >
> > > > Sudah terbukti selama berabad-abad, bahwa motivasi untuk terus
> berpikir dan mempertanyakan segala sesuatu telah menghasilkan kebudayaan,
> peradaban dan keilmuan/teknologi yang kita nikmati sampai hari ini.
> > > > ;----------------------------------
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Perilaku dan sifat Muhammad bisa dinilai dari Alquran juga dari
> kesaksian baik dari hadis maupun dari tulisan sejarah. Hal ini yang menjadi
> penilaian terutama non muslim dalam menilai keutamaan ajaran Islam.
> > > > >
> > > > > Yang kedua, Muhammad mengakui bahwa Alquran adalah wahyu dari
> Allah. Dengan kata lain, dari pengakuan Muhammad, kita tidak diijinkan
> olehnya untuk mengritisi Alquran karena alasan wahyu ini.
> > > > >
> > > > > Maka dari itu saya tidak pernah suka alasan wahyu, karena bisa
> dipakai sebagai alasan untuk:
> > > > >
> > > > > 1. Membungkam kritik.
> > > > >
> > > > > 2. Mengklaim yang paling benar.
> > > > >
> > > > > 3. Menuntut kepatuhan total dari pengikutnya.
> > > > >
> > > > > Saya masih bisa menilai selera warna anda, dan anda masih bisa
> terpengaruh oleh saya. Tapi apakah anda sudah pasti menutup pintu dari
> segala kritik terhadap Alquran hanya karena Alquran dipercaya sebagai Wahyu
> Allah? Hati-hati mungkin anda juga menggunakan alasan wahyu untuk menutup
> pikiran anda sendiri berkembang mengenai ketuhanan dan berhenti pada hasil
> pemikiran Muhammad.
> > > >
> > > > ;----------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > terhadap paragraf ini, saya menjawab :
> > > > Tidak, saya telah melewati fase dimana saya berfikir seperti anak
> SMP, dan ternyata saya masih di jalur Islam. anda ingat tulisan saya tentang
> semasa saya SMP bukan?
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Artinya anda telah mempertimbangkan matang-matang alasan wahyu ini.
> Lalu boleh tahu apa argumen anda bahwa anda telah terhindar dari
> jebakan-jebakan alasan wahyu di atas?
> > > > ;-----------------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Saya dapat membuktikan kitab suci ada kemungkinan terkorupsi oleh
> sifat-sifat manusia yang menulisnya. Saya katakan bisa membuktikan 'ada
> kemungkinan', bukan membuktikan 'pasti' sudah terkorupsi.
> > > > >
> > > > > Untuk membuktikannya juga mudah. Perhatikan saja isi dari suatu
> kitab suci. Ini tergantung dari definisi Tuhan.
> > > > >
> > > > > 1. Jika Tuhan didefinisikan sebagai kebaikan yang sempurna, apabila
> ditemukan isi kitab-suci yang LEBIH JELEK DARIPADA moral manusia
> KEBANYAKAN/NORMAL, sudah pasti bukan dari Tuhan.
> > > > >
> > > > > DITUTUPI PAKE TAFSIR MANAPUN, teks tersebut sudah berbicara lebih
> keras dari usaha menutupi. Filternya mudah. Bilamana kita mengganti suatu
> ayat dengan kalimat lain maka ayat tersebut lebih bermoral. Jika iya,
> berarti lebih mudah menggantinya daripada menafsirkannya. Dari sini
> disimpulkan tidak diperlukan penafsiran jika bisa digantikan dengan kalimat
> yang lebih baik.
> > > >
> > > > ;-----------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Apakah standart moral anda telah cukup untuk menjawab segala
> persoalan manusia? jika memang anda dapat menjawab segalanya dan menggapai
> kebenaran sejati, maka kapan anda mulai merubah ayat-ayat Al Quran biar saya
> sebagai orang pertama yang akan membela anda, namun terlebih dahulu...
> tahukah anda, siapa nama anak saya dan akan menjadi seperti apa dia
> nantinya, sehingga saya yang saat ini belum tahu akankah punya anak atau
> tidak begitu keras bersemangat mengumpulkan segala kebaikan untuknya bila
> ternyata dia lahir nanti?
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Lho? Maksud anda gimana? Saya malah gak ngerti. Saya tidak bicara
> tentang standar moral tertinggi. Saya bicara bilamana ayat-ayat kitab suci
> ditemukan LEBIH JELEK DARIPADA MORAL KEBANYAKAN.
> > > >
> > > > Apakah anda menganggap bila ada penilaian bahwa suatu ayat lebih
> jelek daripada moral kebanyakan maka penilaian itu tidak valid HANYA KARENA
> kitab suci tersebut WAHYU DARI ALLAH?
> > > >
> > > > Apakah anda kemudian mempertanyakan kemampuan manusia untuk menilai
> HANYA KARENA BERHADAPAN DENGAN WAHYU ALLAH?
> > > >
> > > > Apakah sulit untuk menilai suatu ayat lebih jelek daripada moral
> kebanyakan HANYA KARENA ALASAN WAHYU INI?
> > > >
> > > > Saya tantang anda. Kita main pengandaian saja. Andaikan kitab suci
> TIDAK DIANGGAP SEBAGAI WAHYU ALLAH, hilangkan saja semua tentang ayat-ayat
> yang mengaku kitab suci sebagai wahyu Allah, APAKAH PENILAIAN MANUSIA
> MENJADI VALID terhadap kitab suci tersebut?
> > > >
> > > > Atau jika tidak, sulitkah menilai bukunya Hitler lebih jelek daripada
> moral kebanyakan? JIKA ANDA PERCAYA BUKU HITLER ADALAH WAHYU ALLAH, apakah
> penilaian anda AKAN BERUBAH??
> > > >
> > > > Bung Warodat, silahkan perhatikan lagi pertanyaan-pertanyaan
> tersebut. Jika anda berpendapat, pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah anda
> pertimbangkan waktu masa SMP, mungkin memang saya masih taraf SMP bagi
> pemikiran anda.
> > > > ;----------------------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 2. Jika Tuhan didefinisikan sebagai alpha dan omega, seluruh
> spektrum moral, dualitas kebaikan dan kejahatan, maka seluruh buku lain bisa
> menggantikan kitab suci tersebut. Tidak perlu kitab suci untuk bisa berisi
> kebaikan dan kejahatan atau dualitas. Semua buku menggambarkan pergulatan
> moral manusia seperti itu. Kitab suci tidak ada istimewanya dibandingkan
> dengan segala buku lainnya.
> > > >
> > > > ;---------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > >   Tuhan menentukan kebaikan walaupun Dia juga menciptakan kejahatan.
> Tuhan menentukan kemuliaan walaupun Dia juga menciptakan kehinaan, dan Tuhan
> menciptakan surga walaupun dia juga menciptakan neraka. Tuhan menciptakan
> kebahagiaan walaupun Dia juga menciptakan kesedihan.
> > > >
> > > > Nah.... apakah anda menganggap kesedihan dan kebahagiaan adalah hal
> yang sama saja dan oleh karenanya anda tidak perlu mengejar salah satunya
> dan menghindari hal lainnya? keberadaan konsep benar-salah bukan suatu
> pembenar bagi anda untuk larut dalam keduanya tanpa ada penilaian terhadap
> satu sama lain. oleh karenanya anda tidak dapat menyamakan emas dengan tahi
> kebo, atau Al Quran dengan karangan koh ping ho.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Maksudnya, siapapun bisa membuat buku seperti kitab suci kalau
> tujuannya hanyalah mencakup pemaknaan baik dan jahat.
> > > >
> > > > Penting juga membaca buku-buku yang menggambarkan kejahatan,
> keburukan, dsb. Dengan kita mengetahui hal tersebut, kita lebih memaknai
> kebaikan bukan begitu? Tanpa kejahatan, tidak ada definisi kebaikan. Tanpa
> kesalahan, tidak ada definisi suatu kebenaran. Dengan buku-buku tersebut
> kita juga bisa BELAJAR dari kesalahan dan kejahatan yang pernah terjadi.
> > > >
> > > > Sebenarnya definisi Tuhan yang ke-dua ini, untuk menjawab orang-orang
> yang mengabaikan ayat-ayat kekerasan/bermoral rendah pada kitab sucinya.
> Dengan mengatakan kitab sucinya menggambarkan seluruh spektrum yang
> dimiliki/diciptakan oleh Tuhan.
> > > > ;----------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Penyebabnya adalah keterbatasan pikiran anda atau anda membatasi
> pemikiran anda sendiri dikarenakan oleh alasan wahyu??
> > > > >
> > > > > Bagaimana mungkin anda beranggapan cerita mendetil tentang segala
> macam kekerasan dan penyiksaan merupakan kalimat Tuhan?
> > > > >
> > > > > Bung Warodat, silahkan pertimbangkan hal-hal ini:
> > > > >
> > > > > 1. Sekedar mengganti suatu kalimat tidaklah menurunkan derajat
> Tuhan.
> > > >
> > > >
> > > > ;-------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Namun saya tidak pernah merasa sanggup menyamai Tuhan, apalagi
> mencoba mengganti kalimatnya walaupun menurut anda itu bukan berarti
> menurunkan drajatNya.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Lho anda kok malah merasa sudah sanggup menyamai Tuhan hanya dengan
> sekedar mengganti kalimat ayat kitab suci??
> > > >
> > > > Anda percaya terhadap seseorang, tapi rasa percaya anda terhadap
> orang itu bukan sebagai pembatas dari perilaku dirinya sendiri bukan?
> > > >
> > > > Begitu pula rasa percaya anda akan keberadaan Tuhan dan ajaranNya,
> bukan berarti Tuhan harus dibatasi selalu sesuai dengan kepercayaan anda
> bukan?
> > > >
> > > > Jadi mengganti kalimat YANG ANDA PERCAYAI DARI TUHAN bukan berarti
> itu HARAFIAH KALIMAT TUHAN. Kalau tidak, Tuhan haruslah berupa entitas yang
> nyata seperti anda dan saya, memiliki pita suara atau sarana apapun untuk
> bisa kalimatnya terdengar oleh manusia. Dengan demikian, betapa terbatasnya
> gerak Tuhan dalam kepercayaan anda. Dan anda telah MENGKULTUSKAN suatu
> kalimat. Seharusnya anda menyembah Tuhan yang TIDAK TERBATAS.
> > > > ;-------------------------------------------------
> > > >
> > > >
> > > > >
> > > > > 2. Apakah menurut anda Tuhan ingin didefinisikan seterbatas itu?
> > > > >
> > > >
> > > > ;--------------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Saya tidak tahu apa keinginan Tuhan, sebab sekedar alasan kehidupan
> saja saya kurang faham. Tuhan tentunya lebih luas dari sekedar apa yang
> disampaikan Muhammad seumur hidupnya, namun bukan berarti karena
> keluasan-Nya menjadikan dirinya "TIDAK ADA" seperti dugaan salah satu dari
> kita bukan?.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Saya tidak mengatakan tidak ada. Saya mengatakan TIDAK NYATA
> SENYATANYA ANDA DENGAN SAYA. Namun masih BISA ADA DALAM BENAK KITA. Bentuk
> benak kita bisa berupa dugaan, logika, perkiraan, kemungkinan, teori, dlsb.
> > > > ;----------------------------------------------
> > > > >
> > > > > 3. Apakah menurut anda Tuhan ingin dikotakkan ke dalam bahasa
> manusia?
> > > > >
> > > >
> > > > ;------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Justru kitalah yang "terlalu" ingin mendifinisikan Tuhan dalam
> keterbatasan kotak pikiran logis kita tentang ada / ketiadaan Nya.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Pendefinisian oleh pikiran kita memang merupakan pengkotakan pula.
> > > > Tapi masih lebih luas daripada pengkotakan dalam bahasa manusia
> terutama dalam kitab suci.
> > > > ;-------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 4. Tak ada bedanya bagi Tuhan bila anda mengganti kalimat-kalimat
> dalam Alquran.
> > > >
> > > >
> > > > ;--------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Tentu saja tidak ada bedanya bagi Tuhan, namun ada bedanya bagi
> komitmen menggapai kebaikan bagi diri saya, seolah saya meminum cairan yang
> saya tidak tahu efek baik buruknya bagi tubuh saya dari kebaikan susu yang
> telah terhidang dihadapan saya.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Jika ada seseorang yang datang kepada anda. Lalu menyodorkan sebuah
> kitab dan mengatakan "Nih firman Allah. Ambil dan jangan banyak tanya. Saya
> tulis dari wahyu Allah yang saya dapatkan. Kamu tidak punya filter yang
> cukup untuk menilai baik dan buruk. Jadi jadikanlah ini kompas penilaianmu."
> > > >
> > > > Apakah anda mau diperlakukan demikian? Tentu tidak. Anda akan
> meneliti dulu kebenaran omongan orang tersebut.
> > > >
> > > > Demikian pula bila anda ditawari lebih dari satu kitab suci yang
> sama-sama mengaku-daku sumbernya dari wahyu Tuhan. Maka anda harus
> MENGANDALKAN DIRI ANDA SENDIRI UNTUK MEMPERTIMBANGKAN kitab-kitab suci
> tersebut!
> > > >
> > > > Moral anda tidak ditentukan oleh sebuah buku, demi Tuhan! Sebelum
> anda mengandalkan buku tersebut anda tentu telah mengandalkan diri sendiri
> untuk MENILAI buku tersebut. Jika anda tidak punya penilaian sendiri, mudah
> bagi anda untuk terperangkap dengan buku buatan Hitler.
> > > > ;------------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 5. Anda pikir petunjuk Tuhan berupa fossil yang harus terus
> dipelihara?
> > > > >
> > > > ;-------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Bukan, Petunjuk Tuhan adalah arah yang ditunjukkan oleh "fossil" itu,
> sehingga hati kita mampu menciptakan solusi kebaikan-kebaikan baru.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Tapi anda mempercayai Alquran sebagai wahyu Allah? Dengan demikian
> apakah anda pikir wahyu Allah hanya berupa 'fossil' yang harus terus
> dipelihara?
> > > > ;-------------------------------------------
> > > > >
> > > > > 6. Anda pikir Tuhan akan membiarkan petunjukNya hilang dari sekedar
> merubah kalimat Alquran?
> > > >
> > > >
> > > > ;-------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Tidak, namun saya akan kehilangan kompas dan beralih menggunakan dadu
> dalam menentukan arah mana yang harus saya tuju ditengah gelombang ganas
> laut yang berbadai.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Untuk mendapatkan petunjuk Tuhan anda butuh kompas berupa 'fossil'
> tersebut? Apakah anda pikir Tuhan memberikan kompas bagi manusia hanya
> berupa satu buku dan hanya dalam satu generasi??
> > > > ;---------------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > 7. Anda pikir Tuhan tidak berbelas kasih, tidak lagi memberikan
> petunjukNya setelah Alquran?
> > > > >
> > > >
> > > > ;----------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Tidak, justru Tuhan sangat berbelas kasih bahkan memberikan
> petunjukNya dengan cara mempertemukan logika saya beradu dengan logika anda
> demi kebaikan diri kita masing-masing.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Jika anda begitu mudah menemukan petunjuk dari hanya sekedar beradu
> logika ini, buat apa ada kompas macam kitab suci? Orang berpaham deisme
> tidak membutuhkan kompas berupa kitab suci. Apakah menurut anda deisme tidak
> akan bisa menemukan petunjuk dari Tuhan?
> > > > ;-----------------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > See, saya berbicara kepada anda seolah-olah saya percaya kepada
> Tuhan. TAPI SAYA MEMANG PERNAH PERCAYA KEPADA TUHAN, jadi saran saya
> bukanlah saran kosong dari seorang agnostik. Silahkan anda pertimbangkan
> matang-matang.
> > > >
> > > > ;------------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Terimakasih, tapi saya telah lama sekali melewati masa dimana saya
> berfikir seperti ketika saya masih SMP
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Kalau begitu, ini kesempatan baik buat kita semua bila anda ingin
> men-sharingkan hasil berfikir anda melalui diskusi/debat kita ini.
> > > > ;-------------------------------------------------
> > > >
> > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Pernah berarti sudah berlalu. Apakah anda masih mengritisinya
> sampai saat ini? Jika tidak, anda sudah berhenti berpikir mengenai ketuhanan
> sampai tingkat tertentu. Contohnya sudah anda contohkan sendiri di paragraf
> sebelumnya. Yaitu anda tidak berani merubah ayat Alquran.
> > > >
> > > > ;---------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > Ketidak-puasan alasan saya berhenti dalam batasan : ternyata tidak
> ada hal yang mampu saya rubah sekedar menjadi sama atau seimbang dengan ayat
> yang tidak saya ketahui alasannya tersebut, apalagi untuk menjadi lebih
> baik.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Silahkan anda berikan argumen anda dulu untuk ayat yang dikutipkan
> oleh bung Taufik.
> > > >
> > > > ========================================
> > > > Sesungguhnya orang-orang yang kafir( komunis,atheis) kepada ayat-ayat
> > > > Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali
> kulit mereka
> > > > hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka
> merasakan
> > > > azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
> > > >
> > > > Sesungguhnya neraka Jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai,
> > > > [22] lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui
> > > > batas,[23] mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,
> > > > [24] mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula
> > > > mendapat) minuman,[25] selain air yang mendidih dan nanah,
> > > > [26] sebagai pembalasan yang setimpal.QS>78:21-26
> > > >
> > > > =====================================
> > > >
> > > > Saya ganti dengan : "Sesungguhnya Allah akan memberi hukuman yang
> keras bagi setiap kejahatan."
> > > >
> > > > Tujuan dari ayat yang dikutipkan oleh bung Taufik tersebut adalah
> untuk menyatakan bahwa ada hukuman yang keras bagi orang kafir.
> > > >
> > > > Nah ayat pengganti saya mengakomodir dengan menyebut hukuman keras
> tapi tidak menyebut detil penyiksaannya.
> > > >
> > > > Ayat pengganti tersebut juga mengganti sebutan orang kafir yang
> ditujukan bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan, diganti sebagai
> kejahatan bagi yang melakukannya. Sehingga non muslim atau bahkan atheis
> tidak lagi merasa sebagai tertuduh, dengan tujuan supaya lebih efektif dalam
> membujuk mereka.
> > > >
> > > > Bagaimana argumen anda terhadap penggantian ini?
> > > > ;-----------------------------------------------
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > >
> > > > > ADHI:
> > > > > Terimakasih sudah memberikan waktu dan pemikiran untuk
> pertanyaan-pertanyaan saya. Jika masih penasaran, silahkan kita lanjutkan
> dengan argumen anda.
> > > >
> > > > ;-----------------------------------------------
> > > > WARODAT SAID:
> > > > terimakasih mas ADHI, saya senang berdiskusi dengan anda.
> > > >
> > > > RESPON:
> > > > Bung Warodat, kalau tidak salah anda sedang berharap punya anak? Anak
> pertamakah? Saya juga. Karena saya sudah yakin akan ketulusan anda, maka
> mari kita saling mendoakan agar bisa cepat punya anak....;)
> > > > ;------------------------------------------------
> > > >
> > > > >
> > > > > Salam.
> > > > >
> > > > > Salam
> > > >
> > >
> >
>
>  
>



-- 
Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke