PUASA LOYO Oleh : K Suheimi Puasa Loyo, kerna yang berpuasa itu memasang niat untuk loyo. Begitu dia memasuki Bulan suci Ramadhan , maka dalam hatinya dalam fikirannya, kita siang akan kelaparan. Lapar dihubungkan dengan kurang kalori yang masuk. Akibatnya tentu akan letih, lemah dan lelah. Untuk itu harus istirahat dan loyo. Siang mati kelaparan dan malam mati kekenyangan . Dalam keadan mati kelaparan dia loyo, kalau mai kekenyangan dia ngak bias kerja. Niat untuk loyo dan untuk letih di mulai sejak dia akan memasuki puasa. Sejak 1 Ramadhan yang terniat dan terbayang adalah haus dan lapar, letih dan lesu. Maka bila ada pekerjaan di tunda sampai akhir atau sesudah puasaa. Puasa di jadikan alas an menunda pekerjaan. Orang pemaaf bulan puasa jadi boleh saja tidak bekerja, dan kerja di tunda.. Kerna loyo dan malas bergerak aliran darahpun tak kencang , metabolisme menurun sehinga mudah sakit. Kalau Rasul berkata Faidza Qudhiati shalah fantasiru fil Ardh’ Selesai shalat bertebaran di muka bumi cari rezkinya. Bergerak dan bekerja. Eh orang puasa ini selesai shalat subuh bukan fantasiru tapi dia fantasimu. Tidur lagi. Bangn kira2 jam 7 matahari sudah tinggi, matanya berkunang, perutnya mual, badan jadi tak enak lesu. Kerna anjuran agama dan anjuran kesehatan tak di turutinya Padahal Rasul berkata “Summu Tasihu” Puasalah agar kamu sehat pesan rasul, tapi banyak orang berpuasa justru sakit Puasa itu bulan meraup amal, jadi produktid, tapi banyak orang berpuasa loyo. Puasa itu bulan kerja tapi banyak diantara kita yang justru menunda-nunda opekerjaan sesudah puasa Bulan puasa banyak pahala, pintu sorga di buka selebar-lebarnya dan pintu neraka di tutup serapat-rapatnya namun banyak orang mengerjakan maksiat jug adi BulanSuci Ramadhan. Maka semua tergantung pada niat kita. Jika memasuki puasa ini kita berniat , Kerna Allah tahu persis apa yang terniat, apa yang berdetak di hati. Dan Allah langsung me respon apa yang ada di hati. Kalau kita berniat malas maka gelombang malas lah yang bergertar Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkanoleh hatinya, dan Kami lebih kepadanya daripada urat lehernya, (QS. 50:16) Merasa sedih, malas, loyo dan tak bergairah menyambut bulan suci Ramadhan Acapkali perasaan malas segera menyergap mereka yang enggan menahan rasa payah dan penat selama berpuasa. Mereka berasumsi bahwa puasa identik dengan istirahat, break dan aktifitas-aktifitas non-produktif lainnya, sehingga ini berefek pada produktifitas kerja yang cenderung menurun. Padahal puasa mendidik kita untuk mampu lebih survive dan lebih memiliki daya tahan yang kuat. Sejarah mencatat bahwa kemenangan-kemenangan besar dalam futuhaat (pembebasan wilayah yang disertai dengan peperangan) yang dilancarkan oleh Rasul dan para sahabat, terjadi di tengah bulan Ramadhan. Semoga ini menjadi motivator bagi kita semua, agar tidak bermental loyo & malas dan tidak berlindung di balik kata “Aku sedang puasa”. Berlebih-lebihan dan boros dalam menyiapkan dan menyantap hidangan berbuka serta sahur Ini biasanya menimpa sebagian umat yang tak kunjung dewasa dalam menyikapi puasa Ramadhan, kendati telah berpuluh-puluh kali mereka melakoni bulan puasa tetapi tetap saja paradigma mereka tentang ibadah puasa tak kunjung berubah. Dalam benak mereka, saat berbuka adalah saat “balas dendam” atas segala keterkekangan yang melilit mereka sepanjang + 12 jam sebelumnya, tingkah mereka tak ubahnya anak berusia 8-10 tahun yang baru belajar puasa kemarin sore Sibuk makan sahur sehingga melalaikan shalat shubuh, sibuk berbuka sehingga melupakan shalat maghrib Para pelaku poin ini biasanya derivasi dari pelaku poin 3, mengapa ? Sebab cara pandang mereka terhadap puasa tak lebih dari ; “Agar badan saya tetap fit dan kuat selama puasa, maka saya harus makan banyak, minum banyak, tidur banyak sehingga saya tak loyo”. Kecenderungan terhadap hak-hak badan yang over (berlebihan). Menghabiskan waktu siang hari puasa dengan tidur berlebihan Barangkali ini adalah akibat dari pemahaman yang kurang tepat dari sebuah hadits Rasul yang berbunyi “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah” Memang selintas prilaku tidur di siang hari adalah sah dengan pedoman hadits diatas, namun tidur yang bagaimana yang dimaksud oleh hadits diatas? Tentu bukan sekedar tidur yang ditujukan untuk sekedar menghabiskan waktu, menunggu waktu ifthar (berbuka) atau sekedar bermalas-malasan, sehingga tak heran bila sebagian -besar- umat ini bermental loyo saat berpuasa Ramadhan. Lebih tepat bila hadits diatas difahami dengan; Aktifitas tidur ditengah puasa yang berpahala ibadah adalah bila ; Tidur proporsional tersebut adalah akibat dari letih dan payahnya fisik kita setelah beraktifitas; Mencari rezeki yang halal, beribadah secara khusyu’ dsb. Tidur proporsional tersebut diniatkan untuk persiapan qiyamullail (menghidupkan saat malam hari dengan ibadah) Tidur itu diniatkan untuk menghindari aktifitas yang –bila tidak tidur- dikhawatirkan akan melanggar rambu-rambu ibadah Ramadhan, semisal ghibah (menggunjing), menonton acara-acara yang tidak bermanfaat, jalan-jalan untuk cuci mata dsb. bulan Ramadhan yang seharusnya bersemangat menahan diri dan berbagi, ternyata malah memupuk semangat konsumerisme dan cenderung boros, dapat menggugah kita dari “fatamorgana Ramadhan”. Pak Muis guru Fisika saya waktu SMP, dengan mudahnya menerangkan. Apabila dua buah dawai atau kawat, dengan panjang yang sama, tebal yang sama , dengan kata lain bila kedua dawai itu punya panjang gelombang yang sama, frekwensi yang sama serta amplitude yang sama. Bila dawai yang satu di getarkan maka dawai yang lain ikut tergetar. Ikut tergetarnya dawai yang lain disebut dengan Resonansi. Resonansi adalah tergetarnya sesuatu akibat getaran yang lain , bila panjang gelombangnya sama, frekuensi dan amplitudonya sama. Pendengaran itu adalah akibat Resonansi. Getaran bunyi ikut menggetarkan selaput gendang telinga, diteruskan ke tulang-tulang pendengaran, dikirim ke otak, Bila otaknya sadar dan hidup maka bunyi itu terdengar sesuai dengan getaran yang diterimanya. Begitupun mata bisa menangkap gelombang cahaya. Radio yang kita hidupkan itupun prinsipnya memakai hukum resonansi sehingga kita bisa memilih siaran radio yang kita inginkan sesuai dengan gelombang radio yang di pancarkan. Ketika kita menekan tombol tuning radio 90.00 FM maka kita akan dengar siaran Radio Padang. Kita faham bahwa sinyal dimenara Radio dan di pesawaat radio harus sama Begitupula Televisi yang setiap hari kita tonton.. Jadi untuk bisa menonton, melihat dan mendengar, perlu ada pemancar dan ada penerima. Manusia yang dijadikan sebagai makhluk yang terbaik justru sekaligus punya pemancar dan punya alat penerima. Sesuatu yang dipancarkanya sekaligus bisa diterimanya dan bisa diresonansikan-nya. Mendengarkan Al_Qur'an pun demikian, agar hati kita tergetar dan dada kita tergoncang tinggal kita menyamakan gelombangnya, makanya saya teringat satu Firman suci-Nya Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. 7 : 204) Kita hidupkan hati kita lalu kita simak dan dengar baik-baik lalu diperhatikan dengan tenang , ketika itulah Rahmat-Nya diturunkan. Sekarang pelajaran Guru saya pak Muis itu baru saya refleksikan dan saya renungkan kembali, bahwa resonansi itu ikut tergetarnya dawai yang lain, bila dawai yang satu di getarkan . Nah, ternyata seluruh alam ini adalah Getaran semata. Getaran gelombang ini bertingkat-tingkat , dari getaran yang paling lambat sampai getaran yang paling cepat. Benda yang memiliki gelombang yang paling lambat adalah semua yang bisa diraba, dilihat, di kecap, dicium dan didengar. Benda yang gelombang getarannya paling cepat ialah benda gaib yang tidak nampak, dan hanya bisa dirasa seperti kebahagiaan, cinta dan kasih sayang. Semua benda yang tidak tampak seperti Fikiran dan Perasaan memiliki getaran yang lebih cepat dan lebih kuat, Dan barang siapa yang terampil menggunakannya akan memiliki hidup yang lebih baik Innamal "amalu binniat. Setiap pekerjaan dimulai dengan niat. Niat yang muncul di hati adalah sama dengan apa yang selaludalam fikiran. Dan ketika kita memikirkan sesuatu secara terus menerus , artinya kita sedang mengarahkan energi kesana. Energi itu akan ikut bergetar sesuai gelombangnya dengan fikiran kita. Disaat kita berfikiran dan memancarkan gelombang kebaikan, maka semua gelombang-gelombang kebaikan sekitar kita akan ikut bergetar, teresonansi menjadi kekuatan yang luar biasa. Dan himpunan kekuatan energi kebaikan inilah yang akan menghantarkan kita kepada niat kebaikan yang semula di pancarkan, dan ini akan terwujud dan cita-citapun akan sampai . Sebaliknya jika kita berniat buruk dan melakukan perbuatan yang buruk. Maka gelombang-gelombang buruk disekitar akan berresonansi akan saling menguatkan , Maka kumpulan-kumpulan keburukkan itulah yang terjadi Tak salah Rasul berkata setiap perbuatan itu tergantung dari niat, jika niat baik yang di pasang maka gelombang kebaikan lah yang dia akan menarik lebih banyak hal-hal yang baik, dan terjadi resonansi kebaikkan . Sebaliknya bila niat buruk yang di pasang , maka akan berhimpun gelombang keburukan, saling tambah menambah sehingga nanti akan di gulung oleh keburukan kita sesuai dengan apa yang kita niatkan, dan apa yang kita fikirkan Begitu seterusnya bila seseorang memancarkan gelombang dengki, maka dia akan menuai kedengkian, dan dia akan jadi penghasut. Ketika dia memancarkan gelombang ketakutan, maka gelombang-gelombang ketakutan di sekitarnya akan beresonansi dan takut itu semakin menjadi-jadi, jadilah dia si penakut, karena takut itu ada dan bersemi dihatinya. Nah ketika kita resah dan gelisah, maka pancaran resah dan gelisah itu akan nampak di mata, dihati dan didenyut nadinya yang akan meresonansi setiap gelombang keresahan di sekitarnya, dan dia akan di gulung oleh keresahan dan kegelisahan. Pada hakekatnya Anda adalah apa yang anda fikirkan. Kalau mau berfikir kearah jelek, jeleklah kita, kalau berfikir kearah baik maka baiklah kita. Sebaliknya jika kita memikirkan yang indah, maka kita di kerumuni oleh gelombang ke indahan dan dia akan beresonansi dan nanti kita pasti akan merasakan dan memetik ke indahan. Begitupun ketika kita memancarkan gelombang cinta, maka gelombang cinta disekitar kita akan tergetar dan akan beresonansi, maka kita akan merasakan lezat dan indahnya cinta. Kita tanamkan benih cinta dan pasti kita akan menuai cinta itu Pilihan ada di tangan kita, apakah kita akan membuat hidup kita susah, maka berfikirlah yang susah-susah, maka gelomang kesusahan akan mendekati kita kemudian dia beresonansi, kita akan di balut kesusahan, dan kesusahan itu datang silih berganti, bertubi-tubi seakan tak mau berhenti, Karena dia mengalami resonansi, maka sering orang berkata, yang susah bertambah susah, yang senang semakin senang, Karena orang senang itu memancarkan gelombang kesenangan, dan semua orang akan senang, dan gelombang senang akan mendekatinya, karena adanya tarik menarik antara sesama. Maka resonansi dari kesenangan itu akan bertambah-tambah, Amatilah orang yang sedang tertawa, bukankah ketawanya menular ?, orang lain ikut terpingkal-pingkal, dia menular dan dia beresonansi. Sebaliknya jika seseorang menangis dan bersedih yang di sekitarnyapun akan berlinangan air mata ikut sedih dan larut dalam kesedihan, Gelombang kesedihan beresonansi saling tambah menambah, tukuk menukuk. Saya teringat pada Almarhumah Ibu saya Hj Nurhama yang selalu berpesan "Suheimi, jika kamu memandang sesuatu dari segi buruknya, maka buruklah semua yang kau pandang. Jika kamu memandang sesuatu dari segi baiknya , maka baiklah semua yang kau pandang". Maka Allah selalu memberi kita dua jalan, Jalan kebaikan dan jalan keburukkan, terserah kita mau menempuh jalan apa Inilah salah satu ajaran agama kita, agama yang menganut kebebasan, bebas memilih, dan tiap pilihan di minta pertanggung jawabnya. Hiduplah sesukamu pesan Rasul namun satu saat kau akan mati. Kerjakan apa yang kau suka, dan setiap pekerjaan dimintakan pertangung jawabnya Untuk itu ingin saya petikkan sebuah Firman suciNya dalam Al-Qur'an Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, (QS. 90:8) lidah dan dua buah bibir. (QS. 90:9) Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (QS. 90:10) Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. (QS. 90:11). P Baru 28 Agus 2008
Powered by Telkomsel BlackBerry® --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---