Selasa, 21 September 2010

Menonton Pertunjukan ISI Padang Panjang : Lintas Peradaban Melayu
Minangkabau

RIDWAN SAIDI, Harian Singgalang

 

500654saidi3.jpg

 

Seorang teman saya perwira tinggi purnawirawan TNI paham betul akan minat
saya dalam 20 tahun terakhir mengkaji kebudayaan-kebudayaan lokal. Lewat SMS
ia menyampaikan undangan "Melayu Minangkabau dalam Melintas Waktu" di Pusat
Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, 19 September 2010. Malam itu cukup besar
minat pengunjung, termasuk beberapa pengamat budaya yang berasal dari luar
Minangkabau.

 

Dari sedikit tambo Minang yang saya baca, diinformasikan tentang ketibaan
keturunan Iskandar Zulkarnain di ranah Minang yang langsung menuju Gunung
Marapi. Ini informasi dari sumber tradisional yang sangat penting, mengusik
kesadaran saya tentang toponim di Sumatra Barat. Misalnya Agam yang dalam
bahasa Asia Barat kuna berarti lembah, lalu Ngarai Sianok yang dalam bahasa
yang sama berarti gadis kecil, si Anok.

 

Seringkali saya tercenung mendengarkan rabab Pesisir Syamsudin yang
melantunkan suara dengan pesona sensasi "alam lain", begitu juga dengan
pupuik tanduak. Lagu yang dimainkan rabab pesisir banyak sekali kedekatannya
dengan musik archaic, kuna, Egypt. Pupuik tanduak di Minangkabau dimainkan
dengan nada pentatonik oleh seniman tempatan Saripudin Sutan Marajo,
sedangkan bangsa-bangsa di Laut Mediterean dengan satu nada saja.

 

Intro Tari Pasambahan yang membuka malam "Melayu Minangkabau dalam Melintas
Waktu" dengan delapan penari yang berjalan masuk panggung dengan menyamping
sambil tangannya bersusun jari, pastilah snapshot ini mengingatkan kita pada
ornamen Egypt di atas papyrus. 

 

Tiba-tiba saya terlempar ke lorong waktu 3.000 tahun silam ketika mendengar
Almuhanis bernyanyi dengan sikap duduk persis dewi kecantikan Egypt
Nephthys. Posisi duduk seperti ini dalam beberapa kebudayaan lokal seperti
Betawi, Sunda, dan Jawa adalah untuk menyanyikan lagu pusaka. Almuhanis
menyanyikan lagu pusaka dengan timbre archaic, warna suara kuna. Ia menutup
setiap gurindam dengan invocabulary sound, kata tanpa makna, aha ai aha ai.
Ini hanya saya temukan dalam hymn, lagu ritual, Egypt. Invocabulary sound
itu diucapkan sebagai penutup doa dalam Egypt, nefer-ubenf, bukalah pintu
sorga. Untuk ritual yang sakral ini memang posisi duduk harus seperti Dewi
Nephthys, yang dalam bahasa Betawi duduk seperti itu disebut mok. Dengan
duduk seperti ini lazimnya seluruh aura kecantikan perempuan akan
bersimburat ke sekitarnya.

 

Tidak mudah menyanyi separti Almuhanis dengan warna suara archaic. Ini bukan
falsetto, suara palsu, seperti yang kita kenal dalam lagu ritual
bangsa-bangsa Polynesia. Dan semua lagu-lagu klasik Minang tampaknya harus
dilantunkan dengan timbre suara archaic. 

 

Di dalam banyak kebudayaan lokal, setahu saya penyanyi-penyanyi lagu-lagu
pusaka biasanya berumur di atas 40-an tahun. Diperlukan kematangan suara
untuk menyanyikan lagu pusaka. Sedangkan Almuhanis masih sangat muda dan
punya kemampuan seperti itu, maka kepada penyair Taufiq Ismail saya katakan,
Almuhanis penyanyi terbesar Nusantara saat ini. Ini tidak berlebihan. Ia
merupakan salah satu tali sambung kita dengan peradaban Nusantara ribuan
tahun lampau.

 

Tabuik berasal dari tabut yang dalam bahasa aslinya di Asia Barat bermakna
peti kayu tempat menyimpan kitab suci. Upacara tabut aslinya arak-arakan
dengan membunyikan gandang, atau dalam bahasa asalnya disebut kadur, dan
bunyi-bunyian kaleng, yang dalam bahasa asalnya disebut katar.

 

Tiga orang penabuh gandang memukul kulit gandang dan kohkol, penguat
gandang, dan badan gandang. Cara memukul seperti ini dikenal di Betawi dalam
seni memukul bedug. Tetapi ritme pukulan tampaknya berbeda dengan apa yang
dilakukan di Jawa. Bahkan jauh berbeda dengan apa yang dilakukan
bangsa-bangsa Polynesia. 

 

Terus terang, ritme pukulan gandang grup ISI tersebut juga berbeda dengan
segala jenis pukulan gendang di seluruh Asia Barat dan Egypt. Walau pun
gerakan ketiga penabuh itu mengingatkan kita pada gerakan-gerakan Polynesia.

 

Yang ingin saya katakan, meski ribuan tahun yang lalu orang Mnangkabau telah
berhadapan dengan bangsa-bangsa yang berperadaban sangat tinggi seperi Egypt
dan Asia Barat, mereka tidak kehilangan jati dirinya. Pukulan gandang itu
adalah pukulan Minangkabau, yang tidak ada persamaannya di tempat lain,
sejauh kajian saya tentang musik perkusi.

 

Hal ini sejalan dengan kajian seorang pasca sarjana Universitas Andalas
tentang ragam hias tattoo Mentawai yang memperlihatkan ketinggian mutu dan
usianya dibanding dengan tattoo Egypt. Hal serupa terjadi pada pupuik
tanduak. Ini menunjukkan pada kita di masa lampau, dalam hal interaksi
budaya kita tidak menempastkan diri sebagai konsumen belaka, tetapi juga
produsen. Sejarah peradaban Melayu Minangkabau mengajarkan pada kita bahwa
kita mempunyai integritas yang kuat sebagai bangsa. 

 

Sriwijaya

 

Bangunan zigurate yang terdapat di Portibi, Padang Sidempuan, dan Muaro
Takus, Jambi, adalah bukti arkheologis yang tak terbantahkan adanya hubungan
bangsa proto Melayu di sekitar Tapanuli Selatan, Sumatra Barat, dan Jambi
dengan intinya Minangkabau dengan bangsa-bangsa Asia barat dan Egypt. 

 

Zigurate adalah hasil peradaban Mesopotamia dari zaman 4000 tahun yang
lampau. Claude Guillot dalam Barus Seribu Tahun Yang Lalu, Kepustakaan
Populer Gramedia, menyatakan adanya hubungan perdagangan penguasa dan
masyarakat Barus dan Minangkabau dengan pedagang-pedagang Asia Barat dan
Egypt di masa lampau. Komoditas yang diperdagangkan adalah barus, cendana,
menyan, dan mas Rejang.

 

Perdagangan ini sangat maju hingga sekitar abad V M ketika berdiri kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan bangsa India Utara yang memeluk agama Budha ini
menaklukkan kekuasaan-kekuasaan lokal dan merebut perdagangannya. Sriwijaya
menggunakan jasa perantara Tiongkok, kekuasaan yang sudah lama mengincar
bisnis di Sumatera dan berminat sebagai pedagang perantara tetapi ditolak
oleh kerajaan-kerajaan lokal. 

 

Sumatra, morfologi Latino-Hebrew, tanah yang terpuji, selama 700 tahun di
bawah genggaman kekuasaan asing yang datang dari India Utara. Kekuasaan ini
musnah karena serangan dari luar yang datang dari Bangladesh. Dinamika
Sumatera sesudahnya bergeser ke pantai timur.

Suatu historische vraag, pertanyaan sejarah, selama 700 tahun Sriwijaya
menggagahi Sumatra, mengapa tidak seorangpun orang Sumatera yang beragama
Budha? Pertanyaan ini tentu tak perlu dijawab melainkan disimpulkan saja
bahwa terjadi disengagment antara penduduk Sumatera dengan kekuasaan
Sriwijaya yang beragama Budha. Tetapi kiitab-kitab "wajib" sejarah Indonesia
mengatakan bahwa sejarah negeri ini bermula dari berdirinya kerajaan Hindu
Taramunagara dan kerajaan Budha Sriwijaya. Yang dijadikan parameter jaman
sejarah adalah digunakannya inskripsi. Padahal script, tulisan, di masa
lampau berbentuk pictograph. Tidak sedikit pictograph yang terdapat dalam
bangunan-bangunan lama di Sumatera, seperti situs Muaro Sabak, Jambi. Dan
tattoo sesungguhnya pictograph.

 

Malam "Melayu Minangkabau dalam Melintas Waktu" membuktikan keberhasilan
masyarakat Minangkabau menjaga dan mewariskan peradaban yang sudah melintas
waktu sedikitnya 3.000 tahun. Ini tidak akan terjadi jika masyarakat
Minangkabau tidak mencintai kebudayaannya. Ribuan tahun pelbagai sistem
kekuasaan asing telah menerpa ranah Minang mulai dari Sriwijaya hingga
Belanda, tetapi kebudayaan Minangkabau sebagai unsur penting kebudayaan
Indonesia tetap terpelihara. Dalam bahasa metafora orang Minangkabau,
Singgalang jo Marapi nan manjago. (*)

 

http://www.hariansinggalang.co.id/sgl.php?module=detailberita
<http://www.hariansinggalang.co.id/sgl.php?module=detailberita&id=705>
&id=705

 

From: Nofend Marola [mailto:nof...@gmail.com] 

Sent: Sunday, September 19, 2010 8:11 AM

To: 'rantaunet@googlegroups.com'

Subject: Fwd Undangan via HP

 

UNDANGAN KHUSUS

 

@Kantor Wakil Mentri Pendidikan Nasioanal bekerja sama dengan BK3AM Jakarta,
dengan ini MENGUNDANG Bpk/Ibu/Dunsanak kasadonyo dalam pertunjukan ISI
Padang Panjang dengan pagelaran "MELAYU MINANGKABAU MELINTAS WAKTU" pada :

 

Hari        : Minggu, 19 September 2010

Mulai     : Jam 19.30 WIB s/d Selesai

Tempat                : Gd. Perfilman Usmar Ismail (disamping gelanggang
Mahasiswa Sumantri Bojonegoro)

                  Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

 

Notice "TIDAK DIPUNGUT BIAYA", TIM STSI ini tanggal 21 September 2010
berangkat ke New Zeland.

 

@Kehadiran Bpk/Ibu/Dunsanak adalah lebanggaan kami urang Minangkabau, dan
Wassalam.

 

Hormat kami yang mengundang.

- Fasli Jalal, Wakil Mentri Pendidikan Nasional

- Zulfahmi Burhan, Dt. Rajo Bagagar dan Amri Aziz (Ketua dan Sekretaris
BK3AM Jakarta dan Sekitarnya)

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

<<image003.jpg>>

Kirim email ke