> -----Original Message-----
> From: Arisman Adnan
> Sent: 19 Mei 2002 00:07
> Subject: Perang Padri 1/6 (fwd)
> 
> 
> Assalamu'alaykum Wa Rahmatullaahi Wa Barakatuh
> 
> Ambo dapek catatan sejarah ko dari surang kawan, penulisnyo 
> adolah AQJ. Katiko ambo tanyokan dima artikel ko pernah 
> dipublikasikan, dan siapokah AQJ tu (anggota Partai Bulan 
> Bintang kah?), tanyato kawan ambo ko pun indak pulo tau krn 
> file ko alah lamo nyo simpan sajak dulu kala.
> 
> Ambo kirimkan ciek iko sajo dulu, kok ado Mamak2 nan dapek 
> maagiah komentar bhw artikel ko OK, tantu akan ambo taruihkan 
> dan dapek pulo di fwd ka palanta (in case alun ado nan 
> mangirimkan) utk dibaco kito basamo.
> 
> Wassalam
> Gindo,---
> 
> ---------- Forwarded message ----------
> Subject: Perang Padri 1/6.
> 
> Apabila diteliti masa Perang Padri di daerah Sumatera Barat 
> dalam abad ke-19 dapat digolongkan kepada beberapa priode, yaitu: 
> 
> (a) Priode 1809 - 1821
> 
> Priode ini adalah merupakan pembersihan yang ditakukan oleh kaum 
> Padri terhadap golongan penghulu adat yang dianggap 
> menyimpang dan bertentangan 
> dengan syari'at Islam. Dalam masa ini terjadilah pertempuran 
> antara kaum Padri melawan golongan penghulu adat. 
> 
> (b) Priode 1821 - 1832
> 
> Priode ini adalah merupakan pertempuran antara kaum Padri dengan 
> Belanda-Kristen yang dibantu sepenuhnya oleh golongan 
> penghulu adat. Dalam 
> masa ini sifat pertempuran telah berubah antara penguasa kolonial 
> Belanda-Kristen yang mau menjajah Sumatera Barat yang dibantu 
> oleh para penguasa bangsa sendiri yang berkolaborasi untuk 
> mempertahankan eksistensinya 
> sebagai penguasa yang ditentang secara gigih oleh kaum Padri.
> 
> (c) Priode 1832 - 1837
> 
> Priode ini adalah merupakan perjuangan seluruh rakyat 
> Sumatera Barat, dimana 
> kaum Padri dan golongan penghulu adat telah barsatu melawan 
> penguasa kolonial 
> Belanda-Kristen. Dalam masa ini rakyat Sumatera Barat dengan 
> dipelopori dan 
> dipmimpin oleh para ulama yang tergabunig dalam kaum Padri 
> bahu-membahu di 
> medan pertempuran untuk mengusir penguasa kolonial 
> Belanda-Kristen dari Sumatera Barat. 
> 
> Latar belakang lahirnya kaum Padri mempunyai kaitan dengan 
> gerakan Wahabi yang 
> muncul di Saudi Arabia, yaitu gerakan yang dipimpin oleh 
> seorang ulama besar 
> bernama Muhammad bin Abdul Wahab (1703--1787). Nama gerakan Wahabi 
> sesunggulinya merupakan nama yang mempunyai konotasi yang 
> kurang baik, yang 
> diberikan oleh lawan-lawannya, sedangkan gerakan ini lebih 
> senang dan menamakan 
> dirinya sebagai kaum 'Muwahhidin' yaitu kaum yang konsisten 
> dengan ajaran 
> tauhid, yang merupakan landasan asasi ajaran Islam.
> 
> Paham kaum Muwahhidin (Wahabi) ini antara lain:
> (a) Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah se-mata; dan 
> siapa saja yang 
> menyembah selain Allah, adalah musyrik; 
> (b) Umat Islam yang meminta safaat kepada para wali, syeikh 
> atau ulama dan 
> kekuatan ghaib yang di-pandang memiliki dan mampu memberikan 
> safaat adalah suatu kemusyrikan;
> (c) Menyebut-nyebut nama Nabi, wali, ulama untuk dijadikan 
> perantara dalam berdo'a adalah termasuk perbuatan syirik;
> (d) Mengikuti shalat berjamaah adalah nierupakan kewajiban;
> (e) Merokok dan segala bentuk candu adalah haram;
> (f) Memberantas segala bentuk kemunkaran dan ke- maksiatan;
> (g) Umat Islam, harus hidup sederhana, segala macam pakaian mewah dan 
> berlebih-lebihan diharamkan.
> 
> Sifat gerakan Wahabi yang keras ini, benar-benar me-rupakan 
> tenaga penggerak 
> yang sanggup membangkit-kan kembali kesadaran kaum muslimin 
> yang sedang tidur 
> lelap dalam keterbelakangannya. Dibantu dengan para 
> sahahatnya seperti Ibnu 
> Sa'ud dan Abdul Azis Ibnu Sa'ud, pemikiran dan cita-cita ini 
> diwujudkan dalam 
> gerakan yang keras, akhirnya pada tahun 1921 menjelma menjadi 
> satu pemerintahan 
> yang berdaulat di Saudi Arabia dengan ibukotanya Riyadh.
> 
> Paham dan gerakan Wahabi inilah yang mewarnai pandangan Haji 
> Miskin dari Pandai 
> Sikat (Luhak Agam), Haji Abdur Rahman dari Piabang (Luhak 
> Lima Puluh) dan Haji 
> Muhammad Arief dari Sumanik (Luhak Tanah Datar) yang bermukim 
> di Mekah Saudi 
> Arabia dan pada tahun 1802 mereka kembali ke Sumatera Barat.
> 
> Sesampainya di Sumatera Barat, mereka berpen- dapat bahwa 
> umat Islam di 
> Minangkabau baru memeluk Islam namanya saja, belum 
> benar-benar mengamalkan 
> ajaran Islam yang sejati. Berdasarkan penilaian semacam itu, 
> maka di daerahnya 
> masing-masing mereka mencoba memberi-kan fatwanya. Haji 
> Muhammad Arifin di 
> Sumanik men-dapat tantangan hebat di daerahnya sehingga 
> terpaksa pindah ke 
> Lintau. Haji Miskin mendapat perlawanan hebat pula di 
> daerahnya dan terpaksa 
> harus pindah ke Ampat Angkat. Hanya Haji Abdur Rahman di 
> Piabang yang tidak 
> banyak mendapat halangan dan tantangan.
> 
> Kepindahan Haji Miskin ke Ampat Angkat membawa angin baru, 
> karena di sini ia 
> mendapatkan sahabat--sahabat perjuangan yang setia; 
> diantaranya yaitu Tuan-ku 
> Nan Renceh di. Kamang, Tuanku di Kubu Sanang; Tuanku di 
> Ladang Lawas, Tuanku di 
> Koto di Padang Luar, Tuanku di Galung, Tuanku di Koto 
> Ambalau, Tuan-ku di Lubuk 
> Aur. Itulah tujuh orang yang berbai'ah (berjanji sehidup 
> semati) dengan Tuanku 
> Haji Miskin. Jumlah para ulama yang berbai'ah ini menjadi 
> delapan orang, yang 
> kemudian terkenal dengan sebutan 'Harimau Nan Salapan'.
> 
> Harimau Nan Salapan ini menyadari bahwa gerakan ini akan 
> lebih berhasil 
> bilamana mendapat sokongan daripada ulama yang lebih tua dan 
> lebih berpengaruh, 
> yaitu Tuanku Nan Tuo di Ampat Angkat. Oleh sebab itu Tuanku 
> Nan Renceh yang 
> lebih berani dan lebih lincah telah berkali-kali menjumpai 
> Tuanku Nan Tuo untuk 
> meminta agar ia bersedia menjadi 'imam' atau pemimpin gerakaa 
> ini. Tetapi 
> setelah bertukar-pikiran berulang kali, Tuanku Nan Tuo 
> menolak tawaran itu. 
> Sebab pen-dirian Harimau Nan Salapan hendak dengan segera 
> menjalankan syari'at 
> Islam di setiap nagari yang telah ditaklukkannya. Kalau perlu 
> dengan kekuatan 
> dan kekuasaan. 
> 
> Tetapi Tuanku Nan Tuo mempunyai pendapat Yang berbeda; ia 
> berpendapat apabila 
> telah ada orang beriman di satu nagari walaupun baru seorang, 
> tidaklah boleh 
> nagari itu diserang. Maka yang penting menurut pandangannya 
> ialah menanamkan 
> pengaruh yang besar pada setiap nagari. Apabila seorang ulama 
> di satu nagari 
> telah besar pengaruhnya, ulama itu dapat memasukkan 
> pengaruhnya kepada 
> penghulu-penghulu, imam-khatib mantri dan dubalang.
> 
> Pendapat yang berbeda dan bahkan bertolak belakang antara 
> Tuanku Nan Tuo dengan 
> Harimau Nan Salapan sulit untuk dipertemukan, sehingga tidak 
> mungkin Tuanku Nan 
> Tuo dapat diangkat menjadi imam atau pemimpin gerakan ini. 
> Untuk mengatasi 
> masalah ini, Harimau Nan Salapan mencoba mengajak Tuanku di 
> Mansiangan, yaitu 
> putera dari Tuanku Man-siangan Nan Tuo, yakni guru daripada 
> Tuanku Nan Tuo 
> Ampat Angkat. Rupanya Tuanku yang muda di Man- siangan ini 
> bersedia diangkat 
> menjadi imam atau pemimpin gerakan Harimau Nan Salapan, 
> dengan gelar Tuanku Nan 
> Tuo.
> 
> Karena yang diangkat menjadi imam itu adalah anak daripada 
> gurunya sendiri, 
> sulitlah bagi Tuanku Nan Tuo Ampat Angkat itu untuk menentang 
> gerakan ini. 
> Padahal hakikatnya yang menjadi imam dari gerakan Hariman Nan 
> Salapan adalah 
> Tuanku Nan Renceh; sedangkan Tuanku di Mansiangan hanya 
> sebagai simbol belaka. 
> 
> Kaum Harimau Nan Salapan senantiasa memakai pakaian 
> putih-putih sebagai lambang 
> kesucian dan kebersihan, dan kemudian gerakan ini terkenal 
> dengan nama 'Gerakan 
> Padri'.
> 
> Setelah berhasil mengangkat Tuanku di Mansiangan menjadi imam 
> gerakan Padri 
> ini, maka Tuanku Nan Renceh selaku pimpinan yang paling 
> menonjol dari Harimau 
> Nan Salapan mencanangkan perjuangan padri ini dan memusatkan 
> gerakannya di 
> daerah Kameng. Untuk dapat melaksanakan syari'at Islam secara 
> utuh dan murni, 
> tidak ada alternatif lain kecuali memperoleh kekuasaan 
> politik. Sedangkan 
> kekuasaan politik itu ber-ada di tangan para penghulu. Oleh 
> karena itu untuk 
> memperoleh kekuasaan politik itu, tidak ada jalan lain 
> kecuali merebut 
> kekuasaan dari tangan para penghulu. Karena Kamang menjadi 
> pusat perjuangan 
> Padri, maka kekuasaan penghulu Kamang harus diambil alih oleh 
> kaum Padri, dan 
> berhasil dengan baik.
> 
> Sementara itu para penghulu di luar Kamang yang telah 
> mendengar adanya gerakan 
> Padri ini, ingin mem-buktikan sampai sejauh mana kemampuan 
> para alim--ulama 
> dalam perjuangan mereka untuk melaksanakan syari'at Islam 
> secara utuh dan 
> murni. Bertempat di Bukit Batabuah dengan Sungai Puar di 
> lereng Gunung Merapi, 
> para penghulu dengan sengaja dan mencolok mengadakan 
> penyabungan ayam, main 
> judi dan minum--minuman keras yang diramaikan dengan bermacam 
> pertunjukan. Para 
> penghulu itu dengan para pengikut-nya seolah-olah memancing 
> apakah para 
> alim-ulama mampu merealisasikan ikrarnya untuk betul-betul 
> melaksanakan 
> syari'at Islam secara keras.
> 
> Tentu saja tantangan ini menimbulkan kemarahan dari pihak 
> kaum Padri. Dengan 
> segala persenjataan yang ada pada mereka, seperti setengger 
> (senapan balansa), 
> parang, tombak, cangkul, sabit, pisau dan sebagainya kaum 
> Padri pergi ke Bukit 
> Batabuh tersebut untuk membubarkan pesta 'maksiat' yang 
> diselenggarakan oleh 
> golongan penghulu (penguasa). Sesampainya pasukan kaum Padri 
> di Bukit Batabuh 
> disambut dengan per-tempuran oleh golongan penghulu. Dengan 
> sikap mental perang 
> sabil dan mati syahid, pertempuran yang banyak menelan korban 
> di kedua belah 
> pihak, akhirnya di-menangkan oleh pasukan kaum Padri. Dengan 
> peristiwa Bukit 
> Batabuh, berarti permulaan peperangan Padri.
> 
> Kemenangan pertama yang gemilang bagi kaum Padri, mendorong 
> Tuanku Nan Renceh 
> sebagai pimpinan gerakan ini untuk memperkuat dan melengkapi 
> persenjataan 
> pasukan Padri. Tindakan ofensif bagi daerah--daerah yang 
> menentang kaum Padri 
> segera dilakukan. Daerah Kamang Hilir ditaklukkan, kemudian 
> menyusul daerah 
> Tilatang. Dengan demikian seluruh Kamang telah berada di 
> tangan kaum Padri.
> 
> Dari Kamang operasi pasukan Padri ditujukan ke luar yaitu 
> Padang Rarab dan 
> Guguk jatuh ketangan kaum Padri. Lalu daerah Candung, Matur 
> dan bahkan pada 
> tahun 1804 seluruh daerah Luhak Agam telah ber-ada di dalam 
> kekuasaan kaum 
> Padri.
> 
> Keberhasilan kaum Padri menguasai daerah Luhak Agam, selain 
> kesungguhan yang 
> keras, tetapi juga kondisi masyarakatnya memang sangat 
> memungkinkan untuk cepat 
> berhasil. Sebab daerah Luhak Agam terkenal tempat bermukimnya 
> ulama-ulama besar 
> seperti Tuanku Pamansiangan dan Tuanku Nan Tuo, sedangkan 
> pengaruh para 
> penghulu sangat tipis. Wibawa para peng-hulu berada di bawah 
> pengaruh para 
> ulama.
> 
> Operasi pasukan Padri ke daerah Luhak Lima Puluh Kota 
> berjalan dengan damai. 
> Sebab penghulu daerah ini bersedia menyatakan taat dan patuh 
> kepada kaum Padri 
> serta siap membantu setiap saat untuk kemenangan kaum Padri. 
> (bersambung)
> 
> [Abdul Qadir Djaelani]



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke