Ini salah satu kampanye negatif, Kalau ndak sanggup produksi dengan biaya 
murah, lawannya di bilang penyebab Homosex.
Kalau g pedagang bakso maka saingan g, g bilang menggunakan daging babi




________________________________
 Dari: Musik hari Ini <musikhari...@yahoo.com>
Kepada: "proletar@yahoogroups.com" <proletar@yahoogroups.com> 
Dikirim: Selasa, 26 Februari 2013 16:27
Judul: [proletar] Re: Pakar IPB Buah Import penyebab Homosex
 

  
Bogor, 22/2 (ANTARA) - Pakar Keamanan Pangan dan Gizi Fakultas 
Ekologi Manusia Institut Peratanian Bogor Prof Ahmad Sulaeman 
mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai buah impor.

"Harga buah impor yang dijual di `supermarket` Indonesia kadang lebih 
murah dibanding harga di negara asalnya. Hal ini tentu saja membuat kita
heran sekaligus bertanya, mengapa buah tersebut bisa dijual dengan 
harga murah?," katanya melalui Kantor Humas IPB di Bogor, Rabu.

Ahmad Sulaeman menjelaskan lebih lanjut temuannya tentang buah impor ini.

Ia mengemukakan bahwa satu terminal buah di Rotterdam Belanda yang 
luasnya hampir sama dengan Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng terdapat
gudang pendingin sebagai tempat menyimpan buah.

Buah dimaksud, kata dia, usia penyimpanannya ada yang mencapai dua tahun, dan 
yang paling muda adalah enam bulan.

Agar buah tahan di suhu dingin, tidak kering dan tidak keriput, katanya, maka 
kulit buah dilapisi lilin.

Dalam lilin itu juga ditambahkan fungisida agar buah tidak berjamur.

Menurut dia, hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa fungisida 
yang biasa ditambahkan adalah jenis fincocillin yang bersifat 
anti-androgenic yang sama sifatnya seperti DDT 
(Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane).

Anti-androgenic ini, katanya, menimbulkan efek mandul pada serangga.

Ia menjelaskan, sebagaimana diketahui, DDT adalah insektisida "tempo 
dulu" yang pernah disanjung setinggi langit karena jasa-jasanya dalam 
penanggulangan berbagai penyakit yang ditularkan vektor serangga.

"Tetapi kini penggunaan DDT di banyak negara di dunia terutama di 
Amerika Utara, Eropa Barat dan juga di Indonesia telah dilarang," 
katanya.

Ia mengatakan, menjadi jelas bahwa buah impor tidak lepas dari pestisida.

Dari berbagai penelitian, katanya, orang mengkonsumsi pangan yang 
mengandung residu pestisida, walaupun dalam kandungan yang rendah 
tenyata mampu menyebabkan demaskulinisasi, jadi mengganggu perkembangan 
organ reproduksinya.

Karenanya, kata dia, tidak mengherankan jika sekarang banyak banci atau 
"kaum alay", padahal kalau menengok tahun 1960-an, yang disebut banci 
itu adalah mereka yang punya kelamin ganda.

Misalnya, pelari nasional dari Tasikmalaya akhirnya mengubah kelaminnya 
menjadi laki-laki, karena sejak dilahirkan ia memiliki kelamin ganda.

Sementara kejadian pada zaman sekarang, para banci ini berawal dari 
laki-laki tulen, tapi lambat laun sifatnya kemayu dan kecenderungan 
sosialnya ke sesama laki-laki.

"Itu terjadi setelah 30-40 tahun penggunaan pestisida atau revolusi hijau 
pertama," katanya.

Menurut dia, harus diakui bahwa banyaknya "kaum alay" sekarang ini 
adalah dampak dari revolusi hijau pertama, dan kondisi tersebut tidak 
hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di sejumlah negara.

Dampak lain dari pestisida adalah pada anak-anak.

Ia mengemukakan, banyak anak yang baru minum ASI (air susu ibu) saja 
bisa keracunan DDT, akibat sang ibu mengkonsumsi sayur dan buah yang 
terpapar pestisida.

Hal ini dapat mengganggu perkembangan mental dan kognitif anak.

Ahmad menjelaskan, satu penelitian di negara Meksiko yang membandingkan 
anak yang biasa mengkonsumsi pangan organik (tanpa pestisida) dan 
non-organik (disemprot pestisida).

Hasilnya, kata dia, anak yang selalu terpapar pestisida tidak mampu menggambar, 
sekalipun gambar garis yang sederhana.

Sebaliknya, anak yang biasa mengkonsumsi pangan organik disebutkan mampu 
menggambar dengan bagus.

Kemudian beberapa risiko penyakit juga dimungkinkan berkembang pada anak
yang dilahirkan dari ibunya yang terpapar pestisida, seperti penyakit 
leukemia dan termasuk autis.

Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat kembali beralih ke buah lokal 
dan penuh khasiat, seperti manggis, bisbul, nangka dan masih banyak 
lagi.

"Sayangnya, pasar buah kita, terutama di `supermarket`, masih didominasi oleh 
buah impor," katanya.

Dari 225 jenis buah dan sayur segar yang dijual di swalayan, kata dia, 60-80 
persen merupakan buah impor.

"Kecuali di Bali, komponen lokalnya masih tinggi. Tapi umumnya buah yang
ada di `supermarket` di Indonesia, 60-80 persen masih impor," katanya.

Karena itu, ia menegaskan lagi bahwa penggemar buah segar perlu ekstra 
waspada, terutama pecinta buah impor, seperti anggur, pir dan apel.

"Apalagi jika sedang ada promo buah impor dengan harga yang sangat murah," 
katanya. 

[Non-text portions of this message have been removed]


 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke