Saya lampirkan di bawah ini terjemahan Tanya-Jawab Parlemen (Kamervragen) antara Krista van Velzen, anggota Parlemen Belanda dari Partai Sosialis, dengan Menteri Luar Negeri Belanda, Drs. M.J.M. Verhagen mengenai peristiwa pembantaian di Rawagede. Pada 15 Januari 2008, dalam acara Konferensi internasional ENCOMPASS (Encountering a Common Past in Asia) di Arsip Nasional RI, saya bertemu dengan Duta Besar Belanda, Dr. Nikolaos van Dam. Dia menyampaikan, bahwa masalah Rawagede telah dibicarakan di Parlemen Belanda. Beliau meminta alamat email saya, karena dia akan mengirim teks tanya jawab di Parlemen Belanda tersebut kepada saya. Beliau menepati janjinya, dan sekretarisnya mengirimkan teks tersebut, yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Sarah Sayekti. (Terima kasih banyak Sarah!) Sejak tahun 2005, saya telah berkorespondensi dengan Krista van Velzen (lihat weblog saya: http://indonesia-dutch.blogspot.com). Bulan Oktober 2007, bersama Ketua Dewan Penasihat KUKB, Mulyo Wibisono, MSc., saya ke Belanda, dan bertemu dengan sejumlah kalangan, termasuk Guido van Leemput, asisten dari Krista van Velzen, yang pada waktu itu sedang berada di Guantanamo, menengok penjara Amerika Serikat di sana. Kepada Guido van Leemput kami sampaikan mengenai peristiwa pembantaian di Rawagede yang dilakukan oleh tentara Belanda pada 9 Desember 1947, di mana 431 penduduk desa dibantai tanpa adanya proses pengadilan, tuntutan dan pembelaan. (KUKB juga menyebarluaskan mengenai acara peringatan tersebut ke berbagai media di Belanda. Peristiwa ini disiarkan oleh Radio 1 journaal dan OVT, pada 9 Desember 2007: http://geschiedenis.vpro.nl/programmas/3299530/afleveringen/december2007/. Juga diberitakan oleh harian Trouw, 12 Desember 2007, lihat: http://prod.trouw.nl/deverdieping/podium/article867165.ece/Hoog_tijd_bloedbad_op_Java_te_erkennen_opinie) Kami sampaikan, pada saat ini masih hidup 9 orang janda korban pembantaian, dan satu orang korban penembakan yang kini berusia 84 tahun serta masih ada 6 orang saksi mata/keluarga korban pembantaian. Mereka hidup dalam kemiskinan. 4 tahun yang lalu masih hidup 22 orang janda korban pembantaian. Kami sampaikan, bahwa masalah pemberian kompensasi bagi mereka yang sekarang paling urgent untuk ditangani, mengingat usia mereka rata-rata di atas 75 tahun. Juga kami sampaikan rencana penyelenggaraan Peringatan 60 Tahun Tragedi Rawagede pada 9 Desember 2007. Guido van Leemput berjanji akan menyampaikan hal ini kepada Krista van Velzen, dan akan mengajukan masalah ini di Parlemen Belanda. Ternyata mereka juga menepati janji, dan seperti dapat dilihat di bawah ini, Krista van Velzen mengajukan pertanyaan mengenai Rawagede kepada Menteri Luar Negeri Belanda, Drs. M.J.M. Verhagen, di Parlemen Belanda pada 4 Januari 2008. Mengenai kompensasi untuk para korban/keluarga korban juga disampaikan oleh Krista van Velzen (lihat pertanyaan butir 3). Kelihatannya pihak Pemerintah Belanda mulai serius memandang tuntutan KUKB. Hal ini terlihat ketika penyelenggaraan Peringatan 60 Tahun Tragedi Rawagede pada 9 Desember 2007. KUKB mengundang Duta Besar Belanda, Dr. Nikolaos van Dam, untuk menghadiri Peringatan 60 Tahun Tragedi Pembantaian di Rawagede pada 9 Desember 2007. Karena pada waktu itu, Beliau sedang menemani Menteri Kerjasama Pembangunan Belanda, Bert Koenders, yang sedang berkunjung ke Indonesia, Dubes van Dam mengutus Willem Meulenberg, Deputy Counsellor Press and Culture/Vice Director Erasmus Huis, mewakili beliau menghadiri acara tersebut. Ini merupakan peristiwa bersejarah, karena pertama kali dalam sejarah hubungan Indonesia-Belanda, seorang wakil dari Kedutaan Besar Belanda, yang juga merupakan wakil dari Pemerintah Belanda, hadir dalam suatu acara peringatan pembantaian yang dilakukan oleh tentara Belanda di masa agresi militer Belanda di Indonesia antara tahun 1945 1949, dalam upaya Belanda menjajah kembali Indonesia. Kehadiran wakil dari Kedutaan Belanda pada acara peringatan tersebut juga disebutkan oleh Menlu Belanda, Verhagen dalam jawabannya. Dalam sambutan pada pembukaan acara tersebut saya menyampaikan penghargaan yang tinggi atas kehadiran Willem Meulenberg, wakil dari Kedutaan Belanda, yang juga merupakan Perwakilan Kerajaan Belanda di Indonesia. Hal ini dapat menjadi awal baru dalam hubungan Indonesia-Belanda, dan kini kita telah berteman kembali, dan kita dapat bersama-sama secara damai dan bermartabat- menutup lembaran hitam dalam sejarah Indonesia-Belanda. Saya juga menyampaikan, bahwa para janda dan keluarga korban pembantaian tidak menyimpan dendam terhadap tentara Belanda yang telah membunuh suami atau keluarga mereka. Mereka telah menerima hal tesebut sebagai takdir Allah. Mereka bersedia memberikan maaf, namun kepada siapa maaf tersebut akan diberikan apabila tak ada yang meminta maaf? Mereka juga tidak keberatan dengan rencana KUKB untuk mengundang mantan tentara Belanda yang terlibat dalam pembantaian pada waktu itu, untuk menghadiri acara perdamaian/rekonsiliasi yang akan diselenggarakan di Rawagede pada 9 Desember 2008. Pada 16 Agustus 2005 di Jakarta, Menteri Luar Negeri Belanda (waktu itu) Ben Bot dalam sambutannya mengatakan: ...In retrospect, it is clear that its large-scale deployment of military forces in 1947 put the Netherlands on the wrong side of history. Hal ini berarti bukan hanya para janda dan keluarga korban, melainkan juga para serdadu yang bertempur di Indonesia antara tahun 1945 - 1950 dan pembangkang wajib militer Belanda (indonesië weigeraars) merupakan korban dari politik/kebijakan Belanda waktu itu yang salah. Salam, Batara R. Hutagalung Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) Mengenai KUKB dapat dibaca di weblog: http://indonesiadutch.blogspot.com. Mengenai Peristiwa pembantaian di Rawagede dapat dibaca di weblog: http://batarahutagalung.blogspot.com Petisi online terhadap Pemerintah Belanda, yang juga didukung oleh beberapa orang Belanda, dapat dilihat di: http://www.petitiononline.com/brh41244/petition.html ========================================= Tanya-Jawab Parlemen (Kamervragen) antara Krista van Velzen, anggota Fraksi Partai Sosialis dan Menteri Luar Negeri, Drs. M.J.M Verhagen di Parlemen Belanda pada 4 Januari 2008. Pertanyaan 1: Apakah anda pernah mendengar siaran radio OVT tentang peringatan ke-60 peristiwa berdarah di satu desa di Jawa, Rawagede? Jawab: Ya Pertanyaan 2: 1) Apakah Anda mengakui bahwa di Rawagede pernah terjadi eksekusi di tempat (standrechtelijke executies) yang dilakukan oleh militer Belanda yang menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah besar? 2) Apakah Anda sepakat, terutama seperti terungkap dalam pidato Menteri Luar Negeri pada tahun 2005, bahwa dalam melancarkan aksi polisional (baca: agresi militer!) Belanda berada pada sisi yang salah dalam sejarah, dan bahwa sudah saatnya Belanda menyatakan perdamaian dan penyesalan terhadap keluarga yang ditinggalkan dari peristiwa berdarah di Rawagede? Jika tidak, mengapa demikian? Baca selanjutnya, dan teks asli dalam bahasa Belanda, di: http://indonesiadutch.blogspot.com
--------------------------------- Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/