Pembubaran Indonesia atau Sumatera Merdeka bukanlah ide-ide atau mimpi-mimpi yang muncul dari kepala saya begitu saja. Bukan refleksi kebencian yang berbau etnisitas, bukan sebuah ajakan untuk perang, bukan ambisi politis pribadi (emangnya saya mau jadi Presiden Sumatera Merdeka, apa?). Justru konflik etnisitas, daerah pusat, perang, dll. yang ingin saya hindari dan akhiri. Justru pengalaman Yugoslavia yang ingin saya hindari. Justru pengalaman (dan masih) India yang ingin saya hindari. Justru kekurangberhasilan pembubaran Uni Soviet yang harus dijadikan pelajaran. Justru Uni Eropa itulah yang ada dalam cita-cita saya.
Semasa SMA saya adalah nasionalis sejati, pencinta Negara Kesatuan Republik Indonesia, walaupun saya mulai agak benci pada Jenderal Suharto. Saya pernah dalam keluguan saya melakukan pooling di sekolah saya, dengan topik: 'Siapakah Presiden Indonesia pilihan Anda?'. Saya tidak ingat persis lagi, namun yang jelas nama-nama yang saya masukkan waktu itu kalau tidak salah a.l adalah Habibie, AH Nasution, Azwar Anas dan Gus Dur! (Saya waktu itu tidak tahu banyak Gus Dur, ini masukan dari seorang teman). Kalau tidak salah pemenangnya adalah Habibie. Sayangnya (mungkin lebih tepat untungnya) pooling yang saya muat di Majalah dinding edisi khusus itu, tidak menarik perhatian orang banyak, meski pun beberapa teman yang lebih 'mengerti' politik telah mengingatkan saya yang 'lugu'. Untung juga beberapa wartawan yang kebetulan sedang mengunjungi Sekolah dan menilai Majalah sekolah serta majalah dinding tidak tertarik untuk memuat pooling asal-asalan dari saya itu. Karena, seorang siswa SMA di Yogysa saja pernah dipecat dari sekolahnya dan berurusan dengan polisi hanya karena membikin angket tentang sex di sekolahnya, karena hanya politikus dan aktivis nekat yang berani bicara tentang memiliki presiden selain bukan Suharto pada jaman itu. Saya tidak mengatakan bahwa saya pemberani, tidak. Itu lebih karena saya begitu lugunya, bahwa seorang pemimpin memang haruslah pilihan rakyatnya, namun keluguan itu belum terungkus oleh kedewasaan yang cukup, sehingga saya melakukan hal yang sangat risky tersebut. Artinya apa? Dengan sombong dan tinggi hati saya katakan bahkan sedari SMA saya sudah mencoba sebisa saya, sebodoh saya, selugu saya, seada waktu saya memberikan perhatian terhadap Negeri yang saya cinta ini. Pada masa-masa berikutnya, termasuk masa-masa kuliah, adalah juga masa dimana saya belajar sangat banyak dari orang-orang, dari buku-buku, dari selebaran-selebaran, dari diskusi-diskusi tentang negeri ini. Dan, ide saya tentang Pembubaran Republik Indonesia akhirnya muncul di benak saya, setelah saya berkutat membaca pikiran-pikiran orang pintar tentang negeri ini, tentang bagaimana seharusnya kosntitusi, bagaimana sistem pemerintahan, bentuk negara yang seharusnya, tipe pemimpin yang seharusnya, dll. Dan kemudian sejarah menunjukkan bahwa it didnt work! Hingga saat ini. Namun satu hal yang sangat mendasar tidak pernah disadari, bahwa semua pemikiran dan solusi yang ditawarkan ternyata terkerangkeng dalam satu kotak berfikir : Negara Republik Indonesia. Mengapa kita mati-matian mempertahankan Negara Republik Indonesia demi segala-galanya? Itulah cetusan yang mengagetkan saya. Kemudian, saya mulai menoleh pada gerakan 'separatis', saya ingin tahu apa yang ada di benak mereka. Lalu secara diam-diam, saya mencoba masuk sedikit ke mereka dan membaca banyak tentang Timor-Timur, lalu saya menyadari betapa besarnya kejahatan kemanusiaan yang kita biarkan demi sebuah Negara Republik Indonesia. Lalu, saya menengok Acheh, menengok Papua, lalu Riau, Lalu Kaliamantan, lalu Jambi lalu....hampir semunya. Ternyata, ketika saya betul-betul 'menarik diri' dari 'Indonesia' dan berdiri 'di luar', semakin nyata di mata saya, bahwa kita telah menjalani perjalanan dalam sebuah kapal yang sangat labil, kapal yang tidak layak untuk menampung isi negeri ini. Dan di dalam kapal ini terjadi konflik, kejahatan, yang memang susah dihindari karena kita dalam satu kapal. Merdekanya derah yang siap dalam opini saya adalah menguntungkan semua pihak: * Dari sisi Indonesia, Kompleksitas permasalahan yang telah lebih dari setengah abad akan segera berkurang; Yang rugi tentu saja para penguasa yang akan kekurangan kekuasaannya, yang akan kehilangan wilayah; Sementara bagi kita Rakyat tidak ada yang hilang, beberapa permasalahan justru yang hilang *Dari sisi daerah, selama ini (tanpa henti sejak merdeka) daerah-daerah telah diperlakukan tidak adil, telah menerima penindasan dari pemerintah pusat, dalam berbagai bidang, ekonomi, sosial, politik, bahkan budaya. Jika saya sebutkan lebih gamblang KENYATAAN ini, paling beberapa orang yang munafik menuding saya primordialis, sara, rasis, dll. Padahal itu adalah kenyataan yang harus diungkap jelas, harus dijadikan bahan pelajaran buat semua, untuk diakhiri untuk tidak diulangi. *Dari sisi dunia internasional (khususnya regional); Mungkin dalam jangka pendek akan ada kekhwatiran instabilitas, meningkatnya risiko investasi, nasib utang pemerintah Indonesia, dll. namun, dalam jangka panjang justru stabilitas akan lebih mudah dibangun dalam sebuah negara wilayah yang lebih mudah dimanaged, dikontrol dan diatur. Bukan sebuah negara besar yang kompleks yang senantiasa menakutkan negara-negara tetangga. Saya bukan tukang-teriak begitu saja, saya sebisa saya, seada waktu saya, se-mood saya mencari tahu, bertanya, membaca. Namun memang, teriakan kata merdeka selalu diasosiasikan dengan manusia picik di tengah globalisasi, manusia pembenci yang primordialis dan rasis, manusia bodoh pemalas namun pendengki terhadap kaum lain, dll. Ratusan mungkin pertanyaan, sanggahan, makian muncul pada saya di berbagai milis. Umumnya itu-itu saja, dan terus terang saya sudah cukup berpengalaman untuk menghandel pertanyaan atau sanggahan seperti itu :) Termasuk negara merdeka (Sumatera) seperti apa yang saya inginkan, dengan sistem pemerintahan seperti apa (walaupun saya tidak akan jawab, sebelum keinginan untuk bubar dari saya mendapat tanggapa yang positif). Namun satu-satunya pertanyaan yang tidak bisa saya jawab adalah: "Emangnya ada yang mau dengerin kamu?" Sebetulnya jika saya tidak bekerja, mungkin buku yang pernah saya gembar-gemborkan, termasuk sama IJP, sudah selesai saya tulis he..he...Urpas ngeles.. Tapi saya juga harus bekerja, harus juga jalan-jalan, harus juga kencan, harus juga nonton, harus juga main gitar, ngelancarin piano en kibor, harus juga kadnag-kadang ngaji (dosa nggak orang ngaji hanya karena merasa senang seperti halnya bernyanyi?), harus juga berdiam tanpa semangat, harus juga.. Terus terang memang saya sudah sempat menulis sekian banyak 'calon' buku saya, namun semuanya berantakan, karena hal-hal teknis, sehingga saya merasa jenuh jika harus mengulanginya dari awal lagi. Banyak yang ingin saya tulis, latar belakang bediri negara ini, konflik sepanjang berdirinya, berbagai alternatif penyelesaian yang pernah ada, pengalaman dari negara-negara yang mengalami nasib seperti kita, Uni Soviet, Cekoslowakia, Yugoslavia, Kanada, India, RRC. Belum lagi mengenai rancangan bentuk negara (Republik Federal Sumatera he...he..), rancangan sistem pemerintahan dan konstitusi, step-step pembubaran negara, masalah kewarga negaraan, mencegah dan mengatasi ekses-ekses sosial yang timbul, masalah pembagian hutang Luar Negeri yang seabreg-abreg, dll. Sepertinya saya merasa sok hebat sekali, tidak. Ide itu kata orang kontribusinya cuman 1% terhadap keberhasilan; tapi tanpa ide tidak ada keberhasilan. Saya hanya bermimpi jika ada orang-orang pintar menyambut ide ini dan mengkajinya secara 'ilmiah', sehingga tidak harus menyamarkan nama seperti saya yang pengecut di hadapan para pemberani anggota milis rantau net. Mengapa dulu mengkritik UUD 45 yang jelas-jelas jelek itu bisa mati, sekarang malah orang bebas bicara tentang federasi. Dan saya bermimpi bahwa pemekaran sebuah negara (istilah positifnya seperti halnya propinsi/kabupaten) dapat dilakukan secara damai. (Uni Soviet bubar relatif damai, tapi tanpa persiapan; Ceko dan Slovakia berpisah damai; Yugo perang karena etnis mayoritas ngotot dan keras kepala). Dan bisa jadi seperti Quebec atau Samoa Barat, yang gagal merdeka dari Kanada dan Perancis karena kalah referendum. Tapi kenapa berfikir alternatif, demi negeri dan seisi rakyatnya, seperti jadi barang haram? Seperti jadi Penjahat? Lalu yang lain segera bersorak menghujat menjadi kaum suci yang merasa punya hak untuk menghakimi dan melabeli dajjal atau provokator.... Banyak yang ingin saya tulis tentang Pembubaran Negara republik Indonesia, dan sebetulnya juga sudah cukup banyak saya tulis. tapi sudahlah, saya juga punya kehidupan pribadi....sekarang saya mau nonton '"Dont Say A Word" dulu...sama cewek dong, garing nonton sendiri. He..he..Life is Beautiful, pren... Bener, Suer.. =Urpas= Urang Pasisie. RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ATAU Kirimkan email Ke/To: [EMAIL PROTECTED] Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama: -mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda] -berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda] Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung ===============================================