________________________________
Menghadirkan Keagungan-Nya

Kejadian ini berlangsung di sebuah mushalla, tepatnya di gang 
Al-Hikmah-Cililitan Kecil, Jalan Dewi Sartika. Agak klasik mungkin ceritanya 
karena menyangkut fenomena yang boleh jadi sering terjadi. Tapi bagi saya, 
kejadian itu cukup unik dan menyisakan sebuah pelajaran yang cukup berharga.
***
Siang itu saya berkesempatan mengikuti shalat dhuhur berjamaah di mushalla 
Al-Hikmah, nama mushalla di gang Al-Hikmah itu. Saya perhatikan, ada beberapa 
jamaah yang rutin shalat di sana, ada pula beberapa jamaah yang hanya sekedar 
mampir. Di antaranya jamaah yang rutin shalat dhuhur di mushalla itu adalah 
seorang yang selalu mengenakan sarung dan peci hitam dan seorang bapak separuh 
baya berbaju rapi yang selalu mengingatkan jamaah tentang penggunaan handphone 
sebelum shalat dilangsungkan. Yang pertama sebut saja sebagai bapak Imam karena 
sering menjadi imam shalat, yang kedua adalah bapak Bilal karena sering 
melantunkan adzan atau iqamah.

Pada momen shalat dhuhur berjamaah di suatu siang, tepatnya pada rakaat kedua, 
handpone salah satu jamaah berdering nyaring. Nada deringnya adalah lagu MP3 
dari kelompok band terkenal yang sering melakukan konser ke berbagai daerah. 
Saya yang waktu itu ikut serta di dalam jamaah shalat, merasa sangat terganggu 
dan tidak bisa merasa nyaman (khusuk). Saya yakin jamaah yang lain juga 
merasakan hal yang sama, terlebih bapak Bilal yang sensitif dengan bunyi 
handphone di dalam shalat tadi. Saya pikir dering itu hanya akan berlangsung 
sebentar, nanti akan mati dengan sendirinya. Namun anehnya, hingga selesai 
rakaat ketiga, handphone itu masih tetap berbunyi. Saya dan para jamaah, 
termasuk imam shalat, merasa jengah dengan gangguan yang terjadi. Hampir semua 
jamaah mengucapkan takbir keras-keras, seakan aksi kami itu mengingatkan kepada 
pemilik handphone agar segera mematikan handphonenya. Namun apa mau di kata, 
agaknya pemilik handphone itu termasuk orang yang awam dalam tata cara ibadah 
sehingga handphone pun tetap berdering dan tidak dimatikannya.

Makin lama, para jamaah makin keras teriakan takbirnya dan menunjukkan 
ketidakberdayaan atas gangguan bunyi handphone itu. Bagi saya, bayangan 
keagungan Allah menjadi sulit untuk dihadirkan. Justru bayangan hiruk-pikuk 
suasana konser yang sering membawa korban-lah yang hadir. Astaghfirullah! 
Hingga rakaat keempat selesai, bahkan ketika salam dilakukan oleh para jamaah, 
handphone itu masih tetap mendendangkan sebuah lagu band ternama itu. Masya 
Allah! Sumber suara handphone itu ada di sayap sebelah kiri. Maka begitu salam 
kedua usai dilakukan, para jamaah langsung melihati pemilik handphone yang 
langsung bereaksi berusaha mematikan handphonenya.

Beberapa bapak langsung berdiri, mengarahkan pandangan ke pemilik handphone, 
termasuk bapak Bilal yang sensitif dengan bunyi handphone tadi. Dengan lantang 
ia berteriak, "Siapa yang handphonenya bunyi. Matikan! Matikan!" Tatapan bapak 
Bilal dan jamaah lain (termasuk saya) terus tertuju kepada si pemilik handphone 
yang ceroboh itu. Ia menjadi kikuk, kemudian mencoba "kabur" dari barisan 
jamaah shalat, tetapi kemudian Bapak Bilal mencegat dan memperingatkannya 
secara keras, "Anda itu gimana?! Kan sudah diingatkan tadi sebelum shalat agar 
handphone dimatikan!"Pemilik handphone yang sedang dimarahi itu nampak kecut 
dengan wajah penuh bersalah.

Ia yang sedang berdiri itu kemudian menyatukan kedua tangannya di dada, 
kepalanya menunduk seraya berucap,
"Maaf Pak, Saya khilaf..!" Tetapi rupanya marah bapak Bilal belum selesai 
dengan kegusarannya, ia berujar keras,  "Semua orang di sini juga pakai 
handphone! Tapi jangan gitu dong! Itu namanya menganggu dan merusak orang 
shalat! Anda orang baru ya yang shalat di sini! Jangan seenaknya dong pake 
handphone!"
Pemilik handphone itu nampaknya sudah khawatir dengan amarah bapak Bilal dan 
juga jamaah lain yang memandanginya dengan sorot mata yang tajam. Secara 
spontan ia mengucapkan kata-kata maaf dan permohonan agar meredakan amarah, 
"Maaf Pak, Sabar Pak..Sabar!" Reaksinya yang berucap menyuruh sabar itu, justru 
mengundang jamaah lain untuk lebih memperingatkannya, "Kita bukan kena musibah. 
Ini kesalahan Anda! Masalahnya Anda tadi tidak membatalkan shalat untuk 
mematikan handphone. Masak handphonenya bunyi terus hingga selesai shalat. Itu 
kan sudah keterlaluan. Seharusnya Anda keluar dari barisan dan matikan 
handphone itu! Kenapa nggak dimatikan?!"

Dalam hati saya juga menyetujui perkataan bapak barusan. Ia sudah keterlaluan 
membiarkan handphone berbunyi hingga selesai shalat (salam). Nampak sekali 
bahwa ia begitu jahil (bodoh/awam) dalam urusan ibadah. Ia tidak memiliki daya 
antisipasi tentang kejadian luar biasa (tidak normal) yang bisa muncul tatkala 
ibadah sedang dilakukan. Jika ia termasuk orang yang paham, pastilah ia 
menggerakan tangan untuk sekedar mematikan handphone itu karena gerakan itu 
tidaklah membatalkan shalat. Ekstrimya, ia akan membatalkan shalat demi 
mematikan handphone sebagaimana disarankan oleh bapak barusan.
Kejadian itu menjadi cerminan, betapa banyak masyarakat yang masih awam dalam 
urusan ibadah khususnya tata cara shalat berjamaah. Padahal shalat berjamaah 
adalah miniatur dari jamaah Islam. Ia memiliki aturan dan etika yang harus 
diperhatikan oleh setiap jamaah yang menjadi unsur di dalamnya. Jika ada elemen 
jamaah tidak peduli dengan tata cara atau hukum yang berlaku, maka jamaah 
secara keseluruhan pun berpotensi turut menjadi tidak kompak.

Bapak pemilik handphone itu masih berdiri ketika jamaah lain selesai 
memperingatkannya. Boleh jadi, perasaan bersalah yang demikian besar itulah 
yang membuat Bapak pemilik handphone itu diam terpaku di barisan belakang 
dengan wajah penuh kebingungan. Seorang bapak yang bijaksana, menghentikan 
keterpakuannya dan mempersilahkan bapak itu keluar demi menghindari kemarahan 
jamaah yang bisa saja akan dilampiaskan seusai dzikir atau shalat sunnah 
rawatib."Bapak keluar aja.. Segera pergi Pak... pergi dari sini..!" Saya merasa 
jika bapak itu tidak segera beranjak pergi, pasti selepas shalat sunnah rawatib 
dilakukan, para jamaah masih penasaran dan akan memaki bapak itu.

Saya ingin berbincang sejenak, namun selesai saya melaksanakan shalat sunnah 
ba'diyah, bapak pemilik handphone itu sudah pergi entah ke mana.
***
Allah memberi pelajaran lewat dering handphone di dalam sholat. Keagungan Allah 
hendaknya dihadirkan beberapa saat sebelum shalat dimulai. Memulai shalat dalam 
kondisi terburu-buru -tanpa kehadiran Allah di hati, berimbas pada munculnya 
kejadian yang seharusnya tidak perlu muncul seperti handphone berbunyi karena 
lupa dinon-aktifkan. Boleh jadi, itulah hikmahnya kenapa menunggu waktu shalat 
tiba merupakan suatu kebaikan yang disunnahkan oleh Rasul Saw. Tidak lain Rasul 
Saw ingin mengajarkan bahwa melaksanakan shalat itu butuh persiapan, utamanya 
persiapan hati untuk menerima kehadiran dan keagungan Allah. Jika Allah telah 
diagungkan, seorang hamba pasti berusaha menyingkirkan hal-hal yang bisa 
mengurangi keagungan-Nya, seperti handphone yang harus dimatikan dan berusaha 
mendekatkan hati pada kehadiran-Nya dengan berdzikir atau membaca Al-Qur'an.

Semoga kekhusyukan itu bisa kita wujudkan dalam shalat-shalat berjamaah kita. 
Amin.

[cid:image001.gif@01C9757D.AD7F6960]


"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian 
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' " (Al- Baqarah : 45)



PEACE FOR PALESTINE...


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

<<inline: image001.gif>>

Kirim email ke