Jadi Ayub yahya itu jelas  nggak waras...

--- In proletar@yahoogroups.com, ayub  wrote:
>
> Pig .. gw copas nih true-story (katanya) dari milis sebelah
> sekedar buat mengenang Alex-Aan... nasibnya mirip sih
> 
> 
> (Copas) : sebuah kisah nyata
> 
> Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal 
> di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol 
> langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.
> 
> 
> Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang  mengira-ngira 
> gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji Hanibal 
> Lecter, juga penjahat-penjah at berjenggot palsu ala sinetron, dan 
> gambaran-gambar an pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui 
> di cerita TV.
> 
> Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah 
> satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.
> Yup, benar seorang anak 
> berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan 
> wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik 
> yang sopan.
> 
> Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum
>  masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara 
> menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat 
> anak-anak.
> 
> Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di 
> dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat 
> provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?
> 
> Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum 
> genap berusia tujuh tahun.Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di 
> daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar 
> belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu 
> tinggi.
> 
> Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah 
> ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. 
> Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.
> 
> "Siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.
> "Gue.. terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil 
> disambut gelak tawa di belakangnya.
> 
> Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke 
> perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar 
> itu jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah 
> setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke 
> kantor polisi.
> 
> "Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang 
> ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di
>  penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari 
> selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.
> 
> Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun.
>  Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil 
> kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah
>  satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari 
> penjara.
> 
> Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah 
> membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat lho waktu 
> wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa 
> tape mengandung udara panas yang bersifat destruktif terhadap benda 
> keras.
> 
> Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam 
> seminggu. Setiap disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu 
> dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah 
> empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu 
> buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua 
> kalinya.
> 
> Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi 
> membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang 
> berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpan di dalam kamarnya. Tahu 
> bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat 
> persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.
> 
> Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak 
> pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruang ini. Ketika tengah malam 
> ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk 
> membuka pintu dan gembok. Jangan Tanya saya bagaimana caranya, pokoknya 
> tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.
> 
> Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih 
> berada di sebuah kepala bocah.Pelarian- pelariannya didorong dari rasa 
> kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke 
> rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia 
> menumpang-numpang mobil Omprengan dan juga berjalan kaki sekian 
> kilometer dengan satu tujuan, pulang!
> 
> Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga 
> seorang ibu ini, meminta anak buah nya untuk tidak segera menjemput 
> Arif. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil 
> membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.
> 
> * Ibu kepala, Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. * Tulisnya 
> singkat.
> 
> Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak 
> lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus 
> dibebas-kan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang.
> 
> Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, kebijakan bertindak cepat 
> menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya 
> saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti 
> ini.
> 
> Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.
> Sayangnya si Arif itu cuma anak pedagang sayur miskin sementara si 
> preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib 
> setempat.
> 
> Itulah yang namanya keadilan di negeri ini!
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
>  From: Bukan Pedanda 
> 
> 
>   
> 
> 
> Ayub yahya itu jelas  nggak waras...
> 
> Ngomong suka asal ngaco.
> 
> Sayangya dia tidak mau berobat ke psikiater.
> 
> 
>  
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke