"Dan serulah manusia untuk melakukan haji. Mereka akan datang kepadamu dengan 
bertelanjang-kaki atau dengan menunggang unta yang sudah lemah dan mereka akan 
datang kepadamu dari setiap padang pasir yang jauh letaknya";
Al-Qur'an, S 22 : 27

#

Satu hari di bulan September 2002

Saya masih setengah percaya bahwa saya dan isteri saya Kurniah—kalau tidak ada 
aral melintang—akan dapat segera memenuhi seruan mulia tersebut. Dan saya masih 
setengah percaya ketika pada suatu Sabtu pagi di bulan bulan September 2002 
kami berdua  berada  di Aula Bank Mandiri Jalan Gatot Subroto Jakarta guna 
memenuhi undangan Yayasan / Kelompok Bimbingan Haji (KBIH) yang akan membimbing 
dan mengurus perjalanan haji kami selama di Tanah Suci. Hari itu kami akan 
memperoleh penjelasan mengenai jadwal bimbingan manasik haji dan sekaligus 
mendengar presentasi Ustadz Hatta yang bertajuk "Berhaji Seperti Rasulullah 
SAW".

Prosesnya begitu cepat bahkan seperti mimpi. Adalah sang isteri pada suatu hari 
di pertengahan Pebruari yang lalu menyatakan keinginan dan tekadnya, bahwa kami 
berdua akan memenuhi panggilan Nabi Ibrahim tersebut dalam musim haji tahun 
2002/2003 ini. Walaupun hasrat untuk menunaikan Rukun Islam kelima itu sudah 
lama terpendam dalam sanubari saya, mula-mula saya hanya terpana, karena kami 
berdua tahu bahwa ketika itu kami nyaris tidak punya tabungan di Bank. 

Lalu terpikir oleh saya, kalau tidak sekarang ya kapan lagi, mumpung badan 
masih cukup sehat dan masih mempunyai penghasilan tetap. Lalu dengan 
mengucapkan  "Bismillah" kami membulatkan tekad untuk berangkat, dengan 
catatan, lebih baik tidak jadi berangkat dari pada harus menolak permintaan 
bantuan kerabat yang benar-benar membutuhkan bantuan kami. .

Keesokan harinya doi langsung membuka Tabungan haji di Bank Mandiri 
Depok—Alhamdulillah—sebesar Rp 2,5 juta. Dan ketika itu sungguh, saya belum  
tahu, apakah kami akan dapat menyisihkan dari penghasilan kami setiap bulannya  
guna melunasi pembayaran ONH "biasa" bagi kami berdua sampai batas akhir 
pembayaran pada bulan September, yang ketika itu saya kira besarnya—karena 
"kuper"—hanya Rp 40 juta, tetapi kemudian ternyata mencapai hampir Rp 55 juta, 
termasuk fee Rp 2,5 juta perorang  untuk Yayasan. 

Dan saya tidak dapat melukiskan perasaan saya ketika Kur menelepon saya sehabis 
menyetor uang ke tabungan kami berdua pada pertengahan Agustus yang lalu, yang 
memberitahukan bahwa menurut petugas Bank Mandiri, jumlah tabungan kami berdua 
sudah lebih dari cukup untuk melunasi setoran ONH ke Departemen Agama. Lalu 
kami minta Yayasan untuk segera memprosesnya ke Departemen Agama tanpa 
mempersoalkan apakah dollar akan menguat atau melemah dan membayar fee untuk 
Yayasan tersebut.

Ya prosesnya nyaris seperti mimpi, berawal dari mulai diberlakukan aturan gaji 
bulan ke 14 yang saya terima akhir Februari. Lalu ada kenaikan gaji yang cukup 
lumayan pada bulan Februari tersebut yang saya ketahui pada bulan berikutnya. 
Dan "gong"nya adalah—sesuatu yang tidak pernah diduga—adanya award sebesar USD 
1,000 dari Presiden organisasi riset internasional yang berpusat di North 
Carolina, Amerika Serikat, yang  mempekerjakan saya untuk sebuah proyeknya di 
Indonesia, bagi para staf yang sudah bekerja sebelum Februari 2001. 

Lalu saya ingat sebuah hadis Qudsi: "Apabila hamba-Ku mendekati-Ku dengan 
berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari"

Allah Mahakaya,  Allah Maha Pemurah, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Sejak ada kepastian bahwa kami akan dapat menunaikan ibadah haji pada musim 
haji 1423 H, ada perasaan ringan dalam dada, yang berlanjut terus sampai 
saat-saat menjelang hari keberangkatan.

Dan presentasi Ustadz Hatta yang bergelar PhD itu pada pertemuan pertama 
tersebut sangat memikat dan sistematis, sehingga waktu tiga jam, termasuk tanya 
jawab terasa sangat singkat. Sangat menarik dan dalam makna dari salah satu 
uraian Ustadz Hatta, bahwa "Berhaji Seperti Rasulullah SAW" ialah mengikuti 
dengan sungguh-sungguh amalan-amalan yang Nabi sunnahkan, artinya wajib diikuti 
kaum muslimin.

Hal ini didasarkan sebuah Hadis Nabi yang dirawikan Baihqi: "Ambillah contoh 
amalan haji kalian dariku." Di sini tentu misalnya tidak termasuk bahwa kaum 
muslimin naik haji harus naik onta seperti yang Nabi lakukan empat belas abad 
yang lalu, atau menyembelih hewan kurban dengan tangan sendiri. Seperti yang 
diriwayatkan, saat menjalankan ibadah haji, Junjungan miliaran kaum muslimin 
tersebut menyembelih sendiri 63 ekor hewan ternak dengan tangan Beliau yang 
mulia itu.

Dan ketika Ustadz Hatta melafazkan bacaan talbiyah yang akan banyak dilafazkan 
oleh para jemaah nanti selama di Tanah Suci: "Labbayk Allahummalabbayk, 
labbaykallasyarikalaka labbayk, innal hamda wa nni'mata laka walmulku la 
syarikalak" yang saya ikuti di dalam hati, dengan tidak terasa air mata 
mengambang di pelupuk mata saya.

(bersambung)


-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Reply via email to