Ente dapat info dari mana mengenai umat puasa karena kurang
makan? Sekali ini fitenah ente sudah melampaui batas,
o...@mboong.

Kalau ente mau perhatikan, banyak umat yang ga shalat rutin namun ga mau
ninggalkan puasa (lalu ikut ibadah shalat Jumat saat puasa,
Alhamdulillah).
Cobalah ente pulang dulu ke Indonesia atau minta keterangan dari kawan
ente
para Kristen (agamanya Paulus).

Btw, ente masih Kristen? ga?
kalau Kristen puasa ga?
puasanya kek apa? 40 hari?
Bagaimana menentukan "jadwal" puasa (dll)?
Musa a.s, perbibel puasa. Juga Yesus a.s, 40 hari.
Modar semua umat Kristen kalau mau puasadengan tuntunan  kek gini.

--- In proletar@yahoogroups.com, "sunny" <am...@...> wrote:
>
> Refeleksi : Pesta "kemerdekaan" dan bulan puasa kali ini adalah 
sangat istimewa sebab selama usia 65 tahun sebahagian besar rakyat
sering berpuasa bukan karena alasan agama, tetapi karena negara tidak
membebaskan rakyatnya dari kemiskinan. Tidak bebas dari kemiskinan
berarti sering lapar karena tidak ada makanan untuk di makan, dengan
lain kata mereka berpuasa tanpa diritualkan oleh agama tetapi oleh
negara dan penguasanya.
>
>
http://nasional.kompas.com/read/2010/08/10/08041367/Puasa.dan.Kemerdekaa\
n
>
> Selasa, 10 Agustus 2010 | 08:04 WIB
>
> OPINI
>
> Puasa dan Kemerdekaan
> Oleh Hasan Asy'ari*
>
> KOMPAS.com - Dalam catatan sejarah, bangsa Indonesia mendeklarasikan
kemerdekaannya pada saat mayoritas elemen bangsa sedang menunaikan
ibadah puasa. Pada saat ini pun, di usianya yang ke-65 tahun, pesta
kemerdekaan jatuh pada bulan puasa, saat masyarakat disibukkan dengan
intensitas ibadah.
>
> Secara fisik dan dalam kacamata awam, orang yang sedang berpuasa
sering digambarkan dengan kondisi tubuh yang lemah, tidak bertenaga,
tidak bersemangat, dan bermalas-malasan. Sebab, selama lebih kurang 12
jam tidak tersuapi makanan dan minuman, terlebih lagi dalam tekanan
psikis karena terjajah.
>
> Sebuah ironi dengan kemerdekaan. Tidak mungkin kemerdekaan dapat
dideklarasikan dengan kondisi fisik yang lemah dan kemerdekaan tidak
mungkin bisa direbut kalau tidak didasari oleh semangat yang tinggi.
>
> Kemerdekaan adalah suatu kondisi tidak terjajah oleh koloni
ketidakadilan dan dehumanistik. Lalu, apa relevansi makna Ramadhan
dengan kemerdekaan atau bagaimana puasa bisa mendorong kehendak merdeka?
>
> Paling tidak, pertanyaan tersebut bisa ditemukan jawabannya dengan
merevitalisasi substansi puasa dalam kehidupan sosial. Tidak cukup
dipahami bahwa puasa adalah ibadah formal yang hanya cukup digugurkan
kewajibannya selama sebulan penuh, sedangkan bulan-bulan berikutnya
tidak terpantul secara implementatif oleh efek ibadah puasa. Setiap
detik dan setiap saat perilaku-perilaku sosial seharusnya terpancar oleh
sinar-sinar substansi yang diajarkan oleh ibadah puasa.
>
> Liberasi
>
> Kelahiran agama pada dasarnya membawa semangat liberatif bagi umat
manusia, pembebas dari kezaliman sosial, kemungkaran dan ketidakadilan
sosial untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera (rahmatan
lil'alamin). Semangat tersebut termanifestasi melalui simbol-simbol
ritus keagamaan, termasuk juga pada puasa.
>
> Puasa adalah menahan dan mengendalikan diri dari segala perbuatan
dehumanisasi yang bisa menurunkan kualitas dan bahkan membatalkan puasa.
Walaupun pengendalian diri menuntut upaya personal atau bersifat
pribadi, akan bermakna jika bisa memberikan implikasi pada kepentingan
sosial. Yang perlu ditekankan adalah bagaimana proses aksi pengendalian
diri yang bermula dari diri sendiri itu dimuarakan pada kemaslahatan
bersama, kepentingan bangsa dan masyarakat luas.
>
> Dalam buku Fiqh al-Shiyam, Yusuf Qaradhowi mengemukakan berbagai
hikmah ibadah puasa. Salah satunya, tarbiyah li al-iradah, puasa
mengajarkan untuk berkehendak. Pilihan untuk tidak makan dan minum serta
berhubungan suami-istri pada siang hari merupakan wujud dari
melaksanakan kehendak walaupun hal tersebut sangat sulit. Dalam konteks
yang lebih luas, bagaimana pendidikan berkehendak tersebut bisa
termanifestasi dalam kehidupan sosial.
>
> Potret kesejarahan kemerdekaan Indonesia telah mengajarkan kita.
Meskipun dengan kondisi psikis yang tertekan dan fisik yang lemah,
bangsa Indonesia masih memiliki kehendak. Kehendak untuk bebas dari
bentuk penindasan dan penjajahan.
>
> Berkehendak adalah kekayaan jiwa yang kita miliki dalam mengarungi
hidup. Namun, tidak banyak yang menyadarinya. Kita sebenarnya bisa.
Menahan dan mengendalikan diri dari perbuatan korupsi, misalnya,
tindakan pengambilan keputusan yang luar biasa, apalagi jika kehendak
itu ditransformasi kepada yang lain. Diam dan tidak berbuat bukan ajaran
dari puasa.
>
> Solidaritas masyarakat
>
> Hikmah puasa yang lain adalah terpupuknya rasa empati kepada sesama.
Adanya perasaan yang sama mengharuskan untuk berbuat minimal sama dengan
rasa empati yang terbangun dalam jiwa orang yang berpuasa. Tidak cukup
merasakan rasa tidak makan dan minum selama lebih kurang 12 jam
(keterbatasan dan kekurangan) dengan hanya memberikan makan dan minum
untuk memenuhi kekosongan perut.
>
> Namun, bagaimana hal tersebut bisa terjawab secara implementatif
dengan aksi-aksi sosial yang bersifat memberdayakan, bukan karikatif.
Inilah yang disebut nilai solidaritas berbasis komunitas, solidaritas
yang didasarkan pada bangunan perasaan yang sama, derita keterbatasan,
rasa ketidakadilan, dan frustrasi sosial. Puasa harus melahirkan jiwa
solidaritas tinggi.
>
> Namun, perasaan sama mulai kehilangan titik kesejarahannya seiring
dengan mulai terkikisnya nilai keadilan dan kesejahteraan bangsa kita.
Bangsa sudah mulai berani dengan sadar dan sengaja melukai bangsanya
sendiri dan membunuh hak generasinya. Melalui perilaku culas yang
dipraktikkan bangsa kita sendiri.
>
> Korupsi merupakan pencurian besar terhadap hak generasi. Rakyat kecil
juga berani melakukan hal yang sama walaupun dengan skala kecil dan
modus yang berbeda. Memberikan formalin, zat pemutih, dan zat kimia lain
pada setiap dagangannya yang dikonsumsi bangsanya sendiri. Wujud
perilaku dehumanisasi tersebut karena hilangnya rasa perasaan sama.
>
> Pada 65 tahun yang lalu, para pendiri bangsa kita telah mengajarkan
dan telah dibuktikan bahwa merebut kemerdekaan harus dengan jiwa dan
semangat liberatif. Semangat tersebut lahir karena ada perasaan sama,
perasaan ingin merdeka dan terbebas dari segala bentuk penjajahan. Kita
berharap bisa mengambil pelajaran dari puasa dan bisa meneladani nilai
kemerdekaan lain untuk tidak menzalimi yang lain.
>
> *Hasan Asy'ari Kader Muda Muhammadiyah; Tinggal di Lamongan, Jatim
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke