Mana bisa orang islam yang kaffah bisa menjadi seorang demokrat. 
Kuat agamanya tetapi juga seorang demokrat tulen, seperti Pak Presiden?  
Padahal Bapak SBY sendiri tidak kuat agamanya.
 
Sepanjang pengamatan saya orang Indonesia sebenarnya punya sifat yang unik 
yaitu bisa melakukan aktivitas yang immoral dan yang bermoral secara simultan 
tanpa merasa ada sesuatu yang salah.
Misalnya, orang indonesia bisa pada satu sisi dia seorang ulama yang berkotbhah 
soal moral yang baik, hidup sederhana, kejujuran dsb tetapi ybs juga punya 
istri simpanan, hidup mewah dsb. Seorang pejabat bisa sholat dan korupsi tanpa 
merasa aneh dengan perilakunya. 
 
Namun kelihatannya inti dari semua perilaku munafik orang Indonesia adalah 
tidak mau susah dan ingin cari selamat. Dan sebab dari tumbuhnya moral hazard 
semacam itu karena agama islam yang dianut oleh kebanyakan orang indonesia 
gagal menumbuhkan kebaikan moral manusia namun malah merusak moral manusia yang 
normal sejak masih kanak-kanak dengan ajaran-ajaran yang penuh kebohongan dan 
kepercayaan-kepercayaan yang tidak masuk akal yang dipaksakan. Intinya 
anak-anak Indonesia sudah diajari membohongi diri sendiri sejak dini oleh 
ajaran islam sehingga pertimbangan hati nuraninya menjadi kacau dan tidak 
normal.
 

Ambon <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Refleksi:  Apa yang dikatakan oleh Presiden  dalam orasi  di Webster University 
bahwa: "orang Islam yang kuat agamanya, pada waktu yang sama, bisa sekaligus 
menjadi demokrat tulen", menimbulkan pertanyaan mengenai  iman Usztad Ba'asir 
yang dipenjaran. Pertanyaannya ialah apakah tidak kuat agama uztad Ba'asir? 


REPUBLIKA

Selasa, 20 September 2005


Memperdebatkan Kembali Islam dan Demokrasi 

Taufikurrahman Saleh
Wakil Ketua Komisi III DPR, Advisor di ISDS


Ada pernyatan menarik dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pidato 
pengukuhannya sebagai doktor honoris causa (kehormatan) bidang hukum di 
Universitas Webster di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat (AS) pertengahan 
September 2005 ini. Dalam orasinya, Presiden menyatakan orang Islam yang kuat 
agamanya, pada waktu yang sama, bisa sekaligus menjadi demokrat tulen.

Presiden mencontohkan Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim dan terbesar 
di dunia, bahkan melebihi Muslim di Timur Tengah- namun berhasil 
menyelenggarakan pemilihan umum secara langsung dengan baik (Republika, 
14/09/2005). Perkembangan ini sekaligus membantah pendapat yang menyatakan 
Islam tidak cocok dengan demokrasi. Pendapat Presiden ini suatu hal menarik 
karena dilontarkan di negeri Paman Sam, di mana sikap skeptisme masyarakatnya 
terhadap umat Islam semakin meningkat dengan maraknya kekerasan global yang 
dituduhkan kepada kaum Muslimin. Sementara nilai-nilai demokrasi modern 
mengharuskan penggunaan cara-cara damai (non violence).

Keraguan
Sebenarnya, bila dilacak keraguan dunia Barat --termasuk Amerika-- terhadap 
umat Islam dalam menjalankan praktik demokrasi memiliki akar yang panjang. 
Sekurangnya mereka melihat kurangnya umat Islam menjalankan demokrasi dengan 
memfokuskan negara-negara Muslim di kawasan Timur Tengah yang kebanyakan tidak 
menerapkan sistem demokrasi, melainkan sistem kerajaan. Misalnya Arab Saudi, 
Kuwait, Uni Emirat Arab, dan sebagainya.

Karena adanya contoh semacam itu, barangkali Samuel Huntington dan Francis 
Fukuyama, sempat mensinyalir bahwa Islam tidak sejalan dengan demokrasi. Dalam 
realitas sejarah Islam memang ada pemerintahan despotik yang dikemas dengan 
baju Islam seperti praktik-praktik yang dilakukan oleh sebagian penguasa Bani 
'Abbasiyah dan Umayah. 

Memang harus diakui, karena kepentingan dan untuk melanggengkan status quo 
raja-raja di negeri yang penduduknya Muslim, sebagian mengenyampingkan 
demokrasi. Seperti pengamatan Mahasin (1999:31), bahwa di beberapa bagian 
negara Arab, misalnya, Islam seolah-olah mengesankan pemerintahan raja-raja 
yang tiran dan korup. 

Ketika gelombang demokratisasi mulai pasang pada akhir dasawarsa 1970-an dan 
sepanjang 1980-an, hampir sulit ditemui studi yang menyatakan dunia Islam 
memiliki potensi dalam mempraktikkan demokrasi. Alasan utamanya, dunia Islam 
tidak memiliki pengalaman yang cukup dalam mengembangkan demokrasi. Dan menurut 
'kacamata' waktu itu, tidak ada indikator bahwa kawasan ini mampu menerima 
beroperasinya struktur demokratik.

Apa yang pernah di praktikkan oleh Libanon dengan demokrasi bagi-bagi 
kekuasaanya berdasarkan kelompok etnis-religius (consociational democracy) 
dianggap kurang mencerminkan demokrasi yang sejati. Demikian pula yang terjadi 
dengan Indonesia. Tetapi, kesimpulan itu tak sepenuhnya benar. Karena kurang 
melihat kenyataan Islam memberi tempat pada perbedaan dan aspek nilai-nilai 
Islam sendiri. Dari aspek sejarah saja, ada eksperimen demokratisasi yang telah 
menemukan embrionya dalam sejarah Islam, yaitu pada masa Nabi dan 
khulafaurrasyidin (Mahasin, 1999:31). 

Perbedaan 
Kita tidak bisa menafikan di dalam tubuh umat lslam sendiri terdapat banyak 
keragaman tentang hubungan Islam dan politik termasuk di dalamnya dengan 
demokrasi. Varian-varian pemikiran itu bisa terjadi, karena Islam memang 
memberikan ruang pada perbedaan. Kata Nabi Muhammad SAW: ''Perbedaan di antara 
umatku adalah rahmat.'' 

Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin (1993:30), Islam dan 
demokrasi memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal 
dari proses pemikiran manusia. Dengan demikian, agama memiliki tata aturannya 
sendiri. Namun begitu, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan 
demokrasi. Dalam perspektif Islam terdapat nilai-nilai demokrasi meliputi: 
syura,musawah, adalah, amanah, masuliyyah dan hurriyyahSyura merupakan suatu 
prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara lugas ditegaskan dalam 
Alquran. 

Misalnya saja disebut dalam QS Assyura ayat 38 dan Ali Imran ayat 159. Dalam 
praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana 
syura adalah ahl halli wa-l'aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini 
lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah 
(Madani, 1999: 12). Jelas bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan 
pertimbangan dan tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah 
keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh 
pemerintah akan menjadi tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan 
bentuk dari pemberian penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat 
yang disampaikan menjadi pertimbangan bersama. 

Di samping itu, prinsip al-muwasah adalah kesejajaran. Artinya tidak ada pihak 
yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. 
Penguasa tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter 
dan eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi 
menghindari hegemoni penguasa atas rakyat.

Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi yang diberi 
wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan adil 
untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang-undang yang telah 
dibuat. Oleh sebab itu, pemerintah memiliki tanggung jawab besar di hadapan 
rakyat dan Tuhan. Dengan begitu, pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan 
perilaku yang dapat dipercaya, jujur dan adil.

Sebagian ulama memahami al-musawah ini sebagai resultan dari prinsip al-syura 
dan al-'adalah. Di antara dalil Alquran yang sering digunakan dalam hal ini 
adalah surat Alhujurat ayat 13, sementara dalil sunnah-nya cukup banyak antara 
lain tercakup dalam khutbah wada' dan sabda Nabi kepada keluarga Bani Hasyim 
(Tolchah, 199:26).

Nilai-nilai Islam yang sejalan dengan demokrasi masih banyak. Di antaranya 
al-masuliyyah atau tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui bahwa, kekuasaan 
dan jabatan itu adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, bukan alat 
untuk memperkaya diri dan sewenang-wenang. Maka rasa tanggung jawab bagi 
seorang pemimpin atau penguasa harus dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini 
mememiliki dua pengertian, yaitu amanah yang harus dipertanggungjawabkan di 
depan rakyat dan juga amanah yang harus dipertanggungjawabkan di depan Tuhan.

Seperti yang dikatakan oleh Ibn Taimiyah (Madani, 1999:13), bahwa penguasa 
merupakan wakil Tuhan dalam mengurus umat manusia dan sekaligus wakil umat 
manusia dalam mengatur dirinya. Dengan dihayatinya prinsip pertanggungjawaban 
(al-masuliyyah) ini, diharapkan masing-masing orang berusaha untuk memberikan 
sesuatu yang terbaik bagi masyarakat luas. 

Dengan demikian, pemimpin atau penguasa tidak ditempatkan pada posisi sebagai 
penguasa umat, melainkan sebagai khadim al-ummah (pelayan umat). Oleh karena 
itu, kemaslahatan umat senantiasa harus menjadi pertimbangan dalam setiap 
pengambilan keputusan oleh para penguasa, bukan sebaliknya rakyat atau umat 
harus menghamba pada penguasa.

Dengan mengulas langsung ke nilai-nilai ajaran Islam itu maka tesis Huntington 
dan Fukuyama yang mengatakan: ''bahwa realitas empirik masyarakat Islam tidak 
kompatibel dengan demokrasi'' adalah tidak seluruhnya benar. Karena belum 
menyentuh ke subtansi ajaran Islam dan heteregonitas di dalam dunia Islam 
Kalangan akademisi perlu menolak tesis Huntington mengidentikkan demokrasi 
dengan the Western Christian Connection (lihat Imam, 1999:x-xi, Hefner, 
2000:4-5). Dan di sini, kita menemukan relevansi pidato Presiden SBY dalam 
pengukuhannya sebagai doktor honoris causa bidang hukum di Universitas Webster. 




[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 



SPONSORED LINKS 
Writing book Writing a book Writing child book Book writing software Writing a 
book report Business writing book 

---------------------------------
YAHOO! GROUPS LINKS 


    Visit your group "proletar" on the web.
  
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


---------------------------------



__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke