Sebuah sore sebuah desa di pinggang Gunung Agung, ketika naik gunung pernah 
menjadi hobi dan mata pencarian, saya berhenti sejenak di dekat sebuah pura.  
Terbersit untuk melakukan shalat ashar di sore itu.  Saya bertanya pada seorang 
Bali setengah baya, dimana sumber air umum.  Saya hendak berwudhu, mau shalat.  
Sang tua menunjukkan sebuah pemandian umum dekat pura tersebut.  Ia juga 
menawarkan untuk shalat saja di lingkungan pura.  Katanya itu adalah tempat 
yang ia yakini paling bersih dan suci dari najis dan kotoran di kawasan 
tersebut.  Saya membenarkan pernyataannya.  Ia juga menunjukkan arah barat, 
yang ia yakini sebagai kiblat arah ke ka'bah.  Beralas sarung, saya shalat di 
pelataran pura.  Suasana hening.  Mungkin ini shalat tersyahdu yang saya 
rasakan.

Selesai shalat saya ngobrol dengan bapak itu.  Mengingat nama orang Bali adalah 
gampang, dan namanya Pak Ketut.  Kami bercerita tentang sebuah pengabdian pada 
Tuhan.  Saya katakan padanya, saya bukanlah orang yang bisa menjaga kewajiban 
lima waktu saya dengan baik.  Tapi ketika melewati pura di desanya, saya jadi 
ingat pada Tuhan.  Lalu saya memutuskan shalat di sana.  Melewati pura, desa 
tradisional bali yang indah dan orang yang sedang khusyuk bersembahyang, 
seketika membuat saya jadi ingat Tuhan.  Pak Ketut mengatakan, memang begitulah 
seharusnya kita umat manusia ini. Senantiasa bersyukur kepada sang pencipta.  
Ia katakan, islam adalah agama yang mengajarkan kesenantiasaan itu.  Anda 
shalat dan mengingat-Nya minimal lima kali dalam sehari.  Orang hindu lebih 
sedikit dalam seharinya.  Lalu saya katakan juga kepadanya, anda orang hindu, 
dalam prakteknya lebih mengamalkan kepasrahan pada Dewa anda.  Lihatlah, angka 
kriminalitas di daerah anda sangat
 kecil.  Pada komunitas kami, sendal paling sering hilang justru di tempat 
ibadah. Ia hanya tertawa, katanya mungkin karena karma dan hukum sebab akibat 
yang kami pahami, berjangka pendek.  Lalu, saya pamit dan bersalaman dengannya.

Perjalanan hidup mengantarkan saya menginjak pedalaman Papua.  Pada sebuah 
kampung di kawasan Agats, saya melihat gereja di sebuah padang rumput.  Pemandu 
mengantarkan kami ke sana.  Untuk bersowan dengan Sang Pater.  Seorang jawa 
campuran belanda.  Untuk alasan yang sama dengan di Bali, saya menjadi ingat 
Tuhan di sana.  Setelah mengobrol dengan sang Pater, saya tanyakan tentang arah 
kiblat.  Pater menunjukkan arahnya.  Ia juga mempersilakan saya ke sebuah 
ruangan di dalam kereja.  Katanya disana ada sajadah yang bisa saya pergunakan. 
 Lalu saya shalat Dzuhur.  Selepas shalat, saya kembali berbicara dengan Pater. 
 Ia berbagi cerita-cerita para pekabar injil di Papua.  Saya jadi tahu 
pembagian utara dan selatan di zaman dahulu.  Saya bertanya tentang para Dai 
Islam yang diterjunkan juga di tanah papua.  Sang Pater sangat hati-hati 
menjawab.  Ketika saya memberikan pernyataan, tentang Dai yang kurang amunisi 
dan militansi, ia hanya tersenyum kecil.

Oktober tahun ini, saya diminta berdagang babelok ke Hong Kong untuk beberapa 
hari.  Perjalanan dari Jakarta, saya bersebelahan dengan pasangan suami isteri 
warga keturunan yang juga hendak berbelok ke sana.  Cerita demi cerita, 
ternyata kami menginap di hotel yang sama di daerah KowLoon.  Jadinya dari 
HKIA, kami naik kereta yang sama lalu diteruskan menaiki shuttle bus yang 
melewati hotel kami.  Tiket terusan MTR dan nomor lokal kami beli bersamaan dan 
langsung bertukar nomor handphone masing-masing.  Hari pertama dan kedua saya 
habiskan untuk bekerja.  

Pada hari ketiga, sesuai janji ketika sarapan pagi, kami akan pergi bareng ke 
Shenzhen.  Di ferry, saya banyak bercerita dengan sang Bapak.  Kami bercerita 
tentang nasib negara kita yang tidak maju-maju juga.  Ia mengeluh tentang kita, 
orang Indonesia, yang kurang punya semangat bekompetisi.  Katanya, sebagian 
besar kita berkompetisi hanya untuk memamerkan kekuatan simbol agama 
masing-masing.  Untuk esensi dari agama itu sendiri sering dilupakan. Saya 
hanya menjawab, "ada benarnya Pak".  Lihatlah masjid dan mushola di 
perkampungan Jakarta.  Semuanya Berdekatan, bahkan bersebarangan jalan. Dan 
memiliki sound system yang kuat semuanya.  Ketika subuh datang, mereka seolah 
berkompetisi menyuarakan azan.  Bersahut-sahutan, membuat kita tak jadi bisa 
mendengar dengan jelas apa yang disampaikan.  Apalagi ketika hari raya tiba, 
mereka bertakbir, tahlil dan tahmid di setiap mesjid.  Kemegahan, kemerduan dan 
keanggunan jadi hilang tenggelam karena sahut-sahutan
 tadi.  Sambil bercanda saya katakan pada si Bapak, saya ingin menjadi menteri 
agama.  Yang pertama saya atur nantinya adalah aturan soal pengeras suara azan 
ini.  Satu RW hanya ada boleh satu pengeras suara azan.  Kalau para pengurus 
masjid memang ingin sekali memegang mikrofon, silakan bergantian menjadi 
pelaksana adzan.  Jawaban si Bapak, "itu jabatan yang sudah pasti diisi oleh 
seorang muslim, jadi menteri yang laen aja dek"

Ketika kembali ke Kowloon, saya mengatakan saya mau mampir di Kowloon Mosque 
and Islamic Center dekat hotel kami.  Dari kemarin saya ingin shalat disana, 
mencoba shalat bersama-sama dengan islam bangsa lain.  Si Bapak dan Ibu 
melongo. Tak lama berselang, sebuah sms masuk.  Isinya mendoakan saya menjadi 
agama negeri kita tercinta ini.  Sebuah jabatan yang mustahil saya raih, walau 
saya adalah seorang muslim.


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke