Kaga Gempar lah, biasa aja.

Toh presiden RI adalah muslim, biasa aja kok.
Siapa yang peduli kalo presiden Amerika seorang Muslim ? 

yang penting bisa berlaku adil



________________________________
 Dari: Tawangalun <tawanga...@yahoo.com>
Kepada: proletar@yahoogroups.com 
Dikirim: Minggu, 18 Agustus 2013 11:15
Judul: [proletar] Direktur NATO mualaf jangan main2
 


  
Murad Wilfried Hoffman: Kisah Islamnya Mantan Direktur NATO

murad-wilfried-hoffmankisahmuallaf.com – Islam adalah agama yang rasional dan 
universal. Ia bisa diterima dan sesuai dengan akal sehat. Agama Islam adalah 
rahmat bagi seluruh alam. Sebab, kendati diturunkan di Jazirah Arabia, agama 
Islam bukan hanya untuk orang Arab, tetapi juga bisa diterima oleh orang yang 
bukan Arab (Ajam).

Bahkan, ilmu-ilmu dan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran, sesuai dengan 
pandangan hidup umat manusia. Karena itu, tak heran, bila agama yang dibawa 
oleh Muhammad Shallallahu `Alaihi Wasallam ini, dengan mudah diterima oleh 
orang-orang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya. Itulah yang dialami 
Dr. Murad Wilfried Hoffman, mantan Diplomat Jerman. Ia menerima agama Islam, 
disaat kariernya berada di puncak.

Dr Hoffman, menerima Islam pada 25 September 1980. Ia mengucapkan syahadat di 
Islamic Center Colonia yang dipimpin oleh Imam Muhammad Ahmad Rasoul. Ia 
dilahirkan dalam keluarga Katholik Jerman pada 3 Juli 1931. Dia adalah lulusan 
dari Union College di New York dan kemudian melengkapi namanya dengan gelar 
Doktor di bidang ilmu hukum dan yurisprodensi dari Universitas Munich, Jerman 
tahun 1957.

Selain itu, Hoffman dulunya adalah seorang asisten peneliti pada Reform of 
federal Civil Procedure. Dan pada tahun 1960, ia menerima gelar LLM dari 
Harvard Law School. Kemudian, pada tahun 1983-1987, ia ditunjuk menjadi 
direktur informasi NATO di Brussels. Selanjutnya, ia ditugaskan sebagai 
diplomat (duta besar) Jerman untuk Aljazair tahun 1987 dan dubes di Maroko 
tahun 1990-1994. Tahun 1982 ia berumrah, dan 10 tahun (1992) kemudian 
melaksaakan haji.

Namun, justru sebelum di Aljazair dan Maroko inilah, Hoffman memeluk Islam. Dan 
ia baru mempublikasikan keislamannya setelah dirinya menulis sebuah buku yang 
berjudul Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif) tahun 1992. 
Setelah terbit bukunya ini, maka gemparlah Jerman.

Dalam buku tersebut, ia tidak saja menjelaskan bahwa Islam adalah alternatif 
yang paling baik bagi peradaban Barat yang sudah kropos dan kehilangan 
justifikasinya, namun secara eksplisit Hoffman mengatakan, bahwa agama Islam 
adalah agama alternatif bagi masyarakat Barat.

"Islam tidak menawarkan dirinya sebagai alternatif yang lain bagi masyarakat 
Barat pasca industri. Karena memang hanya Islam-lah satu-satunya alternatif 
itu," tulisnya.

Karena itu, tidak mengherankan saat buku itu belum terbit saja telah 
menggegerkan masyarakat Jerman. Mulanya adalah wawancara televisi saluran I 
dengan Murad Hoffman. Dan dalam wawancara tersebut, Hoffman bercerita tentang 
bukunya yang sebentar lagi akan terbit.

Saat wawancara tersebut disiarkan, seketika gemparlah seluruh media massa dan 
masyarakat Jerman. Dan serentak mereka mencerca dan menggugat Hoffman, hingga 
mereka membaca buku tersebut.

Hal ini tidak hanya dilakukan oleh media massa murahan yang kecil, namun juga 
oleh media massa yang besar semacam Der Spigel. Malah pada kesempatan yang 
lain, televisi Jerman men-shooting Murad Hoffman saat ia sedang melaksanakan 
shalat di atas Sajadahnya, di kantor Duta Besar Jerman di Maroko, sambil 
dikomentari oleh sang reporter: "Apakah logis jika Jerman berubah menjadi 
Negara Islam yang tunduk terhadap hukum Tuhan?"

Hoffman tersenyum mendengar komentar sang reporter. "Jika aku telah berhasil 
mengemukakan sesuatu, maka sesuatu itu adalah suatu realitas yang pedih." 
Artinya, Ia paham bahwa keislamannya akan membuat warga Jerman marah. Namun ia 
sadar, segela sesuatu harus ia hadapi apapun resikonya. Dan baginya Islam 
adalah agama yang rasional dan maju.

Sebagai seorang diplomat, pemikiran Hoffman terkenal sangat brilian. Karena itu 
pula, ia menambah nama depannya dengan Murad, yang berarti yang dicari. Leopold 
Weist, seorang Muslim Austria yang kemudian berganti nama menjadi Muhamad Asad, 
mengatakan, dalam pengertian luas, Murad adalah tujuan, yang tujuan tertinggi 
Wilfried Hoffman.

Keislaman Hoffman dilandasi oleh rasa keprihatinannya pada dunia barat yang 
mulai kehilangan moral. Agama yang dulu dianutnya dirasakannya tak mampu 
mengobati rasa kekecewaan dan keprihatinannya akan kondisi tersebut.

Apalagi, ketika ia bertugas menjadi Atase di Kedutaan besar Jerman di Aljazair, 
ia menyaksikan sikap umat Islam Aljazair yang begitu sabar, kuat dan tabah 
menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dari umat lain. Atas dasar itu dan 
sikap orang Eropa yang mulai kehilangan jati diri dan moralnya, Hoffman 
memutuskan untuk memeluk Islam.

Ia merasa terbebani dengan pemikiran manusia yang harus menerima dosa asal 
(turunan/warisan) dan adanya Tuhan selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mengapa 
Tuhan harus memiliki anak dan kemudian disiksa dan dibunuh di kayu salib untuk 
menyelamatkan diri sendiri. "Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak punya kuasa," 
tegasnya.

Bahkan, sewaktu masa dalam masa pencarian Tuhan, Hoffman pernah memikirkan 
tentang keberadaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. ia lalu melakukan analisa 
terhadap karya-karya filsuf seperti Wittgenstein, Pascal, Swinburn, dan Kant, 
hingga akhirnya ia dengan yakin menemukan bahwa Tuhan itu ada.

Ia kemudian bertanya; "Bagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkomunikasi dengan 
manusia dan membimbingnya?" Disini ia menemukan adanya wahyu yang difirmankan 
Tuhan. Dan ketika membandingkan agama Yahudi, Kristen, dan Islam, yang umatnya 
diberi wahyu, Hoffman menemukannya dalam Islam, yang secara tegas menolak 
adanya dosa warisan.

Ketika manusia berdoa, mereka harusnya tidak berdoa atau meminta kepada tuhan 
lain selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sang Pencipta.

"Seorang Muslim hidup di dunia tanpa pendeta dan tanpa hierarki keagamaan; 
ketika berdoa, ia tidak berdoa melalui Yesus, Maria, atau orang-orang suci, 
tetapi langsung kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala," tegasnya.

Karena itulah, saya melihat bahwa agama Islam adalah agama yang murni dan 
bersih dari kesyirikan atau adanya persekutuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan 
makhluknya. "Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak beranak dan tidak diperanakkan," 
ujarnya.

Dalam bukunya Der Islam Als Alternative, Annie Marie Schimmel memberikan kata 
pengantar dengan mengutip kata-kata Goethe. "Jika Islam berarti ketundukan 
denga penuh ketulusan, maka atas dasar Islam-lah selayaknya kita hidup dan 
mati."

Dalam bukunya Trend Islam 2000, Hoffman menyebutkan, potensi masa depan 
peradaban Islam. Ia menjelaskan, ada tiga sikap muslim terhadap masa depan 
mereka. Yakni, kelompok pesimis (yang melihat perjalanan sejarah selalu 
menurun), kelompok stagnan (yang melihat sejarah Islam seperti gelombang yang 
naik turun), dan ketiga kelompok optimis (umat yang melihat masa depannya terus 
maju). Karena itu, ia mengajak umat Islam untuk senantiasa bersikap optimis dan 
menatap hari esok yang lebih baik.

Hoffman juga banyak terlibat aktif dalam organisasi keislaman, seperti OKI. Ia 
senantiasa menyampaikan pemikiran-pemikiran briliannya untuk kemajuan Islam. 
Pada pertengahan September 2009 lalu, ia dinobatkan sebagai Muslim Personality 
of The Year (Muslim Berkepribadian Tahun Ini), yang diselenggarakan oleh Dubai 
International Holy Quran Award (DIHQA). Penghargaan serupa pernah diberikan 
pada Syekh Dr Yusuf al-Qaradhawi.

Beberapa Alasan Hoffman Memilih Islam
Ada beberapa alasan yang membuat Murad Wilfried Hoffman akhirnya keluar dari 
Katholik dan memilih Islam. Dan alasan-lasan itu sangat membekas dalam 
pikirannya.

Tahun 1961, ketika ia bertugas sebagai Atase di Kedutaan Besar Jerman, ia 
mendapati dirinya berada di tengah-tengah perang gerilya berdarah antara 
tentara Prancis dan Front Nasional Aljazair yang telah berjuang untuk 
kemerdekaan Aljazair, selama delapan tahun. Disana ia menyaksikan kekejaman dan 
pembantaian yang dialami penduduk Aljazair. Setiap hari, banyak penduduk 
Aljazair tewas.

"Saya menyaksikan kesabaran dan ketahanan orang-orang Aljazair dalam menghadapi 
penderitaan ekstrem, mereka sangat disiplin dan menjalankan puasa selama bulan 
Ramadhan, rasa percaya diri mereka sangat tinggi akan kemenangan yang akan 
diraih. Saya sangat salut dan bangga dengan sikap mereka," ujarnya.

Alasan lain yang membuatnya memilih Islam, Hoffman adalah seorang penyuka seni 
dan keindahan. "Seni punya beragam kesenian yang sangat menarik dan indah, 
termasuk seni arsitekturnya. Hampir semua ruangan dimanifestasikan dalam seni 
keindahan Islam yang universal. Mulai dari kaligrafi, pola karpet, ruang 
bangunan dan arsitektur masjid, menunjukkan kuatnya seni Islam," jelasnya.

Dari beberapa alasan diatas, persoalan yang benar-benar membuatnya harus 
memeluk Islam, karena hanya agama ini yang tidak mengajarkan doktrin tentang 
dosa warisan.

Pernyataan yang terdapat dalam Al-Quran sangat jelas, rasional dan tegas. "Tak 
ada keraguan bagi saya akan kebenaran Islam dan misi yang dibawa oleh Nabi 
Muhammad Shallallahu'AlaihiWasallam," paparnya.
Biodata
Nama : Wilfried Hoffman
Nama Muslim : Murad Wilfried Hoffman
Lahir : Jerman, 6 September 1931
Masuk Islam : 25 September 1980
Pekerjaan :
- Direktur Informasi NATO di Brussels Belgia (1983-1987)
- Duta Besar Jerman untuk Aljazair (1987-1990)
- Duta Besar Jerman untuk Maroko (1990-1994).

Paulus anak wedus.


 

Kirim email ke