Ambo liek iko bukan kegagalan, tdk dgn mudah mengarahkan telunjuk. Toh yg 
namanya pengobatan, sangat banyak alternatif dan terbukti juga tdk kalah 
mujarab dg medis. Tdk sedikit malah praktisi kesehatan yg merujuk ke 
alternatif. Saya kok tdk melihat ini sbg kegagalan otoritas dan praktisi 
kesehtan dan agama. Perkara syirik atau tdk, para ustadz saya rasa sdh berbusa 
di mimbar2, tapi masy tentu punya alasan tersendiri, bisa ekonomi bisa krn hal 
lain.

Wassalam
Ronald
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "Riri Mairizal Chaidir" <riri.chai...@rantaunet.org>

Date: Sun, 30 Aug 2009 06:24:28 
To: <rantaunet@googlegroups.com>
Subject: Air Seni, Mak Erot, Meningitis, Dukun Ponari - Mungkin ini Bukti
 Kegagalan Otoritas dan Praktisi Kesehatan dan Agama? [was: RE: [...@ntau-net]
 Re: Ado lo "Seni" nyo? [Bagaimana dengan HABATUS SAUDAH?]]


Dunsanak sadonyo, 

 

Pembuktian ilmiah terhadap khasiat terapi air seni belum jelas. Di Klender
ada Gus Muh, setiap malam pasiennya harus antri sampai jam 2-3 pagi. Di Jl,
Cirebon, Menteng, sederet mobil mewah diparkir di depan ahli patah tulang,
dan di tempat Guru SInga di Pondok Kelapa ruang perawatannya full terus.
Beberapa tahun yang lalu Mak Erot sangat popular untuk meningkatkan
keperkasaan laki-laki. Bahkan beberapa bulan yang lalu, ramai berita tentang
Dukun Ponari - seorang anak kecil yang mempunyai "batu ajaib" yang bisa
mengobati segala macam penyakit. Jumlah orang luar yang mendatangi kampung
Ponari bisa membuat iri Dinas Pariwisata Sumbar.

 

Banyak yang tidak ada pembuktian ilmiahnya. Dari segi agama, air seni itu
najis . Batu Dukun Ponari? Ondeh. itu Cuma batu ,,, kok picayo ka batu? itu
syirik.

 

Tetapi mengapa pengobatan non ilmiah itu tetap eksis dan mungkin malah makin
banyak di Indonesia (lihat saja iklan2 di Koran lokal, tv, bahkan kemaren di
salah satu radio di Jakarta, acara menunggu beduk berbukanya adalah talk n
interactive show dengan 2 orang pengobat non medis).

 

Kalau buat saya jawabannya, mungkin itu bentuk kegagalan dari otoritas dan
praktisi kesehatan dan agama untuk meyakinkan (dan menyediakan fasilitas)
bahwa pengobatan yang bener itu yang jalur medis lho, bukan dengan air seni.
Mereka belum mampu "mengatakan": Warga Jakarta dan sekitarnya, kalau patah
tulang ke rumah sakit ya, jangan ke Jalan Cirebon - Menteng, atau ke Haji
Ilyas di Cikunir, ke Guru Singa di Pondok Kelapa, atau bahkan jauh2 ke
Cimande. Kalau orang daerah dapat surat rujukan ke rumah sakit jantung
harapan kita, rumah sakit itu adanya di Slipi, jangan larinya berobat ke
Sukabumi. Kalau divonis kanker itu destination nya ke Dharmais, sebelah
rumah sakik jantuang tu, bukan ke Profesor Nurul Yakin di Mas Naga .

 

Kalau sampai sekarang praktek2 non medis masih banyak, ya ambo kutip dan
perluas pertanyaan Mak Boes dalam logat betawi: "Jadi selama puluhan tahun,
otoritas kesehatan dan agama itu kemane aje ...?"

 

Tentang Meningitis, ini salah satu bentuk yang boleh juga ditanyakan:
"Kalian kemane aje ...?". Dari dulu sudah ada bisik2 kalau vaksin meningitis
itu mengandung babi. Beberapa bulan yang lalu MUI Sumsel bekerjasama dengan
salah satu Universitas membuktikan kalau ini memang "ada babi nya" (Uda
Mulyadi tu nan labiah tau caritonyo), waktu itu ada pernyataan dari salah
satu pejabat BPOM bahwa yang dipakai di Indonesia itu tidak ada babinya.
Tapi setelah cerita ini sampai di tingkat pusat, baik MUI (pusat) maupun
Depkes, katanya ini "akan ditanyakan ke kedubes Arab Saudi ..." . Tapi antah
lai jadi batanyoan antah lah lupo pulo.

 

Jadi kalau manuruik ambo (dan mungkin saya tidak sendiri), masalahnya
sederhana. Rakyat badarai (at least ambo) indak mangarati bagai jo
kandungan2 kimia tu do. Kalau otoritas kesehatan (dan praktisinya) mampu
menunjukkan bahwa yang paling baik dan paling praktis itu adalah puskesmas,
orang tidak akan berpikir tentang "pengobatan alternatif lagi". Batu Ajaib
Dukun Ponari tidak akan ampuh lagi, tidak aka nada lagi mobil ambulans yang
masuk ke halaman Guru Singa di Pondok Kelapa.

 

Riri

Bekasi, l, 47 

 

 

 

 

 





--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke