"Benteng Fort de Kock ini didirikan oleh Kapten Bauer pada tahun 1825 di atas 
Bukit Jirek negeri Bukit Tinggi sebagai kubu pertahanan pemerintahan Hindia 
Belanda menghadapi perlawanan rakyat dalam Perang Paderi yang dipimpin oleh 
TUANKU IMAM BONJOL."

Bila dibaca beberapa catatan, pada tahun 1825 adalah masa gencatan senjata 
antara Belanda dan Paderi, karena Belanda fokus untuk menghadapi perang di 
Jawa. Jadi Fort de Kock dibangun dalam masa damai.
 
Pemilihan lokasi di Bukittinggi juga menarik, mengingat sebelumnya pernah 
dibangun di Batusangkar. Kelihatannya Belanda mengambil titik tengah dari tiga 
luhak.
 
Namun perlu diteliti lebih lanjut bila Tuanku Imam Bonjol telah mengambil 
komando tertinggi Paderi pada masa itu, apakah benar? Pola perang Paderi 
sebagaimana pernah kita bahas sebelumnya adalah senagari-senagari, 
seluhak-seluhak. Dari Naskah TIB tidak ada disebutkan TIB pernah memasuki 
wilayah Agam, kecuali sampai Palupuh di akhir perjuangan untuk kemudian 
ditangkap dan dibawa ke Padang.
 
Wassalam.

--- On Thu, 2/26/09, Nofiardi <nofia...@pec-tech.com> wrote:

From: Nofiardi <nofia...@pec-tech.com>
Subject: [...@ntau-net] Sisa-Sisa Keangkuhan Benteng Fort de Kock
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, February 26, 2009, 8:41 AM








Sisa-Sisa Keangkuhan Benteng Fort de Kock
 
Kompas.com/Dok. Budpar/Caroline Damanik
/
Kamis, 26 Februari 2009 | 07:44 WIB
MASIH ingat Perang Paderi di mana tokoh adat Sumatera Barat, Tuanku Imam Bonjol 
memimpin perlawanan rakyat Minangkabau melawan serdadu Belanda yang mencoba 
menjajah tanah Minang? Pemerintah penjajah Hindia Belanda akhirnya merasa 
penting membangun sebuah benteng sebagai pertahanan pemerintah dalam menghadapi 
perlawanan rakyat.

Benteng Fort de Kock didirikan pada tahun 1825 oleh Kapten Bauer di atas Bukit 
Jirek Negeri, Bukit Tinggi. Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih menjadi 
saksi bisu angkuhnya penjajahan Belanda pada saat itu untuk berkuasa atas 
Minangkabau dan sisa-sisa keangkuhannya masih tersirat dalam bangunan setinggi 
20 meter dengan warna cat putih dan hijau ini. 

Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. 
Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah 
taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak. 

Benteng yang berada di kawasan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukit 
Tinggi ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukit Tinggi dan 
Museum Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri 
pintu masuk sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berbentuk rumah gadang 
tersebut berada di bukit sebelah kanan. 

Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya 
dalam kota Bukit Tinggi. Memang kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota 
Bukit Tinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan Tuanku nan 
Renceh. Bukit Tinggi sendiri dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Kota Padang 
sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat.

Dengan membayar retribusi sebesar Rp 5.000, melihat benteng, menyeberangi 
jembatan dengan pemandangan yang indah, mengamat-amati berbagai macam satwa dan 
belajar sejarah di museum dapat dinikmati sekaligus. Khusus memasuki Rumah Adat 
Baanjuang, pengunjung harus membayar lagi tiket masuk sebesar Rp 1.000 per 
orang. Tempat ini sering dijadikan tempat piknik keluarga atau tujuan bagi 
rombongan siswa TK maupun SD untuk mengenal alam, sejarah dan budaya sekaligus.

Sejumlah pengunjung bahkan tampak bergembira hanya sekedar menikmati suasana 
rindang di sekitar Benteng Fort de Kock usai membaca sedikit penjelasan sejarah 
mengenai benteng tersebut. Ini tertulis di sebuah prasasti sekitar 10 meter di 
depan benteng yang ditandatangani oleh Walikota Bukit Tinggi H. Djufri ketika 
diresmikan sebagai tempat wisata pada tanggal 15 Maret 2003. Berikut sedikit 
penjelasan tentang Benteng Fort de Kock:

Benteng Fort de Kock ini didirikan oleh Kapten Bauer pada tahun 1825 di atas 
Bukit Jirek negeri Bukit Tinggi sebagai kubu pertahanan pemerintahan Hindia 
Belanda menghadapi perlawanan rakyat dalam Perang Paderi yang dipimpin oleh 
TUANKU IMAM BONJOL.

Ketika itu Baron Hendrick Markus de Kock menjadi Komandan de Roepoen dan Wakil 
Gubernur Jenderal Pemerintahan Hindia Belanda. Dari sinilah nama lokasi ini 
menjadi Benteng Fort de Kock.

Udara sejuk Bukit Tinggi bisa saja membuat pengunjung yang datang menjadi lupa 
waktu. Apalagi jika memandangi keindahan Ngarai Sianok, Gunung Singgalang, 
Gunung Pasaman dan juga kota Bukit Tinggi dari atas Jembatan Limpapeh. Lalu 
terus berjalan melihat berbagai satwa dan mampi sebentar di Rumah Adat 
Baanjuang untuk menambah sedikit wawasan tentang budaya Minangkabau. 

Di dalam bangunan yang sengaja dibangun pada tahun 1930 oleh seorang Belanda, 
Mr. Mandelar Controleur tersimpan berbagai macam benda-benda khas Minangkabau, 
seperti pakaian adat, tanduk kerbau dan peralatan menangkap ikan tradisional. 
Di tempat ini, pengunjung juga dapat berfoto di anjungan maupun dengan pakaian 
adat Minang hanya dengan membayar Rp 2.500-Rp 5.000.

Keangkuhan Benteng Fort de Kock juga terekam dalam berbagai cendera  mata yang 
dijajakan di kios-kios di luar kawasan wisata, seperti kaus, gantungan kunci 
dan tas khas Minangkabau. Sayang rasanya, jika pulang tanpa kenangan tersendiri 
tentang Benteng Fort de Kock.

LIN 
http://travel.kompas.com/read/xml/2009/02/26/07440353/Sisa-Sisa.Keangkuhan.Benteng.Fort.de.Kock


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke