http://www.republika.co.id/koran/28/74816/Perang_Dingin_Afghanistan_dan_Terorisme_I
Selasa, 08 September 2009 pukul 01:57:00 Perang Dingin, Afghanistan, dan Terorisme (I) Oleh: Ahmad Syafii Maarif Resonansi ini akan mencoba membedah topik ini melalui teropong yang lebih komprehensif berdasarkan data mutakhir yang didapat via internet. Kita mulai dari era pasca-PD (Perang Dunia) II. Sebenarnya, baik PD I maupun PD II lahir sepenuhnya dari rahim peradaban Barat sekuler. Begitu juga, apa yang dikenal sebagai PD (Perang Dingin) yang berlangsung dari tahun 1945 sd 1980-an, antara Blok Uni Soviet dan Blok Barat pimpinan Amerika Serikat, adalah kelanjutan belaka dari kompetisi dua kekuatan raksasa itu untuk menguasai dunia. Keduanya adalah pemenang PD II. Adapun sebagian negara lain adalah korban belaka, baik karena tak berdaya ataupun karena kebodohan para elitenya masing-masing. Di antara korban yang terparah adalah Afghanistan, salah satu negara Muslim yang termiskin di muka bumi. Pada tahun 1979, rezim marxis Afghanistan telah mengundang pasukan Uni Soviet untuk masuk ke sana dalam upaya minta bantuan. Dengan segala senang hati, Uni Soviet malah menduduki negeri itu dalam rangka unjuk gigi kepada Blok Barat. Ujung destruktifnya ternyata sangat panjang, berdarah-darah, hancur-hancuran, perang saudara, dan terorisme. Indonesia yang sama sekali tidak berada di zona panas, malah menjadi korban terorisme, dilakukan oleh mereka yang merasa benar di jalan yang sesat dan salah. Indonesia yang pernah juga terseret dalam suasana PD pada era Bung Karno and era Soeharto, sejak beberapa tahun yang lalu malah menjadi korban terorisme yang punya kaitan dengan situasi Afghanistan yang sangat menderita itu. Ratusan pemuda Muslim Indonesia bersama pemuda-pemuda dari berbagai negara lain atas nama jihad telah berangkat ke Afghanistan untuk mengusir pasukan ateisme Uni Soviet. Muncullah kemudian nama Usamah bin Ladin, yang sebelum pecah kongsi, semula adalah kader tak langsung CIA (Central Intelligence Agency). Bin Ladin kemudian mengatakan bahwa terusirnya pasukan Uni Soviet adalah karena bantuan Tuhan, melalui perjuangan pasukan mujahidin yang berasal dari berbagai negara Muslim. Keterlibatan Amerika di Afghanistan, langsung atau via Pakistan, tidak disebut Bin Ladin, padahal sangat nyata, dalam bentuk jutaan dolar, persenjataan, dan pelatihan terhadap gerilya mujahidin. Pakistan di bawah rezim militer Zia al-Haq saat itu telah menjadi sekutu dekat Amerika. Setelah Uni Soviet bubar, Amerika juga mengklaim bahwa berkat bantuannyalah pada akhirnya yang memaksa Uni Soviet hengkang dari Afghanistan. Ujungnya adalah federasi komunis itu harus memasuki museum sejarah. Pada sisi lain, kita melihat kapitalisme dan demokrasi liberal merayakan kemenangannya atas sistem totalitarisme marxis. Kemenangan ini dikukuhkan antara lain dalam bentuk karya tulis oleh mantan pendukung kelompok neokonservatif Amerika, Francis Fukuyama, dalam buku kontroversialnya "The End of History and the Last Man" (New York: Avon Books, 1993). Adapun kemudian Fukuyama pada 2004 murtad dari neokon sebagai protes terhadap invasi Amerika atas Iraq adalah masalah lain yang pernah saya tulis juga di harian ini (Lih. "Resonansi Republika", 29 Januari 2008, hlm 12). Berkat latihan keras di sana, para pemuda Muslim ini menjadi sangat militan dengan semangat perang yang super tinggi. Maut telah menjadi tunangan mereka. Para pemuda ini tak sadar telah menjadi korban PD yang sangat menguntungkan Washington, yang kemudian telah menjadi musuh mereka. Bom-bom bunuh diri yang sangat meresahkan Indonesia adalah bagian dari sikap permusuhan itu. Ini adalah di antara ironi sejarah yang sungguh memprihatinkan. Gedung Putih yang cerdik dan licik telah memanfaatkan para pemuda pejuang ini untuk memenangkan PD. Hasilnya sangat spektakuler: Uni Soviet telah dipermalukan sebelum berantakan secara total, diawali oleh gerakan glasnost dan prestroika Gorbachev. Mirip dengan kegagahan perang Vietnam di bawah pimpinan Ho Chi Minh dan Jenderal Vo Nguyen Giap, pada tahun 1975 Amerika telah dihina dan dipermalukan di sana sebelumnya, tetapi tidak pernah jera. Afghanistan dan Irak digempur dan dibinasakan, demi kerakusan untuk menguasai jalan pipa minyak di kawasan panas itu. Si cerdik dan si licik sering benar mengorbankan si lemah dan tidak siuman. Anda jangan bicara tentang moral penguasa di sini. Itu sia-sia, karena memang telah dibuang jauh, entah ke mana di belantara sekularisme. Jika ada arus balik politik untuk mengadili George W Bush sebagai penjahat perang, cukup masuk akal, dan saya telah mengatakannya jauh sebelum tokoh lintas agama bertemu dengannya di Denpasar pada 22 Oktober 2003. Pada 15 Februari 1989, berdasarkan Persetujuan Genewa 1988, pasukan Uni Soviet terakhir telah angkat kaki dari Afghanistan, tetapi ironisnya momen ini malah menjadi bagi awal perang saudara di negara kesukuan itu. Jika sebelumnya senjata dibidikkan untuk membunuh dan mengusir pasukan musuh, dalam perang saudara, senjata itu pula yang dipakai untuk membunuh sesama Muslim, apa pun dalih yang digunakan. Bila mengikuti drama dan tragedi Afghanistan ini, air mata saya mengalir tak tertahankan. Beginikah cara Muslim menyelesaikan selisih di antara mereka? Tidakkah mereka mau belajar dari kelampauan yang penuh darah dan dendam akibat sengketa politik sesama elite Muslim di berbagai bagian dunia, dalam lintas sejarah yang panjang?(-) --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---