http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/11/5/o2.htm


Jumat Umanis, 5 Nopember 2004
 Artikel


Tantangan utama lain sudah tentu berkaitan dengan kemungkinan ''kekacauan 
politik'', mengingat SBY menjadi presiden tidak didukung mayoritas anggota 
parlemen -- DPR dan DPD. Pemerintah baru kesulitan mendapat dukungan dalam 
membuat kebijakan di parlemen. Tetapi, Presiden Yudhoyono dapat menggunakan 
kekuatan karisma kepemimpinan dan kemampuan komunikasi dengan menggunakan 
media massa sebagai katalis dalam menyajikan kebijakan yang ditempuhnya. 
Suatu upaya pencitraan diri dalam mengaktualisasi janji kampanye, seperti 
mengedepan dalam ungkapan: rekonsiliasi, reformasi dan recovery. Masalahnya, 
bagaimana konsep tersebut diimplementasikan.
----------------------------

Sebelum Tonggak Jadi Pentungan
Oleh Ngurah Karyadi

KORUPSI di hampir semua tingkat pengambilan keputusan, stagnasi ekonomi, 
serta serangan terorisme, mengakibatkan mayoritas rakyat mengharapkan 
perubahan. Mantra perubahan berembus demikian kuat di sekitar kita. 
Sebagaimana pengalaman reformasi di tahun 1998, harapan akan perubahan 
sangat berisiko jika tidak sesuai dengan kemampuan sebagaimana yang 
dinjanjikan dalam kampanye pemilu lalu. Sering terjadi ''besar pasak 
daripada tiang''. Tingginya harapan publik atas pemerintah yang baru dapat 
berbalik, di mana terjadi instabilitas politik dan ekonomi akibat pemerintah 
baru tidak dapat mengelola harapan tersebut. Sehingga, kuartal pertama 
(periode tiga bulan) di tahun pertama pemerintahan sepertinya bukan 
merupakan periode bulan-madu bagi pemerintahan Susilo Bambang 
Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla.
-------------------------------
Sebaliknya, warga dan pasar akan menunggu detail lebih jauh kebijakanya, 
khususnya kebijakan mikro ekonomi, yang belum banyak diungkapan. Lebih 
banyak menguraikan kebijakan makro ekonomi, sebagaimana disampaikan dalam 
berbagai kampanyenya. Sebagai pegangan, artikulasi visi dan misi SBY-Kalla 
berkaitan dengan masalah kebijakan dan penanganan krisis merupakan tantangan 
strategis dalam memenangkan dukungan publik dan pasar. Ia menjadi indikator 
kunci sukses atau gagalnya pemerintahan.

Rancangan Kabinet Indonesia Bersatu, menjadi ''penanda'' awal dari bagaimana 
upaya pemerintahan SBY menerapkan kebijakanya. Sepertinya, SBY menunjukkan 
pilihan berdasarkan meritokrasi dalam memilih anggota kabinet. Jadi, bukan 
memilih para partisan, yang lebih banyak mudarat daripada manfaatnya, 
seperti di masa Gus Dur ataupun Megawati. Melalui seleksi anggota kabinet 
yang berdasarkan kemampuan profesional dan catatan yang bersih, SBY dapat 
menyampaikan sinyal komitmen perubahan kepada publik, baik nasional maupun 
internasional. Karena itu, pilihan atas Jaksa Agung dan menteri ekonomi 
menjadi indikator seberapa serius SBY-Kalla dengan penegakan hukum, melawan 
korupsi dan menumbuhkan ekonomi.

Tantangan langsung yang dihadapi pemerintah baru merupakan konsekuensi dari 
tidak stabilnya politik ekonomi global. Hal ini terlihat dalam situasi 
sehari-hari. Dalam hubungan ini termasuk kesiapan pemerintah dalam menangani 
masalah yang berkaitan dengan situasi menjelang berbagai hari raya, masalah 
anggaran bagi penanganan pemulangan TKI ilegal dari Malaysia, dan 
sejenisnya.
Dengan tingginya harga minyak dunia, di atas 50 dolar AS/barel, sejak 
beberapa bulan terakhir, maka ekonomi Indonesia dan keuangan pemerintah 
khususnya, menghadapi risiko yang fatal. Pemerintah baru mungkin tidak 
mempunyai pilihan yang lebih baik, yakni dengan terus melakukan pemotongan 
subsidi -- yang saat ini nilainya mencapai setidaknya Rp 65 trilyun/per 
tahun.

Masalah utama yang menunggu pemerintah baru sudah tentu penanganan atas 
pemulangan setidaknya 750.000 orang TKI ilegal dari Malaysia. Hal ini akan 
bisa menjadi bom waktu jika pemerintah tidak punya rencana jelas dan 
mendetail dalam menangani masalah tersebut.

Potensi ''Kekacauan Politik''

Tantangan utama lain sudah tentu berkaitan dengan kemungkinan ''kekacauan 
politik'', mengingat SBY menjadi presiden tidak didukung mayoritas anggota 
parlemen -- DPR dan DPD. Pemerintah baru kesulitan mendapat dukungan dalam 
membuat kebijakan di parlemen. Tetapi, Presiden Yudhoyono dapat menggunakan 
kekuatan karisma kepemimpinan dan kemampuan komunikasi dengan menggunakan 
media massa sebagai katalis dalam menyajikan kebijakan yang ditempuhnya. 
Suatu upaya pencitraan diri dalam mengaktualisai janji kampanye, seperti 
mengedepan dalam ungkapan: rekonsiliasi, reformasi dan recovery. Masalahnya, 
bagaimana konsep tersebut diimplementasikan.
Citra pengungkapan kebenaran dan rekonsiliasi, pembaruan dalam kedaulatan, 
serta pemulihan nasional merupakan kunci upaya tersebut. Langkah nyata dapat 
berupa upaya pengungkapan berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia 
(HAM) di masa lalu, berantas korupsi, pencurian kayu dan hasil hutan, 
ataupun menangani penyelundupan, melalui investigasi daftar panjang pelaku 
tingkat tinggi akan berdampak luas dalam masyarakat. Terlebih bila dapat 
menyentuh ''rantai atas'' (Soeharto?). Harus terjadi sinergi antara pusat 
dan daerah untuk itu. Dengan langkah tersebut, niscaya akan membawa angin 
segar bagi masyarakat luas dan bahkan dukungan dari segenap anggota parlemen 
bisa diperoleh.
Meskipun target jangka pendek dari pemerintahan SBY-Kalla mungkin saja 
sukses mengarahkan masalah politik dan ekonomi domestik dalam kuartal 
pertama, belum tentu akan berpengaruh pada jangka menegah atau jangka 
panjang. Para pengusaha dan investor masih akan berada di pinggiran, 
menunggu perbaikan situasi keamanan ataupun kepastian hukum. Meski demikian, 
tetap bisa menjadi nilai tambah bagi SBY-Kalla. Pemerintah harus 
menggambarkan komitmen kuat atas hukum dan perundangan dalam setiap 
kebijakannya. Di samping itu, akan berdampak positif bila pemerintah baru 
ini dapat mengurangi atau memotong prosedur birokrasi, khususnya yang 
berkaitan dengan investasi dan dunia usaha.
Lebih jauh, perang melawan terorisme dan bernegosiasi dengan gerakan 
sparatis seperti di Aceh, Maluku Selatan ataupun Papua harus juga 
dipertajam. Difokuskan pada upaya perbaikan atas persepsi risiko di antara 
segenap komponen warga negara, baik di kalangan pemerintah, pengusaha 
ataupun masyarakat luas. Evaluasi atas sistem pertahanan keamanan nasional 
menjadi keharusan, sehingga bisa menentukan strategi dan kebijakan 
operasionalnya. Suatu hal yang selama ini tidak pernah dilakukan, di mana 
keamanan dianggap taken for granted. Namun, setelah serangan teroris terbaru 
di Kedutaan Besar Australia, sepertinya ada yang salah atas sistem hankam. 
Untuk itu, pemerintah baru harus punya langkah-langkah khusus dan lebih 
signifikan dalam upaya tersebut.
Langkah formal melarang Jamaah Islamiah dan secara terbuka melakukan 
perlawanan atas kelompok radikal serta militan mungkin bisa menumbuhkan 
kepercayaan, baik secara nasional maupun internasional. Namun, yang lebih 
penting dari semua itu adalah mencari dan menemukan akar dari terorisme, 
yakni kemiskinan dan ketidakadilan itu sendiri. Melalui langkah jelas dan 
tegas dalam melawan ketidakadilan dan kemiskinan, masyarakat ataupun 
pengusaha dan pemodal akan percaya bahwa pemerintah baru bertindak dalam 
menjaga keamanan, sebagai salah satu kebutuhan publik. Suatu hal yang kini 
mengalami pergeseran, atau terjadi semacam ''swastanisasi keamanan'' seperti 
dalam berbagai bentuk organisasi jagabaya atau premanisme.
Di samping itu, peran kehumasan (PR) dalam menangani kecenderungan dan 
persepsi publik sangat dibutuhkan oleh pemerintah baru. Bukankah SBY-Kalla 
sudah teruji piawai memainkanya? Melalui penanganan tantangan utama, yang 
disajikan kepada publik oleh para humas yang dapat diandalkan, kuartal 
pertama awal pemerintahan SBY-Kalla diharapkan dapat menarik para pengusaha 
dan pemodal untuk membantu setidaknya 40 juta penganggur, terbuka dan 
terselubung.
Masyarakan, atau pengusaha khususnya, punya harapan tinggi bahwa aturan 
permainan akan berubah. Suatu kebijakan yang berbasiskan hukum, dan bukan 
kekuasaan semata. Mereka menunggu tanda-tanda dari program aksi kuartal 
pertama dari pemerintah baru. Jika kemampuannya tampak kurang menampilkan 
kepemimpinan yang kuat dalam kuartal pertama pemerintahan, skeptisme mungkin 
akan mudah berkembang kembali. Suatu keadaan yang akan memudarkan harapan 
yang kini mulai tampak cerah atau sebelum ''tonggak jadi pentungan''.
Penulis, analis masalah sosial dan politik, tinggal di Denpasar
 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke