Jumat, 06 Maret 2009    

Padang, Padek-Setelah sejarah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
berhasil mendapat pengakuan dari pemerintah. Kali ini kalangan akademisi,
pelaku dan peneliti sejarah, termasuk Pemprov Sumbar kembali berupaya
mendudukan kembali kilasan sejarah Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) dalam bingkai sejarah Indonesia. 

Pasalnya sampai sekarang, PRRI yang dicetuskan sejak 15 Februari 1958
dianggap sebagian kalangan belum didudukkan dalam posisi sewajarnya dalam
sejarah Indonesia. Bahkan lebih dikedepankan nuansa pemberontakan, ketimbang
gerakan yang bersifat mengkritisi kebijakan pemerintahan pusat pada saat
itu.    

"Kita melihat selama ini sejarah PRRI belum diposisikan dalam konteks yang
wajar, termasuk dalam pembelajaran di sekolah. Paling banyak hanya satu atau
dua kalimat saja disarikan dalam buku ajar, dan lebih dikedepankan sisi
pemberontaknya," jelas Syofyan Kahar SH, pelaku sejarah yang sekarang
menjadi Ketua Yayasan STKIP PGRI Padang kepada Padang Ekspres, di STKIP PGRI
Padang, kemarin.   

Dampaknya, jelas Syofyan, selain mengaburkan sejarah PRRI, juga generasi
muda mendapat pemahaman yang sepotong-sepotong terhadap apa tujuan mendasar
munculnya PRRI. Selain itu, tokoh-tokoh yang terlibat dalam masalah itu
kerap diposisikan sebagai pemberontak. "Padahal tak sepenuhnya begitu,"
katanya. 

Beranjak dari kenyataan itulah, STKIP PGRI Padang mengambil inisiatif untuk
mengadakan seminar nasional tentang PRRI. Untuk lebih mengguatkan gaung
seminar ini, STKIP PGRI Padang menggandeng Pemprov Sumbar, Masyarakat
Sejarawan Indonesia (MSI) Sumbar, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Tradisional Padang (BPSNT) dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Batusangkar (BP3). 

Dalam seminar bertema "PRRI: Sebuah Gerakan Menuju Keadilan dan Otonomi
Daerah" yang diselenggarakan hari Sabtu (14/3), di aula gedung Tuah Sakato
STKIP PGRI ini, menghadirkan Menteri Sosial Bachtiar Chamsjah selaku keynote
speaker. Selain itu tampil sebagai narasumber, Prof Dr Djohermansyah Djohan,
Sekretaris Wakil Presiden, Prof Dr Ichlasul Amal (mantan Rektor UGM), Drs
Syuib MS (pelaku sejarah), Prof Dr Mestika Zed, Prof Dr Gusti Asnan, dan
lainnya. 

"Selain bakal ditindaklanjuti dengan workshop bahan ajar IPS Sejarah,
seminar ini juga akan melahirkan rumusan yang nantinya akan menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah untuk mendudukan sejarah PRRI dalam porsi yang
adil," kata Ketua Pelaksana Drs Ristapawa Indra MPd, didampingi Drs Dasrizal
MP, Drs Maznitos, serta Ketua Pelaksana Workshop Jumhari. (rdo) 

 
http://www.padangekspres.co.id/content/view/31841/104/

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke