Budaya Produktivitas Masyarakat China

*Oleh Bob Widyahartono MA *)*

Jakarta (ANTARA News) - Pebisnis China umumnya kalau ditanyai tentang budaya
produktivitas yang mereka terapkan, maka jawaban umumnya tidak terlalu
jelas, tetapi pada intinya adalah "kerja keras dan kerja cerdas guna
mencapai kemajuan, walaupun dalam prosesnya kadangkala merugi atau bahkan
gagal". Itulah jawaban umumnya.

Sejak wal 1990-an, masyarakat Asia terhentak sekaligus mengagumi kegesitan
bisnis China daratan, terutama yang berlokasi di pesisir/pantai Timur China.
Kekaguman itu muncul, terutama di kalangan pelaku bisnis, dan kemudian
pembuat kebijakan ekonomi negara-negara tetangganya di Asia Timur maupun
Tenggara, termasuk Indonesia.

Berbagai dugaan inspirasi yang menggerakkan sukses itu muncul. Terungkap
filosofi dasar dan sikap pandang bangsa dan kemauan mereka untuk
berinspirasi. Dalam proses memantapkan strategi, inspirasi mereka dihayati
dengan "kerja keras dan kerja cerdas" guna mencapai kemajuan diri dan
perusahaan.

Kreativitas mereka didukung oleh hasrat menjangkau informasi untuk keperluan
Penelitan dan Pengembangan *(Research and Development/R&D)*. Bagi mereka
kegiatan tersebut merupakan investasi tersendiri, dan bukan merupakan
"biaya" yang dibebani pajak. Jadi, ber-R&D itu penting secara strategis,
bahkan difaslitasi dengan kemudahan/keringanan pajak.

Strategi tersebut membuahkan sukses dalam menjangkau pasar domestik pada
mula-mulanya, dan setelah ada kemantapan langsung memasuki pasar
internasional melalui manufaktur skala besar maupun menengah dengan saling
mendukung dan berbagi informasi. Kerjasama antara birokrasi dan bisnis
merupakan keunikan tersendiri dalam berinternasionalisasi sampai dewasa ini,
apalagi dengan dukungan sarana kemajuan sarana berteknologi informasi
(Internet, telepon seluler, dan sebagainya), serta berteknologi
transportasi. Serangkaian langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Dalam tahap awal dalam pasar internasional, didahului dengan
melakukan *stripping
down* sepenuhnya produk asal negara tetangga, seperti Jepang, Korea Selatan
dan Hongkong/Taiwan hingga menjangkau Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Hal
itu dipilah secara berulang dengan komponen yang lebih murah, suku cadang
yang tersedia selalu tepat waktu dan tenaga kerja yang lebih murah
diandingkan negara asal pembuat produknya. Alhasil, produk buatan China
lebih murah sekalipun dijuluki oleh manufaktur AS dan Eropa sebagai lekas
rusak, sehingga harganya murah *(cheap sale)*. Berbagai tuntutan hukum
penjiplakan pun muncul.

2. Pihak manufaktur China tidak menggubris tuntutan pasar, dan secara cepat
mengatasinya dengan memasuki tahap perbaikan *(improvement)* ke kualitias
menengah-akhir *(medium-end* dengan tetap menerapkan strategi harga murah
yang diminati pasar, sehinggal luput dari gugatan penjiplakan. Marjin yang
relatif rendah tetap mereka anut.

3. Awal tahun 2000-an ditandai dengan tahap berimprovisasi dengan
meningkatkan mutu dan sedikit peningkatan harga yang sesuai mutu produknya.
Tetap tidak mahal, namun makin bermutu. Mulailah manufaktur China melakukan
diferensiasi produk dan merek dalam menerobos pasar dunia.

4. Tahun-tahun berikutnya secara gesit dan penuh kesadaran inovasi, China
melakukan diferensiasi produk . Diciptakan "citra internasional" untuk
produk mereka, seperti alat fotografi, arloji, otomotif dan elektronik. Hal
itu membuat pihak negara tetangga Asia, dan terutama produsen AS dan Eropa
kewalahan, bukan karena harga relatif lebih rendah, melainkan lantaran mutu
yang lebih dapat diandalkan dengan layanan purna jual (after sales service)
yang diusahakan setara dengan negara tetangga Jepang dan Korea Selatan,
bahkan AS dan Eropa.

5. Ada industrialis China yang memasuki tahap penemuan dalam industri
komputer, baik piranti keras maupun piranti lunaknya *(Hardware/HW dan
Software/SW)*, peralatan fotografi dijital *(digital photographic equipment)
* yang memiliki daya saing yang kuat di pasar internasional.

Pebisnis China di pesisir sejak makin terbukanya perekonomian, terutama di
kawasan pesisir/pantai, secara sigap sejak awal 1990-an terus mendapat
dukungan teknologi informasi yang lebih canggih guna meningkatkan mutu
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mendalami teknologi proses. Dari luar China
menggapai pengetahuan konsep pemasaran internasional, proses produksi
berteknologi yang sesuai kinerka sekaligus kegesitan produktivitas yang
tidak kalah dengan Jepang.

Meskipun, banyak manufaktur China masih padat karja dengan teknologi proses
madya, tetap saja dalam pemasaran mereka menyesuaikan dengan kebutuhan pasar
dan harga murah *(market needs at lower prices)* dibandingkan produk-produk
hasil Jepang yang secara teknologis lebih bermutu.

Kesadaran untuk berinternasionalisasi terus mereka tumbuhkan, apalagi adanya
dukungan Pemerintah demi berhasilnya *gaige kaifang* dengan
*chengbaozhi*(reformasi dan keterbukaan) dengan tanggungjawab pribadi
*(self responsibility)*.

Langkah China berinternasionalisasi ekonomi, bisnis dan tentunya politik
makin jelas arahnya dan tidak mau "diadu domba" oleh pihak AS dan beberapa
Negara Barat. Kesadaran besarnya luas geografi Negara China dan jumlah
penduduk, tidak ber-"hegemoni" dalam berbisnis dan berpolitik ke negara
tetangga Asia dan dunia, tetapi atas dasar kesetaraan jangka panjangnya.
Itulah kiat Sang Naga yang kian menggeliat. (*)

**)Bob Widyahartono MA ([EMAIL PROTECTED]) adalah pengamat ekonomi bisnis
dan studi pembangunan, terutama wilayah Asia Timur; Dosen Senior di Fakultas
Ekonomi Universitas Tarumanegara (FE Untar) Jakarta.*

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: 
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: 
[EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke