....................
"Dalam peristiwa Cikeusik seharusnya yang paling pokok adalah 
menghalangi atau menghalau massa yang akan menyerang. Jangan-jangan ini 
ada sesuatu yang lebih besar,"

http://www.tribunnews.com/2011/02/12/ada-sesuatu-yang-lebih-besar-dibali\
k-kejadian-ahmadiyah

--- In proletar@yahoogroups.com, "rezameutia" <rezameutia@...> wrote:
>
> Beberapa Pertanyaan dalam Peristiwa Tersebut.
>
>
> 1. Membiarkan & Tidak Sigapnya Polisi
>
> Jumat (4 Februari 2011), massa mulai berdatangan ke Umbulan, Cikeusik,
Pandeglang, Banten. Aparat lokal sudah tahu tentang hal itu.
>
> Polsek mengerahkan polisi ke lokasi. Polres sudah tahu dan sudah
siaga. Menurut kabar dari keluarga seorang kawan di ANTV, sejak Jumat
aparat di seluruh Kabupaten Pandeglang sudah tahu kalau ada rombongan
massa yang datang ke Cikeusik.
>
> Hari itu juga Suparman (tokoh Ahmadiyah lokal) dan keluarganya pun
sudah dievakuasi polisi.
>
> Sabtu malam (5 Februari 2011), massa Ahmadiyah datang dengan dua mobil
dari Bogor dan Jakarta.
>
> Menurut polisi, mereka telah menyuruh warga Ahmadiyah yang baru datang
itu untuk pergi /dievakuasi, tapi mereka menolak. Karena itu polisi pun
meninggalkan lokasi. Pertanyaannya:
>
> * Mengapa polisi membiarkan mereka bertahan di situ?
> * Mengapa polisi tidak berinisiatif untuk memaksa mereka pergi dan
mengevakuasi ke tempat aman?
> * Bukankah mereka sudah tahu bahwa kondisi sudah demikian gawat?
>
> Terkesan polisi membiarkan bentrokan terjadi dengan menarik anggotanya
dari lokasi. Bahkan kawan kami di redaksi bercerita bahwa saudaranya
yang bekerja di pemda Pandeglang bertanya-tanya, mengapa bentrokan itu
terjadi padahal seharusnya bisa dicegah karena sudah diketahui sejak
awal.
>
>
> 2. Massa Ahmadiyah
>
> Massa Ahmadiyah yang baru datang dengan dua mobil itu menolak
dievakuasi. Ada kesan mereka memang sengaja mempersiapkan diri untuk
menjadi martir karena kedatangan mereka jelas bakal memprovokasi massa
yang sudah terpancing emosinya sejak dua hari sebelumnya.
>
> Apa tujuan mereka? Massa Ahmadiyah itu sempat mengatakan bahwa mereka
ingin bertahan sampai titik darah penghabisan. Mengapa? Apakah mereka
memang berharap agar kasus ini meledak dan kemudian menjadi perhatian
masyarakat di dalam dan luar negeri? Ataukah mereka dikorbankan untuk
scenario berdarah ini?
>
>
> 3. Ada Penggerak Massa
>
> Dari gambar-gambar video yang muncul di Youtube maupun yang kami
dapatkan sendiri di lapangan, jelas bahwa awalnya massa tampak
digerakkan oleh belasan orang berjaket hitam, sebagian berkaos t-shirt
dan kemeja dan bersenjata golok. Yang menarik, mereka ini membawa tanda
pengenal berupa pita biru di kerah, atau di dada atau di lengan atas.
>
> Massa cair yang cenderung bergerak setelah berkumpul, belasan orang
ini berjalan dengan langkah pasti, dengan jarak sekitar beberapa ratus
meter, menuju rumah warga Ahmadiyah itu (rumah Suparman).
>
> Begitu sampai di depan pekarangan rumah Suparman, mereka langsung
menghajar warga Ahmadiyah yang berjaga di pekarangan dengan serangan
memakai golok, bambu, batu dan lain-lain.
>
> Dari gerakan-geriknya, mereka tampak sudah sangat terlatih memainkan
golok, mampu berkelit dengan tangkas dan berkelahi. Anehnya, ketika
massa mulai nimbrung, pentolan-pentolan penggerak massa ini sudah tidak
tampak lagi. Ke mana mereka pergi?
>
>
> 4. Kamera Video yang Sudah Standby
>
> Bagi orang televisi seperti kami, adanya gambar-gambar video yang
menggambarkan peristiwa penyerbuan itu sejak awal hingga akhir sangat
menarik.
>
> Cara mengambil gambarnya, sang kameraman cukup berpengalaman, dengan
kualitas kamera yang cukup baik. Lebih penting, kamera yang di lokasi
tampaknya ada beberapa, minimal dua atau tiga buah, dengan posisi yang
sangat bagus dan bisa bercerita banyak tentang peristiwa itu. Ini
uraiannya:
>
> Kamera pertama mengambil gambar long shoot ketika belasan orang
berjalan dengan bergegas, dipimpin seorang lelaki berjaket hitam dan
berkopiah hitam.
>
> Kamera kedua mulai merekam ketika belasan orang itu semakin mendekati
lokasi, berteriak-teriak, mulai dari long shoot kemudian medium shoot
hingga si pemimpin massa sempat diambil gambarnya dalam jarak dekat
secara close up meski hanya sekilas. Lalu kamera bergerak ke kanan dan
mengambil gambar ketika seorang polisi mencoba menahan massa tapi
kemudian membiarkan mereka.
>
> Mengapa polisi tidak terus menahan mereka, mengeluarkan tembakan
peringatan dan sebagainya? Apakah karena polisi itu melihat pita-pita
biru yang dipakai belasan orang itu? Ataukah mereka saling kenal?
>
> Selanjutnya ketika bentrokan awal terjadi, tampak jelas betapa kamera
yang mengambil gambar itu berada di belakang penyerbu.
>
> Yang menarik adalah kameraman yang mengambil suasana bentrokan itu
terkesan tidak takut dan seolah sudah saling mengenal dengan penyerbu,
sehingga mereka bisa mengambil gambar dengan tenang.
>
> Hal itu pula yang terjadi ketika warga Ahmadiyah yang sudah
ditelanjangi kemudian dipukuli dan dianiaya dengan sadis. Kamera tetap
mengambil gambar tanpa takut, tidak dilarang untuk mengabadikan
penganiayaan itu, dan bahkan mengambil gambar orang-orang yang mengambil
gambar kekejaman itu dengan handphonenya.
>
>
> 5. Soal Video Upload di Youtube
>
> Di Cikeusik, kontributor kami memang terlambat sampai ke lokasi. Baru
sore dia sampai lokasi. Tapi kontributor kami ini datang bersama para
wartawan dan kontributor dari media lainnya.
>
> Gambar yang pertama kali dikirim dari lokasi peristiwa adalah
gambar-gambar pasca kejadian. Mengirim gambar via streaming dari lokasi
juga tidak bisa dilakukan dengan cepat, maka baru pada malam hari gambar
pasca peristiwa terkirim dari warnet di kota kecamatan.
>
> Saat kontributor televisi kerepotan ke lokasi dan kemudian mengirim
gambar yang mereka dapat sendiri di kota kecamatan, ternyata
gambar-gambar peristiwa bentrokan terjadi yang begitu jelas dan gamblang
itu sudah diupload ke youtube pada Senin pagi 7 Februari 2011, dengan
beberapa nama uploader. Ada yang dengan nama andreasharsono, amatkuat
dan sebagainya.
>
> Mengapa gambar-gambar itu bisa begitu cepat terkirim di Youtube,
sementara dari kontributor kami dapatksn gambar-gambar itu besoknya.
Dari mana mereka mendapat gambar-gambar itu?
>
> Ada tiga seri "video amatir" yang kami dapatkan dari lapangan.
>
> Gambar pertama, kami dapat dengan merekam langsung gambar itu dari
kamera handphone seorang petugas Kodim. Gambar itu identik dengan salah
satu gambar video kekerasan di Cikeusik lewat Youtube yang menggambarkan
suasana saling lempar dan bacok antara warga Ahmadiyah melawan
penyerang.
>
> Gambar kedua, adalah gambar terpanjang, sekitar 10 menit. Gambar ini
kami dapat ketika reporter kami sedang berada di sebuah warnet di kota
kecamatan Cikeusik. Saat itu ada seorang polisi di sana.
>
> Karena koordinator liputan daerah meminta gambar video amatir yang
lain –selain yang pertama--, maka reporter itu langsung berinisiatif
meminta kepada si polisi,
>
> "Punya video amatir soal penyerbuan kemarin nggak, Pak?"
>
> Polisi itu menjawab, "Ada tuh di komputer yang kamu pakai, tadi
barusan ditransferÂ…" (???)
>
> Yang menarik, gambar ini sama dengan gambar video yang isinya
pembakaran dan penganiayaan sadis warga Ahmadiyah yang diupload di
Youtube.
>
> Gambar ketiga, didapat reporter kami dari seorang warga yang mengambil
gambar dengan handphonenya ketika suasana mulai agak reda.
>
>
> Kualitas ketiga video ini berbeda-beda.
>
> * Gambar pertama karena diambil dengan kamera handphone langsung
sangat berbeda dengan video gambar cenderung flat dan tidak begitu
kelihatan detailnya.
> * Gambar kedua lebih detail dan gambar pun stabil.
> * Gambar ketiga karena dari kamera handphone sederhana kualitas gambar
lebih buruk.
>
> Gambar detail kami dapat kemudian, sebagaimana gambar video yang
diupload di Youtube, tergambar secara detail suasana kedatangan para
penggerak massa, sampai masuk ke pekarangan dan bentrokan awal. Kualitas
gambarnya jauh lebih bagus. Gambar video ini lebih bercerita, dengan
berbagai sudut pengambilan gambar yang bagus. Cara mengambil gambar pun
tampak lebih professional.
>
> Siapa yang mengambil gambar ini? Mengapa pengambilan gambarnya begitu
professional? Mengapa mereka kelihatan tidak berkonflik dengan
penyerang? Lalu apa motif mereka?
>
>
> Hingga kini kami masih belum menyimpulkan dalang kasus ini secara
pasti. Tapi paling tidak, kami jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya
terjadi? Siapa yang sedang bermain-main dengan nyawa manusia? (Hanibal
Wijayanta, Wartawan).
>
>
>
>
http://forum.detik.com/konspirasi-dibalik-insiden-ahmadiyah-t235836.html\
?nd991103frm
>
>
> ================
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke