PILKADA: TEGAK BERKAMPUNG MEMAGAR KAMPUNG (???) Oleh: Zakirman Tanjung*)
Dalam khasanah petatah dan petitih Minangkabau begitu banyak ungkapan filosofi; semua mengandung makna untuk kemashlahatan hidup di dunia demi mencapai kebahagiaan di akhirat. Dalam hal ini, pengajaran yang termaktub dalam tataran adat dan budaya Minangkabau mengacu pada ajaran Islam. Sayangnya, belakangan -- seiring derasnya gaya hidup duniawi -- aplikasi tatanan indah tersebut terkesan diplintat-plintutkan untuk kepentingan sesaat yang bisa menyesatkan. Oknum tertentu yang terposisi atau memposisikan dirinya sebagai tokoh, pemimpin atau orang penting sering dengan gampang menunggangi nilai-nilai filosofi tersebut. Secara berbangsa dan bernegara misalnya, kepada kita sejak bocah didoktrinkan kalimat cinta tanah air; celakanya oknum-oknum yang memiliki kekuasaan malah berenang di dalamnya. Nyaris tak ada pemimpin kita yang benar-benar abdi bangsa dan negara, minimal sebagaimana yang ditunjukkan Presiden Iran saat ini; Ahmadi Needjad. Nilai-nilai humanisme oleh 'para bajingan' cendrung mereka transformasikan ke ranah politik secara cerdik. Rakyat diajak mengabdi, mereka justru yang menikmati; nyaris bukan sebaliknya. Belakangan, seiring tahapan pemilihan kepala daerah (pilkada; gubernur, walikota / bupati) di Sumatera Barat (Sumbar), bersipongang pula kalimat usang dengan maksud menumbuhkan semangat kecintaan pada hal yang dekat ke hati rakyat. Oknum-oknum yang berkepentingan sengaja mempopulerkan kembali kalimat tersebut supaya dengan mudah memperoleh dukungan demi menggapai ambisi politik mereka. Tahukah anda, kalimat apakah yang disipongangkan oknum ambisius tersebut? TEGAK BERKAMPUNG MEMAGAR KAMPUNG! Pengertiannya secara luas adalah ajakan untuk mencintai, membangun, memelihara dan berpihak kepada yang lebih dekat di mana kau berposisi dan berada. Dalam pemahaman yang benar, pengertian tersebut merupakan suatu keniscayaan yang tak bisa ditawar! Tetapi, manakala diperosokkan ke ranah politik, perlu disikapi dengan cerdas dan rasional! Terjebak dalam pemahaman emosional justru akan menyebabkan kau menyesal. Terkait dengan pilkada di Sumbar yang sedang berproses dan hari-H pencoblosannya Rabu 30 Juni 2010, ada beberapa hal yang perlu saya ingatkan, terutama menyangkut provokasi pembodohan dengan tujuan membangkitkan kesadaran emosional publik pemegang hak memilih. Sasaran yang hendak saya capai adalah terbangunnya sikap kritis yang cerdas di tengah publik, terutama mereka yang tergolong pemilih tradisional (cendrung ikut-ikutan plus taklik buta pada rekomendasi tokoh) serta pemilih emosional. Memilih figur yang akan memimpin bukanlah perkara sepele dan asal-asalan. Perlu kajian mendalam dan objektif tentang profil calon pemimpin yang hendak engkau pilih. Sebab, buah pilihanmu engkau sendiri yang akan merasainya. Semboyan pada banner bawah halaman pertama Tabloid Pertanian SUARA AFTA edisi No. 74 / April / Tahun VII / 2010 agaknya perlu kita telaah dan renungkan; 'Sesat Bercukur Menanggungkan Sebulan, Sesat Memilih (Calon Pemimpin) Menanggungkan Lima Tahun'. Makanya, cerdas menyikapi adalah investasi berharga yang akan menghindarkan kau dari kerugian tak berhingga. Secara akidah Islamiyah, setiap insan wajib memilih pemimpin. Memilih sikap tidak mau tahu alias golput (golongan putus asa) jelas-jelas merupakan pengingkaran terhadap sunnatullah. Namun, perlu diingat, sikap asal memilih (tradisional) atau memilih karena dorongan emosional kedaerahan pun memiliki konsekuensi sendiri. Sebab, setiap kita akan dimintai Tuhan pertanggungjawaban di Pengadilan Yaumil Mahsyar atas apa pun yang kita perbuat selama hidup di dunia. Sebagai contoh, anda misalnya memilih calon pemimpin atas dorongan emosional kedaerahan, karena satu partai politik (parpol), hubungan kekerabatan atau apalagi atas bujukan berupa pemberian; lalu ternyata figur yang anda pilih terpilih menjadi pemimpin, kemudian figur itu dalam kepemimpinannya berperilaku dzalim, koruptif, kolutif, manipulatif dan cendrung nepotisme... maka anda akan turut mempertanggungjawabkannya kelak di depan pengadilan Tuhan. Lain halnya jika anda menentukan pilihan atas pertimbangan rasional, kalau pun ternyata figur yang anda pilih terpilih menjadi pemimpin dzalim, anda akan terlepas dari pertanggungjawaban. Makanya, berserah diri dan mintalah petunjuk Allah SWT sebelum menentukan pilihan! Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Qur'an surah ke-4 An-Nisa' ayat 58 -- baca juga ayat 105 - 152 dalam surah ini) Ayat 58 di atas hendaknya juga menjadi pertimbangan bagi tokoh masyarakat dan terutama tokoh 'ulama agar tidak mudah terbujuk rayuan oknum calon kepala daerah untuk merekomendasikan dan menyerukan jamaahnya untuk memilih oknum tersebut. Akan lebih baik jika si tokoh ulama memberi pencerdasan dengan mengajak jamaahnya mencermati profil semua calon kemudian memilih yang terbaik di antara mereka. Kepada para kandidat / calon kepala daerah & wakil kepala daerah plus tim suksesnya, saya mengajak kalian untuk bersikap elegan dan sportif dalam menggaet dukungan. Cara-cara culas dan tak terpuji niscaya takkan mendapat tempat di hati publik. Insya Allah saya akan berjihad menentang segala bentuk aksi pembohongan dan pembodohan publik! *) penulis adalah pemerhati untuk pendidikan dan pencerahan politik publik; anti-pembodohan; mobile 081363439874 & 0819230973 **) tulisan ini boleh di-copy-paste dan disebar-luaskan siapa pun dengan menyebutkan sumbernya, baik via internet maupun copy-print out -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe