Sanak Armen,

Tadi, dek rasonyo alah pernah mambaco, ambo cari2 di arsip Palanta.

Ternyata memang batua, tulisan dari sanak Armen ko alah pernah di
posting tanggal 31 Juli yang lalu; dan ado 6 (enam) tanggapan terhadap
posting Sanak.

Mungkin ada baiknya ditelusuri kembali tanggapan2 tersebut, mungkin
ada yang perlu ditanggapi pula.


Riri
48/ll/bekasi



On 12 Agu, 00:01, Armen Zulkarnain <emeneschoo...@yahoo.co.id> wrote:
> Sebagai   "rang mudiak" dari kabupaten 50 Koto, tentunya saya sering pulang 
> ke  
> kampung halaman dengan berbagai keperluan. Dari mulai baralek, melihat   rumah
> nenek saya yang sudah kosong lebih 15 tahun, melihat sawah   keluarga, 
> menjenguk
> keluarga se kaum hingga menghadiri batagak gala.   Kebetulan jarak 135 km itu
> tidak terasa jauh dengan mulusnya sarana   transportasi jalan & banyaknya
> angkutan umum yang tersedia.
>
> Dari   cerita-cerita keluarga & orang kampung pula saya sering   mendengarkan
> mahalnya pupuk (terkadang hilang dipasaran), harga pakan   ayam ras yang makin
> melangit hingga kurang menguntungkannya usaha ternak   sapi simental saat ini.
> Padahal kampung halaman saya ini, apalagi   kabupaten 50 Koto memang berbasis
> pertanian & pertenakan sebagai   tumpuan hidup keluarga-keluarga di pelosok -
> pelosok nagari. Dengan   hasil tani & ternak itu pula mereka membiayai
> anak-anaknya   bersekolah hingga ke perguruan tinggi.
>
> Syahdan,   saya sering mendengar, bahwa hampir diseluruh perguruan tinggi
> ternama   di Indonesia, terdapat guru besar, dosen terpelajar, ahli - ahli 
> yang  
> berasal dari Minangkabau yang mengajar di perguruan tinggi ternama.   Mulai 
> dari
> ITB, UI, IAIN Syarif Hidayatullah, ITS, UGM, IPB, Unpad   hingga Universitas
> Brawijaya. Kalaulah Universitas Andalas bisa   dikatakan seluruh dosennya 
> "rang
> awak juo".
>
> Terkadang   saya sering mencari di belukar "mak google" bagaimana teknik
> pembuatan   pakan ayam ras, teknologi budidaya cacing tanah, bagaimana membuat
> hyase   untuk pakan ternak sapi. Hingga pengolahan kompos yang bisa dilabel   
> &
> dijual ke perkotaan di provinsi Riau. Alangkah indahnya masa depan   
> masyarakat
> kita, diberkahi alam yang subur & tingginya animo   merantau karena alasan
> "kurang cocok menjadi petani" sehingga lapangan   pekerjaan dibidang ini 
> nyaris
> tidak pernah kosong.
>
> Entah   mendapat berkah atau musibah, ketika saya berkenalan via internet  
> dengan pak Saafroedin Bahar yang sedang mengusung KKM 2010, memaparkan  
> perlunya Badan Kerjasama antar lembaga/instistusi/organisasi di   Minangkabau
> yang didesain ter-link keseluruh nagari-nagari di Sumatera   Barat yang
> berjumlah 624 nagari itu. Badan kerjasama ini nantinya akan   membantu Pemda
> memberikan kajian - kajian ilmiah yang mungkin saja bisa   merangkul para
> pakar-pakar itu untuk menyumbangkan ilmu pengetahuannya   untuk masyarakat di
> Sumatera Barat hingga melahirkan perda - perda baru   yang bisa "mamilin" 
> antara
> Adat Budaya Minangkabau dengan lingkup Negara   Kesatuan Republik Indonesia.
>
> Semangat   saya sebagai orang muda, yang dibesarkan dirantau & memiliki  
> keinginan menetap di Sumbar (alhamdulillah sudah 10 tahun saya disini)   
> melihat
> adanya secercah harapan untuk memindahkan kajian teknologi &   riset dari
> pakar-pakar yang ada di universitas kenamaan itu ke   nagari-nagari di
> Minangkabau. Mulai dari kajian Budaya Minangkabau,   Agama, teknologi 
> Pertanian
> & Peternakan, Pariwisata hingga Industri   skala Rumah Tangga. Terbayang 
> dimata
> saya, 5 tahun ke depan makalah -   makalah dari ITB, UI, IAIN Syarif
> Hidayatullah, IPB, ITS, Unpad dan   lain-lain bisa disebar ke berbagai Nagari 
> -
> Nagari di Minangkabau,   sehingga menciptakan masyarakat Madani yang lepas 
> dari
> jeratan   Kapitalisme. Masyarakat yang bisa membuat kapal sendiri, membuat 
> pakan  
> ternak sendiri, membuat usaha tani terpadu, dari sekandang ternak sapi   yang
> bisa menghasilkan biogas untuk memasak rendang & gulai cipuik   di dapur, 
> hingga
> penerangan di rumah-rumah penduduk, yang hasil akhirnya   bisa menjadi kompos
> sehingga urea tidak perlu kita beli lagi.
>
> Tentu   saja hal ini sangat mudah dilakukan, apabila disetiap kantor 
> kanagarian  
> bisa memiliki 1 unit komputer bekas sekelas Pentium 4, dilengkapi modem   yang
> bisa menghubungkan nagari ke dunia maya, sehingga perantau yang   jarang 
> pulang
> pun bisa mendengar kabar dari kampung halamannya.
>
> Semoga   Angku, Mamak, Bundo sarato Dunsanak sakalian bisa memahami harapan 
> saya  
> ini, dan semoga Allah SWT bisa mengabulkan mimpi saya ini kelak   dikemudian
> hari, amin amin ya Rabbal alamin.
>
> wasalam  
> Armen   Zulkarnain - 32 th
> nagari asal : Kubang 50 Koto

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke