Sanak2 sebalairung,
Apa yg perlu di antispasi dgn adanya Seafood Padang ini, utk menjaga dan
mempertahan market share masa depan, Apakah perlu di buat kan "property
right" nya(hak patennya,hak cipta )nya spy jangan di libas/di klaim daerah
lain, atau negara tetangga Asia, Assosiasi Restoran Padang Indonesia, bgmn
memikirkan nya,
atau minta input pada ahli2 hak Paten di Fakulta s Hukum , Unand. Pada zaman
yg serba kompetisi ketat ini, kita harus siap memjaga posisi komoditas
unggulan kita,
Janagan2 rendang Padang sdh di patenkan Malayasia lagi,..dll nya. Apakah
Pemda atau LSM terkait dlm penurusan nya.

Wass. Muzirman Tanjung.
(seafood @masakan Padang lover)

Jalan Sutera

"Seafood" Padang

*Bondan Winarno*

[image: D]i Padang? *Ya* makanan Padang! Begitu umumnya *fallacy* yang
berlaku setiap kali kita berkunjung ke Padang. Seolah-olah di Kota Padang
hanya ada masakan Minang yang memang sudah kondang, bahkan melintasi batas
negara. Tradisi merantau *urang awak* pun membuat rumah makan padang hadir
di mana-mana. Setiap ada *simpang tigo* atau *simpang ampek*, pastilah ada
rumah makan padang.

Kenyataan bahwa Padang berada di tepi laut, mestinya menunjukkan bahwa di
kota ini tentulah tersedia berbagai sajian hasil laut yang berkualitas.
Jernihnya kawasan samudra di timur kota ini - setidaknya bila dibandingkan
dengan kondisi laut di Pantai Utara Jawa - juga merupakan testimonial bagi
hasil laut yang bermutu.

Pulau Sikuai yang dapat dicapai dengan perahu cepat dalam waktu 45 menit
dari Padang pun tampaknya hanya populer di kalangan wisatawan asing yang
membaca informasi tentang pulau ini di buku panduan *Lonely Planet*. Baru
belakangan ini, Pulau Sikuai mulai menjadi tujuan wisata memancing bagi para
penggemar memancing. Pulau Mentawai yang lebih jauh pun sudah sejak lama
dikenal sebagai "gudang" lobster yang diburu para eksportir.

Kunjungan terakhir saya ke Padang mengungkap temuan beberapa rumah makan
yang menyajikan sajian hasil laut juara. Begitu terpukaunya saya oleh
kualitas masakan di beberapa rumah makan itu, sampai saya tak habis pikir.
"Ke mana saja saya selama ini bila berkunjung ke Padang?"

Masakan Minang sebetulnya menampilkan cukup banyak ikan. Tetapi, kebanyakan
yang dihadirkan adalah ikan darat, seperti: ikan mas, nila, mujair, dan
gurami. Dari kawasan laut, ikan kakap terutama hadir kepalanya saja dalam
masakan populer gulai kepala ikan. Ikan kembung biasanya hanya digoreng atau
disajikan sebagai balado. Di rumah-rumah makan yang menyandang tulisan Pauh
Piaman (dari Desa Pauh, dekat Pariaman), juga banyak terhidang gulai atau
masakan asam pedas dari ikan tenggiri dan tongkol.

Tetapi, apa tidak bosan bila selama beberapa hari di Padang kita selalu
makan masakan Minang untuk makan malam dan makan siang? Itulah sebabnya kali
ini sengaja saya tulis tentang beberapa tempat yang khusus menyajikan *
seafood*.

Tempat pertama yang menjadi rekomendasi saja adalah RM Djoni/Kun di Muara,
masih termasuk kawasan Chinatown-nya Padang. Warungnya sangat sederhana -
dengan tiga meja panjang, dan bangku-bangku panjang yang sering dipenuhi
para tamu. Ketika singgah ke sana, muncul kreativitas saya untuk mengangkat
sebuah meja kecil dan kursi ke seberang warung, supaya tempat duduk saya
langsung berada di tepi Sungai Batang Arau.

Sajian andalan Djoni/Kun adalah ikan bakar santan. Kebanyakan para tamu
memilih ikan kerapu yang dibakar, kemudian dilumuri dengan saus santan
kental berwarna jingga, dan kemudian dibakar lagi. Tidak hanya unik, tetapi
juga istimewa. Ketika berkunjung ke sana, saya memesan ikan pari sebesar
telapak tangan untuk dibakar dengan santan. Maklum, ikan kerapunya terlalu
besar untuk dimakan sendiri. Ternyata, pari bakar santan itu pun hadir
istimewa.

Djoni membawa seekor udang kipas ke meja saya. Ia memuji kesegaran udang
yang baru didapatnya tadi pagi. "Saya goreng dengan sambal petai, *ya*?"
katanya menawarkan. Sungguh taktik yang jitu. Saya langsung menyerah.
Kelepek-kelepek.

Tak lama kemudian, sajian itu datang. Tampilannya sungguh memesona. Udang
kipasnya dibelah, kemudian digoreng. Sambal goreng petai kemudian dituangkan
di atasnya sebagai *topping*. *Mak nyusssss*!

Udang kipas memiliki kualitas daging yang sungguh lembut dan mulus.
Sekalipun harganya lebih murah daripada lobster, tetapi rasanya jauh
mengalahkan lobster. Kalau Anda nanti menjumpai udang kipas, tubruk saja
langsung. Dijamin tidak akan menyesal.

Saya harus mengakui bahwa Djoni/Kun punya kualitas masakan di atas
rata-rata. Inilah tempat yang saya rekomendasikan untuk makan *seafood* di
Padang. Ia selalu sedia segala macam ikan, udang, lobster, cumi-cumi, dan
kepiting. Djoni pun lihai menampilkan segala jenis masakan untuk mengolah *
seafood*.

Di Padang sejak beberapa lama ini juga telah hadir sebuah *seafood foodcourt
*. Semula bernama Nagoya, kini setelah ganti manajemen menjadi Enagoya.
Semua kios yang bergabung di sana harus menampilkan menu *seafood*. Tidak
heran bila di sana ada satu gerobak penjual martabak telur yang isinya bukan
daging kambing atau daging sapi, melainkan ikan dan udang. Rasanya?
Mirip *seafood
omelete*. Tidak jelek, tetapi agak memaksa.

Di Enagoya saya terpesona dengan kualitas sup ikannya. Sangat mirip dengan
sup ikan di Batam. Harum, bening, isinya irisan tipis daging ikan yang hanya
dimasak sebentar dalam kuah yang gurih.

Setelah diangkat dari api, dimasukkan beberapa potongan daun selada. Aroma
minyak wijen membuat sup ikan ini sungguh istimewa. Saya baru kemudian sadar
bahwa rupanya pemilik terdahulu adalah orang Batam yang punya rumah makan di
kawasan Nagoya.

Enagoya adalah tempat makan murah meriah dengan kualitas yang cukup baik.
Setidaknya, kehadiran *seafood* pada aras *food court* akan membuat sajian
ini makin populer di Padang.

Tempat ketiga tampil lebih elite, berlokasi di kawasan Taplau (Tapi Lauik
alias Tepi Laut). Padang adalah kota yang beruntung - sebagaimana halnya
Makassar - karena memiliki pantai yang indah di tengah kota. Sayangnya,
entah bagaimana cara berpikir para pemikir tata Kota Padang, keindahan
pantai itu "dirusak" dengan bangunan-bangunan untuk menempatkan para penjaja
makanan.

Dulunya, di sepanjang jalan itu bermunculan para penjual rujak, es tebak,
dan jagung bakar. Karena dianggap tenda-tenda mereka tidak seragam, Pemda
Kodya Padang pun melakukan penataan dengan membangun kios-kios yang seragam.
Memang rapi. Tetapi, *hallo*, di mana *dong* pantainya? Oh, di balik
kios-kios itu? Pembinaan memang kadang-kadang berbatas tipis dengan
pembinasaan.

Restoran yang saya maksud di Taplau ini letaknya justru di seberang jalan
yang di pinggir pantai - tempat yang memang seharusnya untuk melokalisasi
para pedagang makanan ataupun suvenir. Restoran ini menempati sebuah
bangunan berlantai tiga, bernama Nelayan.

Bila melihat daftar menu Nelayan, sajiannya sangat mirip dengan yang dapat
kita jumpai di restoran-restoran serupa di Jakarta, seperti Pondok Laguna di
kawasan Pecenongan. Ada lumpia *seafood*, tahu kipas, dan sebangsanya.

Tetapi, bila sedikit teliti membaca menu, kita akan menemukan *items* baru
yang jarang dijumpai di tempat lain. Misalnya, kailan tumis belacan. Dipilih
kailan yang masih muda, sehingga sangat renyah dan tidak berserat.
Mengesankan!

Ikan kerapu bakar bawang putih yang saya pesan tampil mengagumkan. Ketika
datang, ingatan saya langsung melayang pada hidangan Hutong, sebuah restoran
mewah di Hong Kong - yaitu ikan utuh yang dipanggang dalam oven, dengan
taburan bawang putih cincang goreng dan kacang tanah goreng yang ditumbuk
kasar.

Di Nelayan, kerapunya dibakar sempurna, sehingga menghasilkan daging yang
lembut dan manis, tanpa gosong. Bawang putih cincang yang digoreng sempurna
pun melengkapi keistimewaan hidangan ini. Biasanya, bila bawang putih belum
matang digoreng, yang muncul adalah cita rasa pedas.

Sebaliknya, bila terlalu gosong digoreng, rasanya berubah pahit. Di Nelayan,
bawang putih cincang digoreng dengan pas, berwarna kuning keemasan, dan
manis rasanya. *Mak nyusss*! *

------------------------------
*Last modified: 13/2/09*

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke