Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakaatuh

Sewaktu kecil, aku masih sangat ingat sekali akan
kata-kata almarhum ayahku:” Jangan pernah ada setetes
darahpun mengalir ditubuh kalian berasal dari harta
yang haram”.Kata-kata itu terpatri pada seluruh
kesembilan anak-anak ayahku, sampai dewasa.

Kakakku seorang bidan, tinggal di Jakarta, dengan
kepahitan hidup yang membiayai anaknya dua orang
seorang diri, begitu banyak tawaran dari para pasangan
muda-mudi, untuk menggugurkan anak mereka yang berasal
dari hasil hubungan gelap mereka. Kakakku yang
pengetahuan agamanya memang kurang begitu dalam, ia
hanya tau shalat, puasa, dan pengetahuan agama secara
umum saja, sehingga hal-hal mendetail, ia tidak
mengetahuinya, maka ia bertanya padaku akan hukum
aborsi tersebut. Maka aku jelaskanlah
sejelas-jelasnya. 

Aku katakan pada kakakku, kalau kakak ikut membantu
orang yang menggugurkan anak mereka tersebut, maka
kakakpun ikut berdosa. Orang yang berdosa bukan hanya
peminum khamar saja, yang menyediakannyapun ikut
berdosa.Tentu kakakku itu sangat ketakutan, biarlah
miskin harta didunia ini katanya, asal jangan tersiksa
pula kita diakhirat sana hanya karena ini.Tawaran uang
yang begitu banyak, bisa saja mebuat ia menjadi orang
kaya di Jakarta itu, tetapi kakak saya masih saja
hidupnya pas-pasan, sebab terkadang beliau hanya
benar-benar membantu orang yang melahirkan, dan
dibayar murah, kadang hutang, dan banyaknya banyak
yang tidak bisa bayar, tetapi kakakku mengikhlaskan
saja, karena yang datangpun menengah kebawah. Bukan
ngak ada yang kaya datang, para artispun banyak datang
kepadanya.

Ada lagi kakak perempuanku yang lain lagi, ia bekerja
di Inhutani Pekanbaru, jabatannya sebagai Bendahara
proyek, betapa banyaknya para pegawai yang mencoba
menyumpalnya dengan iming-iming uang, agar diberikan
proyek yang tidak sesuai dengan ketentuan
undang-undang, tetapi kakakku menolaknya, padahal
kalau dihitung-hitung, kehidupannya cukup pas-pasan
juga, suaminya ketika itu hanyalah seorang ustadz dan
guru honorer(tetapi sejak thn 2000 dah PNS), kalau
dipikir-pikir, tawaran yang menggiurkan itu, bisa aja
diterimanya, hanya saja, kata-kata ayah kami itulah
yang selalu dikenangnya.:” Jangan pernah ada setetes
darah yang mengalir ketubuh anak-anakku dari harta
yang haram”.

Ketika kakakku mendapat lotre yang jumlahnya lumayan
juga, dia Cuma iseng-iseng, eh..ternyata dapat undian.
Ia tau, kalau uang semacam itu haram, maka ia ngak mau
belikan makanan, karena takut menjadi darah daging
katanya, tetapi ia belikan baju, dan barang
lainnya.Kemudian ia tanya padaku akan hukumnya, sambil
mengatakan:” Ma..kan uangnya bukan untuk menjadi darah
daging, tapi buat dipakai, jadi ngak papakan?”.Lantas
aku jawab simple saja. Baju yang kakak pakai dari uang
haram untuk mencari makanan yang halal gimana yah kak?
Itu sama saja dengan rumah yang dari luarnya kelihatan
kotor berbau, ngak sedap dipandang mata yang melihat,
meski didalam rumahnya bagai istana, bersih
menyejukkan.Kakak mau pilih mana, bersih luar dalam
atau kotor luar dalam, atau bersih dan kotor bercampur
baur, atau sepotong bersih, setengahnya lagi kotor?
Lain lagi kakakku yang tinggal di Padang. Suaminya
seorang pegawai Kehutanan, yang dulunya bawahan dari
ayahku, jadi terpatri juga sikap ayahku pada dirinya,
karena belasan tahun menjadi bawahan ayahku.Ayahku,
meski memiliki jabatan kepala proyek kantor kehutanan
masa itu, namun hidup kami pas-pasan, ini semua karena
beliau ngak mau korupsi, padahal uang puluhan juta
selalu berada di lemarinya, tetapi itu adalah uang
negara.Sepesenpun beliau ngak pernah mau mengambil,
kalau bukan haknya. Jadi, wajarlah kehidupan kami
pas-pasan, sampai ibuku ikut membantu finansial ayah
kami, dengan berjualan kue pertamanya, yang dijajakan
di sekitar kedai-kedai, sapai kesekolah-sekolah, yang
terkadang pernah merasakan iri orang lain, karena
dagangannya laros, enak rasanya, membuat iri pedagang
tetap yang punya kedai, sehingga ibuku terpaksa diusur
petugas keamanan dari olisi, agar jangan berdagang kue
disekitar itu. Betapa sedih dan hancurnya hati ibuku.
Namun beliau tak pernah kenal lelah, letih dan
pesimis.
Ia jualan kue ditempat lain. Dikit demi dikit,
akhirnya mulai dari jualan kue, sampai jualan nasi,
bahkan punya kedai nasi disuatu tempat yang
terkenal.Dimana karir ayahku juga semakin menanjak,
selalu bertugas dilapangan(kehutan tentunya),
kehidupan mulai meningkat.Dari sanalah ayah dan ibuku
mulai membeli tanah, rumah, toko, dllnya.

Satu yang selalu diharapkan ibuku:”Janganlah
anak-anakku seperti aku yang mencari uang, dengan
tangannya, dengan jualan kue, kerjanya luar biasa
capek, tetapi untungnya ngak seberapa, kecuali harus
penuh dengan kesabaran, aku menginginkan anak-anakku
sekolah yang tinggi, sehingga mereka kelak besar jadi
sarjana, dan bekerja dengan otaknya”.

Tapi memang dasar keturunan orang Minang, yang katanya
jiwa mereka ada bisnisnya, ternyata tanpa disadari,
aku dan anak-anakku yang masih kecilpun telah memiliki
jiwa dagang itu. Meski suamiku seorang yang bekerja
dikedutaan, lumayan penghasilannya, akupun seorang
pegawai negeri, yang gajikupun lumayan juga, tetapi
ada rasa dan jiwa ingin berbisnis sudah ada sejak aku
menikah. Mulanya sih, Cuma iseng-iseng ketimbang
timbangan kosong saja, lumayankan bawa barang dagangan
kain bordir dari Sumbar ke Mesir.Alhamdulillah, sampai
di Mesir, karena kami dagangnya ngak ambil untung
banyak, tapi lumayan buat pengganti/ menutupi tiket
berdua, dagangan cepat habis, bahkan masih kurang yang
kami bawa.

Bermula dari kehidupan sama-sama mahasiswa, yang mana
kedua-duanya ngak ada gaji, kami cukupkan hidup dengan
bea siswa yang apa adanya, dan bahkan suamiku pernah
menerima jahitan, beliau menjahitkan baju
teman-temanku yang wanita, juga teman-temannya pria,
habis bagaimana lagi, darimana kami dapat uang,
bagaimana kami makan. Aku juga pernah ikutan bikin kue
donat, kue risol, menyulam, bahkan ketika aku hamil,
aku sendiri yang membuat sarung tangan untuk bayiku
yang akan lahir, membuat baju dingin dari benang yang
dikait, suamiku menjahitkan bajunya, dan sedikit
dikasih bordiran biar indah.Kondisi ini berjalan
sampai anak pertama lahir.Setelah berapa bulan anak
lahir, beliau diterima kerja dikedutaan, kehidupan
mulai membaik. Meskipun begitu, jiwa interpreniur itu,
ngak bisa hilang dalam kehidupanku. Aku selalu
berbisnis macam-macam saja, setiap pulang ke
Indonesia, bawa barang dagangan ciri khas Mesir,
ketika pulang ke Kairo, bawa dangangan barang ciri
khas Indonesia.sampaipun kini, aku di Indonesia, suami
di Kairo, aku meminta pada suamiku agar mengirimkan
barang-barang dari Mesir, untuk kutawarkan ke pedagang
grosiran di Aur Kuning, Pasar atas/bawah. 

Entahlah, bukan aku tak puas dengan apa yang kudapat,
gajiku saja dah cukup, tetapi ada dijiwaku  yaitu:”
Jangan pernah buang-buang waktu, selagi apa yang bisa
dikerjakan hari ini, jangan tunggu hari besok, selagi
ada peluang, jangan disia-siakan, jangan pernah
bermalasan, dan hanya menerima dari pasangan kita
saja, bekerja keras, dan tau mana pekerjaan yang
sia-sia dan buang waktu, tak hasilkan apa-apa, selain
keletihan saja, bahkan tak jarang kerja yang merugikan
tenaga, pikiran, bahkan uang, mana anak-anak dan
keluarga terlantar. Walaupun dengan anak empat orang
yang masih kecil-kecil, tanpa pembantu, aku masih bisa
bekerja lebih, karena aku tak suka diam, dan
bermalasan. Dan ternyata, sikap ini, berpengaruh pada
anak-anakku. 

Bagi yang tinggal disekitarku, pasti akan heran,
melihat kegesitan, tak pernah diam akan jiwa dan sikap
anak-anakku. Jiwa bisnis dihati merekapun ada, tanpa
disuruh-suruh. Datang dengan sendirinya, mereka dah
mulai pula memancing ikan, hasil pancingan dijual,
mereka dah bisa buat toge, dari kacang ijo, meski
hasilnya dijual kemamanya, buat kue donat, dijual
kesiapa yang ngak buat, mereka beli mainan, dari pasar
grosir, dijual keteman-temannya, hitungan mereka
sangat cepat, akibat biasa jualan keteman-temannya
itu.

Sekarang mereka minta dibuatkan kolam ikan, dan
kandang ayam, mereka kumpulkan uang tabungan dari
jajanan sendiri, untuk beli ayam dan betina katanya.
Saya bilang, belum ada uang untuk buat kandang ayam
dan kolam ikan, sebab kebutuhan untuk rumah kita masih
sangat banyak, lagian kita mo akan ke Kairo lagi, jadi
buat apa dibuat sekarang?. Anak-anakku tetap
bersikeras, mereka gali tanah pagi-pagi(mana mereka
berdua puasa lagi), mereka melihat bagaimana cara
membuat bangunan, dikasih batu bata dan semen, jadilah
kolam ikan walau Cuma sedalam satu meter, panjang
setengah meter, tapi kolam itu benar-benar jadi.
Mereka buat sendiri kandang ayam, dengan mengumpulkan
kayu-kayu bekas, dipaku, dan dikasih atap seng bekas
dari sisa bangunan rumah. 

Saya pulang kerja ngak bisa bilang apa-apa lagi.Itulah
anak-anak kemauan mereka cukup keras untuk cari uang
itu.Entah untuk apa uang itu, hanya kesenangan saja,
minimal, mereka suka beli dengan pakai uang sendiri,
beli sepeda, beli mainan, beli alat-alat tulis, bahkan
beli buahan yang mereka suka(karena anak-anakku doyan
buah sampai berkilo-kilo dimakan sehari, ngak heran,
dua kilo jeruk, dalam hitungan menit habis, ludes,
akupun belum sempat mencicipinya, buah itu dah habis),
akhirnya mereka beli buah tambahan dari uang mereka
sendiri.Itulah anak-anakku yang masih berumur 8-10
thn.Belum lagi remaja, apalagi dewasa.Aku tidak bisa
melarang mereka untuk giat cari uang.  Aku Cuma
kasihan saja, anak masih sekecil itu, seharusnya
pikiran kesekolah, belajar saja, karena toh, kebutuhan
mereka selalu dipenuhi ortu mereka, ngak ada yang
kurang, tetapi aku juga tak bisa melarang kesenangan
mereka suka bekerja itu, sejak mereka masih berumur
3-4 tahun sudah kelihatan suka bekerja dan
lincahnya.Syukur alhamdulillah mereka jarang sakit,
meski bekerja keras semacam itu, yang aku takutkan
hanya satu, mereka kecapean dan sakit.Mudah-mudahan
Allah melindungi mereka.

 Wassalamu'alaikum.Biaro, 15 Oktober 2007.Rahima.


      
____________________________________________________________________________________
Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on 
Yahoo! TV.
http://tv.yahoo.com/ 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke