Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
Kehidupn dunia modern identik dengan listrik. Dunia modern praktis berhenti 
jika listrik padam.
Kita bersyukur punya Ir Yanuar Muin, yang berjasa menyebarkan jaringan listrik 
PLN sampai ke nagari-nagari. Tetapi ternyata belum seluruh pelosok terjangkau 
oleh listrik. Ada kebutuhan dan peluang untuk pembangkit mikro hidro , 
khususnya karena demikian banyak aliran sungai kecil di Sumbar.
Kini kita punya 'Yanuar Muin muda'. Namanya Ir Johny Ivan, fotonya ada di 
bawah. Tanpa banyak ribut dia membuat sendiri sebuah pembangkit listrik mikro 
hidro dan sudah dipesan oleh Pemdakab Pasaman.
Bagi para sanak perantau yang ingin nagarinya maju, saya sarankan pesanlah 
kepada beliau ini. [Btw saya bukan agen bung Johny ini. Kontak langsung saja 
atau melalui redaksi Kompas.]


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta; Tanjuang, Soetan Madjolelo; Lagan, Kampuang Dalam, 
Pariaman.)
"Basuku ka Ibu; banasab ka Bapak; basako ka Mamak" 
Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com;

saafroedin.ba...@rantaunet.org

Johny, Membawa Terang Lewat PLTMH
 



        function Big(me)
        {
        me.width *= 1.700; me.height *= 1.700;
        }
        function Small(me)
        {
        me.width /= 1.700; me.height /= 1.700;
        }
        

 
Kompas, , Sabtu, 18 April 2009 | 03:27 WIB 
Oleh Agnes Rita Sulistyawaty
Air mata menitik dari pelupuk mata Johny Ivan lima tahun silam. Rasa gembira, 
syukur, dan haru bercampur dalam putaran turbin yang digerakkan air menjadi 
listrik. Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat pun menjadi tempat pertama 
pemasangan pembangkit listrik tenaga mikrohidro buatan Johny. 
Keberhasilan lima tahun silam itu berlanjut dengan dibuatnya 40 pembangkit 
listrik tenaga mikrohidro atau PLTMH. Dibantu 20 pekerja di bengkelnya, Johny 
turut berperan dalam menerangi ribuan rumah warga di Sumbar.
”Bila dilihat di lapangan, barang kali hanya 50 persen keluarga yang mendapat 
listrik dari PLN. Selebihnya mereka harus hidup dengan penerangan seadanya,” 
katanya.
Kemampuan membuat pembangkit listrik bertenaga aliran air lebih berasal dari 
ilmu yang dia peroleh di lapangan dan buku-buku yang dipelajarinya secara 
otodidak. Pendidikan formal sebagai insinyur teknik elektro relatif tak memberi 
teori PLTMH yang memadai baginya.
Pembelajaran tentang PLTMH didapat Johny sejak ia menjadi pegawai negeri sipil 
di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumbar. Sejak tahun 1995 dia menjadi 
tim teknis PLTMH.
”Ketika itu alat-alat PLTMH didatangkan dari Bandung. Saya mendapat ilmu PLTMH 
dari seringnya menangani PLTMH, mulai dari pemasangan hingga perbaikannya,” 
tutur pria yang juga mendesain semua PLTMH.
Maka tak heran kalau masyarakat pun mengadukan masalah PLTMH kepada Johny. 
Keinginannya membantu masyarakat berkemampuan ekonomi pas-pasan untuk menikmati 
listrik mendorong dia membuka bengkel di lahan sewaan sekompleks dengan 
rumahnya, Villa Bukit Indah, Kelurahan Koto Luar, Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Jabatan sebagai kepala seksi lalu dilepaskannya agar dia mempunyai lebih banyak 
waktu untuk menekuni PLTMH. Kebetulan Dinas Pertambangan dan Energi juga kerap 
membangun PLTMH sehingga keterampilan Johny sejalan dengan tugasnya sebagai PNS.
Pesanan pertama
Dia menghabiskan waktu dua bulan untuk membuat pembangkit pertama. Pembangkit 
itu dipesan Pemkab Pasaman. Ketika itu dana pemkab terbatas sehingga tak satu 
pun perusahaan yang berani menerima tawaran dalam proses tender. Johny sanggup 
membantu pembuatan pembangkit sampai proses pemasangannya.
”Dananya Rp 150 juta. Tak ada pilihan selain juga mengeluarkan dana pribadi 
untuk mencukupinya. Yang penting pembangkit terwujud dan masyarakat bisa 
menikmati,” ujar Johny.
Idealnya, dana untuk satu pembangkit Rp 500 juta-Rp 600 juta. Namun, dia harus 
bisa menangani membangun pembangkit dengan dana maksimal Rp 300 juta.
Pembangkit pertama buatan Johny yang dicat berwarna-warni lalu diangkut ke 
lokasi pemasangan. ”Perjalanan sampai ke tempat pemasangan alatnya sekitar 
tujuh jam. Itu juga hanya bisa ditempuh dengan ojek. Kadang ojek pun harus 
melewati sungai karena beratnya medan ke tempat lokasi,” kenangnya.
Setelah perjalanan yang melelahkan, pembangkit berkapasitas 70 kilowatt itu pun 
terpasang dan bisa menerangi sebanyak 115 keluarga. Ketika listrik mulai 
menyala, sejumlah warga yang baru sekali itu menikmati aliran listrik tak kuasa 
menahan haru. ”Saya juga terharu, ada perasaan senang dan bersyukur,” kata 
Johny.
Dia tak kuasa menahan air mata mengingat selama proses pemasangan PLTMH juga 
melibatkan masyarakat sekitar. ”Saya senang kalau masyarakat ikut terlibat 
dalam pembuatan PLTMH. Setelah pembangkit terpasang dan listrik mengalir, 
masyarakat juga ikut merawat,” ujarnya.
Melibatkan warga
Dilihat dari sisi teknis, pembangkit itu umumnya mempunyai karakter yang sama. 
Sumber energi dari aliran air yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit sangat 
banyak. Aliran air setinggi 2 meter saja bisa menghasilkan listrik 400-900 watt 
per rumah untuk 100 keluarga.
Dalam berbagai proses pemasangan PLTMH, Johny berusaha melibatkan warga 
setempat, mulai dari bergotong-royong membangun bak penampungan air, memasang 
pipa dan pembangkit, hingga membuat sambungan listrik ke rumah-rumah warga. 
Keterlibatan ini penting untuk membangun kesadaran warga agar mereka juga 
menjaga kelestarian daerah hulu dan menjamin sumber air terus mengalir.
Johny juga menggalakkan iuran listrik di kalangan warga yang menikmati listrik 
PLTMH. Nilai iuran itu minimal Rp 25.000 per keluarga setiap bulan. Sebagian 
dari iuran itu digunakan untuk biaya perawatan, pembelian pelumas mesin, 
penggantian onderdil, dan gaji operator. Sisanya disimpan sebagai kas warga 
untuk perbaikan besar pembangkit atau membangun fasilitas lain, seperti tempat 
ibadah dan sekolah. Pengelolaan iuran itu sepenuhnya di tangan warga.
Di beberapa tempat, besarnya iuran hingga Rp 60.000 per keluarga setiap bulan. 
”Kalau iurannya Rp 60.000, warga bisa membangun fasilitas publik, seperti 
masjid. Namun, ada juga warga yang minta iuran Rp 10.000-Rp 20.000. Kalau 
dananya minim, mereka dapat apa? Padahal, setelah listrik masuk ke rumah, warga 
lalu membeli televisi, kulkas, dan penanak nasi,” ceritanya.
Sejauh ini belum ada pengaduan kerusakan pembangkit yang dibuatnya. Johny 
berharap pembangkit buatannya bisa bertahan puluhan tahun tanpa perbaikan asal 
air terus mengalir dan memutar turbin pembangkit.
Kegiatan produktif
Johny juga tengah mengembangkan PLTMH untuk mendukung kegiatan produktif warga, 
seperti penggilingan padi yang digerakkan listrik dan peternakan ayam yang 
membutuhkan penerangan khusus.
Dia merintis bengkel sekaligus laboratorium PLTMH di salah satu hulu sungai di 
Kota Padang. Ia berencana membuat pembangkit listrik untuk penerangan sekaligus 
mendukung peternakan warga. Tempat ini juga digunakan untuk pembelajaran bagi 
mereka yang tertarik PLTMH.
Sebagian warga yang terlibat pembangunan PLTMH ikut menimba ilmu lanjutan. 
Johny tak keberatan. Baginya, ilmu tentang pembangkit ini tak perlu 
disembunyikan. Ia senang semakin banyak orang tahu dan mau membuat pembangkit.
”Semakin banyak pembuat pembangkit, makin cepat pemerataan listrik di berbagai 
tempat. Tahun lalu saya mendapat 14 pesanan pembangkit, dan tahun ini lebih 
banyak lagi. Mungkin saya tak sanggup mengerjakan semua itu,” ujarnya.
Berkaitan dengan penyebarluasan ilmu, Johny mendirikan LSM Prowater, akronim 
dari Program Wahana Terpadu. LSM ini menjadi wadah bertukar ilmu antaranggota 
yang terdiri atas dosen, mantan wali nagari, orangtua, hingga kaum muda.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke