Tak akan Roboh Surau Kami
Jumat, 20 Maret 2009 Oleh : Leonardy Harmainy, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat DUA hari lalu, saya mendapat kehormatan diundang menjadi narasumber seminar nasional di Universitas Negeri Padang (UNP). Seminar berlangsung selama dua hari (17-18 Maret 2009) mengambil tema "Menyikapi Kehidupan Beragama di Kampus Perguruan Tinggi Umum". Saya pun selaku Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat memberi apresiasi yang tinggi atas undangan tersebut, dengan mengetengahkan makalah berjudul; Membangun Karakter Masyarakat Sumatera Barat Melalui Jalur Pendidikan Agama. Pada forum ilmiah itu, saya mengupas keberadaan Surau, yang pada masa lalu merupakan lembaga pendidikan nonformal yang tumbuh dan berkembang sangat semarak, sehingga mampu melahirkan manusia Minang yang andal dari masa ke masa. Surau bagi orang Minang, pernah menjadi institusi yang memberi warna dominan terhadap pembentukan karakter dan jati diri mereka. Sementara keberadaan Surau yang berdampingan dengan institusi adat, ternyata telah pula memberi warna tersendiri bagi lahir dan tumbuhnya tokoh nasional/internasional dari negeri ini. Dengan menyebut beberapa nama yang monumental seperti Hatta, Natsir, Agus Salim, Sutan Sjahrir dan lainnya, setidaknya mempertegas bahwa negeri ini merupakan negeri yang subur melahirkan tokoh nasional. Dan, itu tak bisa dibantah bahwa mereka lahir di alam yang mengakomodasikan secara seimbang antara adat dan agama (Islam). Bahkan, kalau mau menyebut nama tokoh Islam asal Minangkabau di dunia Islam, maka nama Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi asal Nagari Koto Gadang Agam, tak bisa tak disebut. Ahmad Khatib merupakan Imam Besar di Masjidil Haram Mekkah di penghujung abad ke-19, dan dari beliaulah Kyai Haji Hasyim Anshari dan Kyai Haji Ahmad Dahlan mendalami agama Islam. Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, kedua orang inilah yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Sejarah pula yang mencatat, kedua organisasi ini merupakan organisasi keagamaan (Islam) paling berpengaruh di Indonesia hingga sekarang. Lantas, seberapa besar sumbangan surau dalam kehidupan masyarakat Minang saat ini? Beberapa dekade terakhir, sastrawan nasional asal Minang AA Navis pernah menyindir dengan karya sastranya berjudul Robohnya Surau Kami. Dalam karyanya Navis melukiskan bahwa Surau itu betul-betul sudah roboh. Penggambaran robohnya surau sebagai institusi pembentuk karakter masyarakat Minang itu, tak bisa dilepaskan dari memudarnya atau menghilangnya fungsi surau sebagai lembaga full-fledged. Malah dalam pandangan kita, surau sebagai lembaga pembentukan karakter dan kepribadian masyarakat nyaris atau telah hilang. Padahal, bila kita telisik ke belakang, jauh sebelum Indonesia merdeka dan berkembangnya pendidikan seperti sekarang ini, kepribadian orang Minang terbentuk melalui lembaga pendidikan nonformal di Surau. Dari kecil anak Minang tidur dan mendapat pendidikan awal di Surau. Peran Surau bukan sekadar tempat melaksanakan ibadah semata (sembahyang dan mengaji), tetapi juga sarana pembentukan karakter dan kepribadian orang Minang. Dengan bekal itulah, karakter orang Minang dimana pun berada terlihat menonjol. Mereka tergambar dengan tipikal manusia yang memegang teguh adat-istiadat dan keyakinan agama yang kuat, memiliki sifat dinamis, mudah bergaul dan kritis terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Dan tipikal lain yang sangat menonjol, mereka adalah pekerja keras, ulet dan tekun berusaha. Terjadi Perubahan Besar Di tengah makin memudarnya peran surau, permasalahan dan tantangan besar yang dihadapi orang Minang saat ini juga tak terlepas dari perubahan yang terjadi dalam kehidupan yang makin modern, yang gejalanya sudah terasa sejak beberapa dekade terakhir. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi orang Minang saat ini, telah mulai terasa di peralihan tahun 50-an ke tahun 60-an. Jati diri dan harga diri orang Minang seperti terkoyak dan tercabik seiring dengan pemberontakan PRRI. Di masa itu, harga diri orang Minang jatuh, sehingga banyak yang merasa malu mengakui diri sebagai orang Minang. Malah ada penulis yang menyebutkan, saat itu orang Minang tak berani menengadahkan mukanya, karena malu yang tak tertanggungkan. Mereka yang sebelumnya punya harga diri yang tinggi, seperti sudah kalah. Itulah kondisi objektif yang menghiasi Minangkabau sampai awal tahun 70-an. Di tengah masyarakat Minang yang 'kalah perang' itu, sulit memobilisasi rakyat untuk membangun sekalipun. Karena untuk hidup saja semangatnya sudah berkurang. Sehingga tak banyak prestasi yang bisa diukir negeri ini di era tersebut. Ketika Harun Zain mendapat mandat dari pusat untuk menjadi gubernur, barulah secara perlahan harga diri orang Minang itu bisa dikembalikan, sehingga berbagai prestasi membanggakan sempat diraih hingga periode-periode gubernur setelahnya. Berentetan dengan peristiwa PRRI, dalam kehidupan dunia dan nasional terjadi pula perubahan besar dan mendasar. Modernisasi dan globalisasi telah menyebabkan mudahnya infiltrasi dan penetrasi budaya asing masuk ke budaya orang Minang. Dalam kondisi budaya diri yang lemah, sangat mudah budaya asing masuk, dan itulah yang dialami oleh budaya Minang. Ketika pagar diri masyarakat kita lemah, maka yang akan terjadi adalah; jalan dialieh urang lalu. Mereka tidak lagi bangga dengan jatidiri dan adat-budayanya, sebaliknya mereka memilih akrab dengan yang berbau asing dan barat. Mereka larut dalam pergaulan ala barat, dan makin menjauh dari nilai kesopanan. Jangan Sampai Roboh Perubahan besar dan mendasar itu ditambah lagi dengan makin surutnya peran surau dalam masyarakat Minang, mungkin disebabkan oleh berubahnya pola pendidikan dan kehidupan masyarakat. Secara perlahan, peran surau hilang oleh sistem pendidikan nasional, dan berubahnya fungsi rumah sebagai keluarga. Keterpinggiran surau sebagai lembaga pendidikan agama, juga ditandai dengan perkembangan lembaga pendidikan umum dalam masyarakat Minang. Untuk mengantisipasi agar jangan sampai keadaan makin memburuk, maka lembaga pendidikan umum mulai dari TK sampai perguruan tinggi umum, harus memberi porsi yang cukup untuk pendidikan agama di masing-masing tingkat pendidikannya. Sekolah umum tersebut diharapkan dapat menggantikan fungsi surau dalam memberikan pendidikan agama. Mungkin secara formal peran surau sudah memudar, tetapi semangat pendidikan yang selama ini ada di surau perlu terus ditumbuhkembangkan. Saatnya kita kembali kepada pegangan hidup yang mulia, yaitu; adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai. (ABS-SBK). Kita sadari pula bahwa pendidikan agama yang dilaksanakan sekarang ini belum mampu membentuk karakter dan kepribadian orang Minang, karena pendidikan agama yang diberikan, termasuk di Perguruan Tinggi umum, lebih mengedepankan pada ilmu, bukan pada amalan, sikap mental dan perilaku peserta didik. Padahal, pribadi yang kuat selain harus dibekali dengan ilmu yang memadai, juga harus dilengkapi dengan jati diri dan kepribadian yang kuat pula. Untuk mewujudkan manusia yang kuat itulah, lembaga pendidikan tinggi umum harus ikut berperan serta. Hal itu harus diwujudkan dengan menjadikan pendidikan agama Islam menjadi basis dan kurikulum pendidikan di Sumatera Barat. Sebagai langkah awal, Pemerintah bersama DPRD Sumatera Barat telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang pendidikan Al-Quran di Sumatera Barat. Perda itu dilahirkan untuk mengimplementasikan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum, termasuk di Perguruan Tinggi umum. Saya ingin mengatakan sebuah tekad; Tak Akan Roboh Surau Kami. Secara fisik surau bisa saja roboh, tetapi semangat pendidikan surau masih bisa dipertahankan, kendatipun harus diadopsikan ke lembaga pendidikan formal. Semoga...(***) http://www.padangekspres.co.id/content/view/32740/55/ The above message is for the intended recipient only and may contain confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank you. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---