-----Original Message-----
From: Koran Digital <korandigi...@gmail.com>
Date: Thu, 4 Feb 2010 17:25:51 
To: Koran Digital<koran-digi...@googlegroups.com>
Subject: [Koran-Digital] Buku : Menggenapi Sejarah Angkatan Laut RI

Menggenapi Sejarah Angkatan Laut RI
BUKU BARU
Menggenapi Sejarah Angkatan Laut RI

Jumat, 5 Februari 2010 | 04:07 WIB

oleh JALESWARI PRAMODHAWARDANI

Sebuah peristiwa besar yang melibatkan banyak aktor, banyak kejadian,
dan banyak tempat kadang kehilangan maknanya akibat direduksi untuk
kepentingan politik pihak yang berkuasa. Atau jika tidak, dalam sebuah
peristiwa, beberapa aktor diabaikan untuk tidak merusak sejarah yang
telah ”diciptakan” itu sendiri.

Penulisan sejarah cenderung diskriminatif. Sifat inilah yang membuat
George Wilhelm Friedrich Hegel menggugat peran ”great men” dalam
sejarah melalui pernyataan terkenalnya tentang pahlawan Perancis,
Napoleon Bonaparte, I saw the spirit on his horse.

Gugatan itu dikuatkan oleh Thomas Carlyle, yang melihat sejarah selama
ini adalah biografi sebagian kecil individu tertentu, pahlawan-
pahlawan seperti Oliver Cromwell atau Frederick yang Agung. Karena
itu, tidak mengherankan apabila penulisan sejarah dunia lebih tepat
sebagai biografi orang-orang besar, pahlawan yang diwakili oleh figur
politisi dan militer, para pendiri negara dan juga sebaliknya, yang
”merobohkan” negara.

Di Indonesia, penulisan sejarah juga problematik. Di antara dokumen
sejarah Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), ada penggalan kisah
yang tercecer dan alpa hadir dalam ruang tersebut. Bahkan dalam situs
yang memuat sejarah TNI AL, kelompok ini tidak hadir. Ia adalah para
pemuda yang dikirim Pemerintah Indonesia ke Koninklijk Instituut voor
de Marine (KIM)—lembaga pendidikan tertinggi dari Angkatan Laut
Kerajaan Belanda.

Sejak tahun 1950, prioritas pembangunan Angkatan Laut Republik
Indonesia Serikat (ALRIS)/ALRI ditujukan pada pendidikan personel
mantan pejuang kemerdekaan dan program pendidikan anggota baru,
termasuk para perwira, dengan cara mengirimkan mereka ke KIM. Berbeda
dengan angkatan bersenjata untuk melindungi daratan jajahan Hindia
Belanda, yang terdiri dari Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL)
atau Tentara Hindia Belanda Kerajaan sebagai angkatan darat, para
perwira KIM dikirim untuk sebuah misi membangun kekuatan laut yang
andal. Namun, yang terjadi kemudian justru sebaliknya. Kelompok ini
tidak diberi peluang untuk mengembangkan kemampuannya dalam
pembangunan pertahanan maritim yang dicita-citakan di tengah situasi
politik yang memanas akibat konflik Irian Barat antara Indonesia dan
Belanda, yang ikut memperkeruh kedudukan para perwira KIM saat itu.

Alasan pengiriman

Buku dengan judul Dan Toch Maar ini ditulis alumnus KIM, yang
jumlahnya saat ini tinggal 39 orang, dengan usia termuda mencapai 77
tahun. Ini semacam perjalanan hidup sekelompok perwira muda alumnus
KIM, di tengah keputusan negara untuk mengirimkan mereka ke Belanda
beserta misi yang disandangnya. Dan Toch Maar, menurut AB Lapian
sebagai penulis prolog buku ini, menggambarkan suatu tindakan berani
yang mengandung risiko namun perlu dilaksanakan. Mungkin kata yang
hampir tepat padanannya dengan bahasa Indonesia adalah Maju Terus
Pantang Mundur.

Kendati dalam buku dituliskan Pemerintah Indonesia yang mengirimkan
mereka ke Belanda, latar belakang pengiriman ini tidak kalah penting
untuk diketahui. Pertanyaan yang menurut saya penting dan gagal
dijelaskan dalam buku ini adalah siapakah yang memiliki gagasan awal
dalam program pengiriman para perwira ALRI ini ke KIM Belanda? Apakah
Bung Karno ataukah petinggi Angkatan Laut saat itu?

Ada beberapa hal yang melatari pertanyaan tersebut. Pertama, pada
tahun itu hubungan Indonesia dengan Belanda nyaris berada di titik
nadir. Selain karena kita baru 5 tahun terbebas dari penjajahan, yang
salah satu di antaranya Belanda, tahun-tahun itu adalah tahun terpanas
menjelang konflik Belanda dan Indonesia dalam memperebutkan Irian
Barat. Pengiriman para perwira tersebut ke Belanda, negara yang
menjajah Indonesia, sangat menarik terutama untuk mengetahui apa yang
melatari keputusan politik tersebut. Apakah ini memang untuk meredam
konflik Indonesia-Belanda pascapenjajahan, kendati pun kemudian gagal
karena peristiwa Irian Barat?

Kedua, jika pengiriman tersebut dianggap penting, mengapa dalam
perjalanan sejarah kemudian, kelompok perwira alumnus KIM ini justru
tidak memiliki peran penting dalam sejarah ALRI? Apakah peristiwa
1965, ketika ALRI diguncang oleh peristiwa Gerakan Perwira Progresif
Revolusioner (GPPR) yang terdiri dari perwira muda lulusan akademi,
menjadi salah satu penyebab kelompok ini dimarjinalkan?

Pada halaman 537 memang dituliskan bahwa tahun 1965 gerakan ini
bermaksud melaporkan kepada kepala negara bahwa ALRI sebenarnya tidak
siap tempur untuk mendukung penyelesaian bersenjata politik
”konfrontasi” terhadap Malaysia yang diumumkan oleh Presiden Soekarno.
Saat itu negara baru Malaysia buatan Inggris baru saja diproklamirkan.
Politik konfrontasi dan seruan ganyang Malaysia sering dikumandangkan
melalui berbagai media dan demonstrasi anti-Malaysia bermunculan
setiap hari.

Ketidaksiapan armada

Kesiapan tempur armada perang ALRI telah sangat menurun setelah
operasi perebutan Irian Barat selesai. Sedikit yang tahu bahwa aneka
ragam alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Uni Soviet itu
memiliki banyak masalah perawatan, amunisi, spesialisasi personel, dan
lain-lain. Hampir semua armada yang berada di pangkalan AL Surabaya
tidak dimanfaatkan dan tidak berdaya karena kegiatan teratur latihan
tempur di laut sudah diabaikan.

Ketidaksiapan ini kemudian dilaporkan oleh para perwira anggota GPPR
kepada Presiden karena menurut mereka pimpinan ALRI saat itu telah
memberikan laporan palsu kepada Presiden tentang kesiapan tempur
armadanya. Namun, di akhir cerita terjadi pembersihan besar-besaran di
kalangan perwira GPPR yang sebagian besar berujung dipecat dari
kedinasan, termasuk di antaranya tiga perwira eks KIM.

Ada catatan menarik di sini. Laksamana Sudomo dianggap sebagai salah
seorang yang justru menentang eks KIM menduduki posisi strategis dalam
jabatan ALRI seperti kesempatan menjadi kepala staf Angkatan Laut
meskipun saat itu Menhankam/Pangab mengusahakannya (hlm 479).

Pada bagian akhir ada ruang refleksi yang mengharukan. Dituliskan
bahwa alumnus eks KIM ingin meninggalkan seluruh kisah, riang dan
duka, kelompok yang merasa terabaikan di kalangan Angkatan Laut
Republik Indonesia ini untuk anak serta kelompok penerus lain. Buku
ini menegaskan, betapa dunia ini penuh kontradiksi dengan urusan masa
lalu. Semua masa lalu yang penuh kejayaan pernah meninggalkan cacat
dan sisi kelam dalam perjalanannya. Setiap kepingan peristiwa selalu
memiliki makna dalam upaya menyingkapkan sejarah kita, yang perlu
terbuka untuk diperbaiki dan dikoreksi.

Jaleswari Pramodhawardani Peneliti LIPI dan Dewan Penasihat The
Indonesian Institute

• Judul Buku: Dan Toch Maar: Apa Boleh Buat, Maju Terus!

• Penulis: Sukono, dkk

• Penerbit: Penerbit Buku Kompas • Cetakan: I, Agustus 2009

• Tebal: xix + 552 halaman

• ISBN: 978-979-709-431-7


http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/05/04072722/menggenapi.sejarah.angkatan.laut.ri

-- 
- One Touch News-

To post  : koran-digi...@googlegroups.com
To unsubscribe  : koran-digital-unsubscr...@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : -  Gunakan bahasa yang baik dan santun
               -  Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
               -  Hindari ONE-LINER
               -  POTONG EKOR EMAIL
               -  Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau 
Moderator 
                 Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda.
              -  Berdiskusilah dengan baik dan bijak.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~-------------------------------------------------------------------
“Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang 
sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” -- Otto Von 
Bismarck

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang 
lidahnya" -Ali bin Abi Talib

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke