Galamedia
14/05/2005 

Selama Tiga Bulan Terakhir  48.000 Gurban Belum Digaji


SEKELIMUS, (GM).-
Sekitar 48.000 guru bantu (gurban) di Jawa Barat resah. Pasalnya, selama tiga 
bulan terakhir, mereka belum memperoleh gaji. Akibatnya, untuk menutupi 
kebutuhan hidup mereka sehari-hari, para gurban tersebut terpaksa mencari 
pinjaman ke sana sini.

Salah seorang gurban dari Tasikmalaya, Iis (36) kepada "GM" melalui SMS (short 
message service) mengaku sudah tiga bulan terakhir tidak menerima gaji. Untuk 
mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia terpaksa menggunakan dulu dana tabungan 
siswa. "Terpaksa saya pakai dulu uang tabungan anak-anak, untuk mencukupi 
kehidupan sehari-hari," katanya.

Padahal, masih kata Iis, ia membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk memenuhi 
keutuhannya. Ia menyebutkan, meskipun anaknya hanya satu, namun untuk memenuhi 
kebutuhan sehari-hari, ia hanya mengandalkan gaji dari tugasnya sebagai gurban. 
Sedangkan suaminya kadang bekerja, kadang tinggal di rumah tanpa aktivitas. 
"Gaji itu sangat berarti buat kami, tapi ternyata sudah tiga bulan belum juga 
saya terima," desahnya.

Penderitaan Iis dirasakan pula oleh Mae (34). Gurban yang bertugas di Kab. 
Bandung ini juga sudah tiga bulan belum menerima gaji yang seharusnya 
diterimanya Rp 460.000/bulan. "Awal bulan kemarin (Mei, red) saya kira mau 
menerima gaji. Tapi ternyata tidak," katanya saat dihubungi melalui telepon.

Akibatnya, ia terpaksa harus meminjam uang kepada saudara-saudaranya untuk 
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Beruntung masih banyak saudaranya yang 
memberikan pinjaman. Sebab itu, ia sangat berharap agar gajinya bisa dibayar 
secepatnya dengan cara dirapelkan.

Terlepas dari itu, baik Iis maupun Mae tak habis mengerti kenapa sampai terjadi 
keterlambatan dalam pembayaran gaji mereka. "Kenapa ya pemerintah teh terlambat 
membayar gaji," ungkap Iis maupun Mae secara terpisah.

Prihatin

Keterlambatan gaji gurban ini diakui Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat 
(Kadisdik Jabar), Dr. Dadang Dally, M.Si. ketika dikonfirmasi "GM" di sela-sela 
konferensi nasional pendidikan di Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), Jln. 
Dipatiukur Bandung, Jumat (13/5).

Menurut Dadang, sebanyak 48.000 gurban di Jawa Barat memang belum memperoleh 
gaji selama 3 bulan. Hal itu terjadi karena dana untuk menggaji gurban belum 
turun dari pemerintah pusat.

Terus terang, tambah Dadang, ia merasa sedih dan prihatin atas peristiwa ini. 
Namun sejauh ini pihaknya masih tetap menunggu dana turun dari pemerintah 
pusat, untuk membayar gaji gurban di Jawa Barat.

Seorang gurban, kata Dadang, setiap bulan memperoleh gaji Rp 460.000. Sebab 
itu, untuk membayar gaji gurban di Jawa Barat, diperlukan sedikitnya dana Rp 22 
miliar/bulan. Untuk tiga bulan, masih kata Dadang, dibutuhkan dana sekitar Rp 
66 miliar. "Tapi saya juga tidak tahu kenapa dananya belum turun," ungkapnya.

Dadang menyatakan, pihaknya pernah menanyakan kepada pemerintah pusat tentang 
hal itu. Namun, jawabannya tidak memuaskan para guru bantu. Untuk menanggulangi 
gaji yang belum dibayarkan itu, pihak sekolah mencarikan alternatif dana 
talangan dari kasnya. "Jika tidak ada dana, guru bantu itu bertahan tanpa 
gaji," tegasnya.

Dadang juga belum bisa memastikan, kapan dana tersebut akan turun. Namun ia 
berharap secepatnya dana tersebut bisa turun sehingga gaji gurban bisa 
diberikan. Namun, pemerintah saat ini sedang mencarikan pemikiran tentang guru 
bantu tersebut.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, lanjut Dadang, belum memikirkan dana 
talangan untuk gaji gurban. Namun pemprov memiliki program melakukan rekrutmen 
untuk gurban yang akan ditempatkan di berbagai pelosok daerah terpencil.

Jumlah yang akan direkrut 1.600 orang, nantinya disebar di 16 kabupaten di Jawa 
barat untuk menutupi kekurangan tenaga guru sebanyak 48.000 orang. "Kita 
kekurangan guru sekitar 48.000 orang. Sebab itu, di daerah terpencil akan 
direkrut gurban sementara," jelasnya.

Perlu dikompensasikan

Sementara itu, anggota Komisi E DPRD Jabar, Rahmat Sulaeman merasa kaget dengan 
kabar itu. Menurutnya, belum dibayarnya gaji para gurban tersebut selama 3 
bulan, sangat keterlaluan. Sebab itu, perlu dilakukan penanggulangan sesegera 
mungkin dari pemprov.

"Bagaimana kita mau mencapai IPM (indeks pendidikan minimum) delapan tahun 
kalau keadaannya seperti ini," sergahnya. Menurut Rahmat, dalam membangun 
pendidikan hingga dicapainya IPM delapan tahun, bukan hanya siswanya. Namun 
guru-gurunya juga harus diperhatikan. Ia juga menyesalkan rekrutmen pegawai 
negeri sipil (PNS) tahun 2004 yang lebih banyak menerima pegawai lain 
dibandingkan guru. "Padahal semestinya guru menjadi bagian yang penting untuk 
membangun pendidikan di Jawa Barat," tambahnya.

Rahmat mendesak, Pemprov Jabar segera mengompensasikan dana yang dinilai tidak 
terlalu perlu, untuk menalangi gaji para guru tersebut. "Banyak dana di pos 
APBD yang sebenarnya kurang subtansif sehingga bisa dikompensasikan kepada 
pembayaran gaji GBS," ujarnya. (B.83

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
In low income neighborhoods, 84% do not own computers.
At Network for Good, help bridge the Digital Divide!
http://us.click.yahoo.com/S.QlOD/3MnJAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke