Saya Sudah di Surga, Ustad!
Oleh M. Guntur Romli
22/11/2005
Rabu malam kemarin (16/11), di kediaman Wapres Jusuf Kalla diputar film 
istimewa. Penontonnya pun istimewa. Film itu berasal dari rekaman testimoni 
(pengakuan) para pelaku bom Bali II. Sedangkan penontonnya, dua belas ulama 
yang didatangkan dari Jawa Timur. 

Rabu malam kemarin (16/11), di kediaman Wapres Jusuf Kalla diputar film 
istimewa. Penontonnya pun istimewa. Film itu berasal dari rekaman testimoni 
(pengakuan) para pelaku bom Bali II. Sedangkan penontonnya, dua belas ulama 
yang didatangkan dari Jawa Timur. 
Ada empat wajah yang menyembul pada rekaman itu. Ekspresinya beragam. Ada yang 
mengacung jari telunjuk, ada pula yang santai sambil cengengesan. Tapi semua 
menyampaikan pesan tekahir dan alasan mereka melakukan bom bunuh diri. Mereka 
sedang berfantasi sedang berjihad di jalan Allah. 

Seorang yang diduga bernama Salik Firdaus berpesan, "Untuk istri dan 
keluargaku, ketika kalian menyaksikan video ini, saya sudah berada di dalam 
jannah (surga)!" Benarkah saat ini Salik Firdaus sudah berada di surga? Wallahu 
a'lam! Tak seorang pun dari kita yang tahu apakah angan-angannya tercapai. Kita 
tidak bisa meminta konfirmasi Salik, baik lewat surat, telepon seluler, atau 
SMS. 

Salik juga tidak lupa berpesan begini: "Jika saya punya hutang, mohon 
dilunasi!" Tapi alpakah Salik, bahwa hutang uang bisa segera dilunasi, tapi 
bagaimana dengan hutang lainnya? Ia telah meninggalkan "hutang-hutang" yang 
lebih besar; hutang penderitaan bagi keluarganya, kepada para korban bom, 
negara, dan agamanya. 

Sementara dari liputan media elektronik, hati kita tersentuh menyaksikan adik 
Dr. Azahari, Bani Yamin Husein, yang tampak berusaha tabah, menanggung malu dan 
rasa bersalah akibat perbuatan kakaknya. Berkali-kali ia menangis dan meminta 
maaf pada seluruh masyarakat Indonesia. 

Ibunya Misno, salah seorang pelaku bom Bali II, meraung-raung dalam sebuah 
konferensi pers. Ia seakan tak habis pikir anaknya akan berbuat hal yang jauh 
di luar perkiraannya. Hutang-hurang para teroris itu tidak bisa terbayarkan. 
Hutang malu, penderitaan, ketakutan, dan kebencian. 

Para alim-ulama yang menonton film bersama Wakil Presiden terkaget-kaget 
mendengar alasan-alasan "para tentara Tuhan" yang salah medan perang itu. 
Mangapa kaget? Mungkin akibat ulah nekat anak muda belia itu, atau mungkin juga 
karena Islam yang mereka yakini sebagai agama damai, telah dibajak kawanan 
teroris sebagai amunisi pembunuh. 

Tapi, apakah selama ini para ulama dan tokoh-tokoh agama kita umumnya telah 
bersikap tegas terhadap terorisme? Mengutuk bom bunuh diri mungkin sudah. 
Simaklah komentar Gus Muh, seorang kiai yang hadir: "Bom bunuh diri haram 
hukumnya!" 

Tapi lebih jauh, apakah mereka sudah sadar bahwa alasan-alasan para teroris 
itu, sesuai belaka dengan begitu banyak isi khutbah, pengajian, dan pengajaran 
agama yang disampaikan kebanyakan dai yang kita anggap tokoh agama selama ini? 

Benar, sebab-sebab dan motif-motif terorisme memang beragam; dari alasan 
politik, ekonomi, sosial-budaya, hingga frustasi. Namun, jika mau jujur, 
doktrin agama yang sudah dimanipulasi, betul-betul menjadi pendorong terkuat. 
Masing-masing telah memiliki alasan dan dorongan dari doktrin agama. Dalam 
testimoninya, mereka mengumbar istilah jihad, melawan orang kafir, merindukan 
mati syahid, dan sedang menjemput surga. 

Kita sadar, kematian Azahari, pemburuan Nordin M. Top, al-Faruq, dan jejaring 
teroris lainnya, tidaklah memadai untuk mememerangi terorisme. Ada ancaman lain 
yang lebih berbahaya dari sekadar bom teror itu sendiri. "Bom" itu 
sewaktu-waktu dapat saja meledak dan berdentum di mana-mana. "Bom" itu bernama 
agama!

Bagaimana agama menjelma menjadi sebuah bom? Ketika ia dirakit dengan 
kepicikan, kebencian, ketertutupan, dan kekerasan. Jika ingin tahu bagaimana 
"bom" itu dirakit, simaklah khutbah-khutbah dan pengajian-pengajian yang 
dijejali kecaman, sumpah-serapah, makian, dan hasutan. Inilah sesungguhnya bom 
setelah Azahari wafat.

Karena itu, jika selama ini kita terlibat dalam perakitan "bom" itu dan rajin 
menyebarnya, tak usah kaget jika ada pemuda belia yang terpengaruh, lalu ia 
tiba-tiba "berjihad melawan orang kafir" dengan membawa bom sesungguhnya. 
Kelak, ia kembali membawa pesan, "Ustad, kini saya sudah di surga!" [Mohamad 
Guntur Romli].

^ Kembali ke atas 
Referensi: http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=924


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke