MEDIA INDONESIA Senin, 14 November 2005
Tiga Alasan Teroris Memilih Indonesia' ITULAH judul berita utama Media edisi Minggu (13/11). Ia merupakan rangkuman pendapat dari para pengamat intelijen kenapa dua penjahat besar yakni Dr Azahari dan Noordin M Top asal Malaysia memilih melakukan kejahatannya di Indonesia. Ketiga alasan itu, yakni lemahnya payung hukum, rendahnya pendidikan, dan suburnya kemiskinan. Mengikuti logika awam, kita memang bisa amat emosional dengan kejahatan terorisme di negeri ini. Karena para gembong teroris itu memilih Indonesia dan bukan negerinya sendiri (Malaysia). Indonesia yang tengah dililit banyak masalah, menjadi amat menderita atas kejahatan yang diotaki dua warga negara Malaysia itu. Kita akui Dr Azahari dan Noordin M Top tidak mungkin leluasa beroperasi di Indonesia tanpa berbagai 'kemudahan'. Berbagai 'kemudahan' itulah yang harus menjadi pelajaran bagi elite negeri ini dalam membangun Indonesia ke depan. Kita bisa berdebat panjang tentang kebenaran tiga alasan itu. Namun, juga tidak sepenuhnya meleset. Pendidikan yang rendah dan kemiskinan yang tinggi, jelas ladang garapan empuk bagi siapa pun untuk berjualan ideologi, keyakinan, atau bahkan mimpi-mimpi. Lalu alasan hukum. Betapa pun sangat debatable, fakta menunjukkan setelah Undang-Undang No 11/PNPS/1963 tentang Tindak Pidana Subversi (UU Subversi) dicabut, Indonesia menjadi sasaran empuk para teroris. Sejak bom malam Natal pada tahun 2000, bom seakan tidak berhenti menjadi horor di negeri ini: antara lain bom Bali I (2002), bom JW Marriott (2004), dan bom Bali II (2005). Kini Undang-Undang Subversi telah diganti dengan Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme (UU Antiterorisme). Undang-undang yang disahkan semasa pemerintahan Megawati ini dianggap masih seperti macan ompong. Kita memang belum sembuh dari trauma Orde Baru akibat UU Subversi. Sayangnya, kita juga masih setengah hati menerima UU Antiterorisme. Bangsa ini sepakat tidak menghidupkan lagi UU Subversi atau meniru Malaysia dan Singapura dengan Internal Security Act (ISA) yang amat represif. ISA mencakup keamanan bidang hukum, keamanan, dan politik, sehingga penjahat seperti Dr Azahari dan Noordin M Top tidak punya ruang untuk bertingkah di negeri mereka sendiri. Akibatnya sudah tentu, dua negeri itulah yang paling stabil di Asia Tenggara. Keduanya paling menikmati keuntungan ekonomi di tengah instabilitas negara-negara seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand. Indonesia hari ini harus tegas berkata 'TIDAK' untuk terus menjadi 'penonton' kejayaan Malaysia dan Singapura. Bukankah dalam banyak fakta, yang membuat kedua negara itu berjaya juga Indonesia? Kebodohan Indonesia itulah yang membuat Malaysia dan Singapura melesat berada di depan. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/