Bukan Karena Kita Menang Pemilu (Saja) Maka Kita Memimpin.. oleh Anis Matta
(Ada komentar: bukan masalah clearnya, tapi yang menjadi inhiraf itu apa?). Dijawab : Masalah inhiraf itu terjadi di semua marhalah, bisa jadi karena pembelotan, misalnya begini: waktu kita berkuasa seperti itu, bisa jadi pembelokan, sebenarnya pembelokannya bisa dengan sederhana, waktu sarana menjadi tujuan, secara real itu tidak akan keluar dari itu semuanya, waktu kita mulai berfikir, bahwa kekuasaan ini adalah tujuan. Karena itu ukuran sukses kita adalah pertumbuhan ekonomi, tidak, itu ukuran sukses dipermukaan, tapi ukuran hakikinya sebarapa banyak orang menjadi beragama, dengan semua kesejahteraan itu. Makanya saya menyebutkan waktu di cibubur, bahwa cita-cita kita itu ada tiga : satu politik, yang kedua dakwah yang ketiga peradaban. Yang politik ini adalah memecahkan rekor partai-partai islam, mendapatkan satu share politik yang berwibawa; 20 %. Jadi, karena itu share kita secara dakwah, kalau ditahapan ini, ditingkat ideologi ini, jika kita sudah berhasil mengembangkan, menjadikan Islam ini menjadi pilihan publik, baru kita menang secara dakwah, dan itu dibuktikan dalam bentuk share partai-partai Islam secara keseluruhan. Bisakah sewaktu-waktu partai-partai islam itu share, menimal 60 %, digabung jadi satu, sekarangkan maksimum yang pernah ada dalam sejarah Indonesia, cuma 45%, turun-turun jadi 38 %. Jadi secara politik kita bisa menang, makanya saya debat waktu itu dengan mas Tamim, apakah PKS bisa lebih besar dari Masyumi..? Bukan. Persoalan kita bukan disitu.. Masyumi menang 20 %, benar, Nasir jadi perdana menteri jelas, tapi setelah itu masyumi kemana? Dan kenapa PNI yang masih punya pengikut yang lebih banyak? Dan kenapa PBB waktu mengklaim diri sebagai pewaris Masyumi ternyata, tetap saja akhirnya habis. Jadi kita tidak bisa tentang angka-angka politik. Kita bicara tentang perimbangan kekuatan. Ini bukan angka tentang 20 %, tetapi ini persoalan tentang Man yaqudu al-mantiqoh (siapa yang memimpin Negara), man yaqudu daulah (siapa yang memimpin negeri ini), siapa yang menggaet masyarakat secara keseluruhan. Kenapa ada banyak orang dinegeri ini, begitu PKS muncul, tiba-tiba mereka datang dengan; ide pancasila dan NKRI final, padahal keduanya juga tidak ada yang pertentangan dengan Islam. Tapi sesuatu yang harus kita fahami disini bahwa; ini ada pengaruh yang luar biasa, begitu substansialnya dalam mengarahkan dan membentuk idologi public. Ini celar yah?? Wadih. Sekarang tentang reference to lead. Apa yang kita perlukan untuk memimpin? Reference apa yang kita perlukan? Sekarang saya mau ceritakan dulu sedikit, langkah realitas kita apa. Kita ini jarang mempunyai kesadaran geografis. Tentang Indonesia. Orang pertama di negeri ini yang memberikan wawasan geografis dan juga kesadaran seperti namanya Gajah Mada. Kita baru punya satu kesadaran tentang satu eksistensi geografis yang namanya nusantara itu karena Gajah Mada. Tapi karena kita tidak membaca sesuatu tentang Gajah Mada umumnya kita tidak punya al-wa yul geografi. Padahal unsur utama dalam peradaban itu adalah turab/tanah/wilayah/teritori. Ada bagusnya antum membaca buku yang ditulis oleh Malik bin Nabi, judulnya Miladul mujtama (Kelahiran sebuah masyarakat), dan yang kedua Wijhatul alam islami , setahu saya buku ini sudah diterjemahkan (Dunia baru islam). Unsur hardwarenya yang namanya peradaban itu tiga : al-ard/at-turab,wazzaman, wal insan, (tanah, waktu dan manusia). Quran ini kan software. Kalau Antum lihat lagi dalam sejarah Indonesia. Waktu imperialis datang ke Indonesia. Perjuangan itu sifatnya kedaerahan. Zamannya Imam Bonjol, Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Cut Nya Dien, Pattimura dan seterusnya. Tapi kemudian muncul yang namanya kegelisahan politik, bahwa perlu ada pola baru dalam yang namanya perjuangan, yang menggabungkan kesadaran geografis ini dengan kesadaran politik, itulah namanya Budi Utomo dengan Syarekat Islam. Tetapi ini kemudian menjadi kesadaran yang konteknya lebih kuat lagi, setelah era Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda kalau antum lihat : Satu Bangsa, Satu Bahasa dan Satu Tanah Air. Itu gabungan antara kesadaran geografis, kesadaran teritorial, kesadaran sosiologis, bahasa. Indoneisa ini kan punya 300 suku dan 300 bahasa. Dan dipilihnya Bahasa Indonesia itu sebagai bahasa, karena lebih sederhana dan lebih demokratis dibanding bahasa lain. Kenapa bukan Bahasa Jawa yang dipilih sebagai Bahasa Nasional. Ada buku bagus yang boleh dibaca judulnya Collaps, disitu ada sedikit kisah tentang Polenesia How China become Chinese disitu, dipembahasan akhirnya ditulis tentang polenesia. Jadi Sumpah Pemuda itukan menggerakkan, menyatakan diri sebagai satu kesatuan yang utuh tetapi kontennya juga dibuat; ada geografisnya, ada teritorinya, ada bahasanya, dan juga konten politiknya yang namanya bangsa. Jadi karena bobotnya itulah sumpah pemuda itu menjadi satu moment yang sangat historis dalam sejarah Indonesia. Sejarah pembentukan al-wa yul wathani, dinegeri kita itu antum lihat proses sejarah itu begitu, karena itu jarak antara sumpah pemuda dengan tahun 45 itu begitu menjadi lebih dekat. Soekarno datang itu, diatas situasi yang sangat menguntungkan, karena dia melanjutkan proses itu. Tapi soekarno itu, punya kesadaran yang mendalam tentang teritori yang namanya Indonesia ini. Dan juga punya kesadaran tentang struktur sosiologis tentang masyarakat Indonesia. Kalau antum baca buku Bung Karno Menyambung Lidah Rakyat . Tsaqofah ini sudah harus antum miliki semuanya ikhwah sekalian. Supaya jangan ada yang mengatakan, bahwa PKS itu lebih hafal Sirah Nabawiyah daripada sejarah Negara Indonesia. Soekarno menyadari yang namanya gagasan Megalomania dari Gajah Mada, dari gagasan yang namanya Nusantara itu, yang include sebenarnya Malaysia, Brunei dan Singapore. Itu satu kawasan, itu benar itu. Seharusnya kita berfirkirnya begitu, itu yang namanya wawasan teritori yang matang. Tapi kita ini umumnya itu tidak mempunyai kesadaran territorial yang bagus. Negeri ini ikhwah sekalian, penduduknya 230 juta sekarang, sama dengan total penduduk 22 negara arab kalau dikumpul jadi satu. Jumlah penduduk dunia zaman Rasulullah hidup, itu kurang dari setengahnya dari penduduk Indonesia hari ini. Zaman Rasulullah hidup itu penduduk dunia 100 juta orang, total. Umat islam zaman Rasulullah itu yang masuk islam, yang ikut hajatul wada itu hanya 100 ribu, sekitar 125 ribu di Rahiqil Makhtum itu disebutkan, antara itu. Jadi satu permil. Jadi kalau antum memimpin 230 juta, antum bisa membayangkan, itu lebih besar dari dunia zaman Rasulullah hidup. Kita tidak menyadari kadang-kadang. Dan ini Negara keempat terbesar di dunia, setelah Chna, India dan Amerika. Tiga Negara ini sekarang menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia. Dan semua persyaratan yang dimiliki Indonesia ini, persyaratan untuk menjadi kekuatan ekonomi baru juga ada di negeri ini. Matahari ada gratis, tdiak semua Negara di dunia ini dapat jatah matahari sepanjang tahun, energi. Hujan, inilah lucunya Indonesia, bisa menyatu itu barang, air kan. Dan dua pertiga dari wilayah kita ini air. 6 juta KM2 negara Indonesia itu, 4 jutanya perairan. Dahsyat benar. Jumlah manusianya, banyaknya ampun-ampun. Apalagi yang kita perlukan?? Sumber daya, semuanya ada. Jadi yang namanya syurutul hadlarah (syarat-syarat peradaban); al-turab, wazzaman, wal insan, itu semuanya ada. A Power semuanya ada. Jadi kita tidak punya alasan untuk menjadi tidak sejahtera. dan di dunia islam, kita Negara Islam No 1. Tetapi inilah Negara islam terbesar yang selama ini tidak pernah menjadi The big brother . Kita tidak pernah dianggap di dunia islam itu sebagai The big brother. Malaysia sekarang, itu maksimum kemajuannya. Penduduknya cuma 20-26 juta, diputar-putar kaya apa pertumbuhan ekonominya, sudah skala maksimumnya seperti itu. Singapore skala maksimum, sudah segitu. Tidak akan lebih dari itu. Makanya Singapore sekarang ini, berusaha bersaing berinvestasi di negara-negara jiran sebanyak-banyaknya. Dia sudah berlebihan. Hanya dengan itu caranya kalau dia mau jadi besar. Tapi ini rentan, yang begini-begini rentan, jika ada perang bahaya, hilang itu semua barabg. Jadi potensi pertumbuhan Negara jiran itu demikian. Tapi coba antum lihat cina, semuanya juga ada disana. India semuanya juga ada disana. Itulah bedanya Singapore kan, bedanya antara mini market dan hypermarket. Sebanyak-banyaknya pengunjung mini market, ya tetap saja mini market. Ini masalahnya hypermarketnya yang sepi. Jadi kita musti faham dulu Negara yang kita mau pimpin ini adalah Negara yang sangat besar, Negara benua. Jadi kita yang ditakdirkan hidup di negara ini sebenarnya, itu sama saja- kalau kita merujuk pada la yukallifullahu nafsan illa wus aha-, mafhum mukhalafahnya itu kan adalah bahwa semua beban yang diberikan kepada kita, itu artinya kita punya kemampuan untuk memikulnya. Makanya teori sejarah itu ada yang namanya teori at-tahaddi wal istijabah challenge anda respon. Sumber dinamika sejarah itu dari situ, dan Allah memberikan kita itu, challenge (tantangan). Karena, itu diperlukan untuk menghidupkan adrenalin. Tapi Allah tidak memberikan tantangan kepada kita melebihi kemampuan yang kita miliki, dibikin impas. Allah tidak kasih kita roti langsung. Dikasih tanah, dikasih air, kita tanam. Coba kalau kita disuruh menciptakan tanah, itu diluar kemampuan kita. Disuruh menurunkan hujan, diluar kemampuan kita, kita bisa bikin irigasi. Tapi kalau hujan tidak turun sama sekali, kan irigasinya kering juga. Jadi ada hal-hal yang diselesaikan oleh Allah sendiri. Tapi ada hal-hal yang disisakan untuk kita. Yang disisakan itu, diberikan, dibebankan sesuai dengan kemampuan akal kita untuk menyelesaikannya. Disitulah nilai at-tahaddi, tantangannya, challengenya. Karena sesuai dengan kemampuannya. Nah, kalau kita hidup di negara sebesar Indonesia ini artinya kita semua mempunyai kemampuan di dalam diri kita baik sebagai individu maupun sebagai bangsa dan termasuk juga sebagai harakah bahwa kita bisa memimpin negeri yang besar ini. Kenapa tidak ditakdirkan hidup di dubai?? Dikasih yang besar sekalian, tapi supaya punya pikiran ini dulu..!! Fikiran sebagai bangsa besar, fikrian sebagai penduduk yang berasal dari sebuah negara besar. Itu dulu. Teritorialnya besar, sumber dayanya besar. Karena itu diperlukan pemimpn besar. Dan itu belum pernah ada di negeri ini. Inilah sebuah pendahuluan dan setelah kita itu baru kita masuk ke persoalan setelah kita memahami realitas ktia Setelah kita merdeka, ikhwah sekalian. Dimasa Soekarno, dan Soekarno datang dengan isu revolusi itu. Kita menghabiskan waktu 20 tahun pertama untuk konflik ideology. Antum lihat sejarah Soekarno itu adalah sejarah konflik. Sebagian dari konflik itu berujung darah. Konflik segitiga antara islam, nasionalis dan komunis, semuanya menggunakan kekerasan pada akhirnya. wujud politk islam itu ada pada Masyumi tapi wujud tentaranya, kekerasaannya ada pada DI. Di komunis, pada mulanya perjuangan ideology, kebudayaan dan seterusnya, tapi ujungnya juga menggunakan pendekatan kekerasan. Makanya melakukan beberapa kali kudeta yang terkahir terjadi di madiun pada tahun 65. Satu polanya gerilya, satu polanya kudeta militer. Tapi kaum nasionalis yang kemudian menang, diwakili tentaara. Tapi ujungnya antum lihat, sejarah kita itu, 20 tahun pertama itu sejarahnya konflik. Berdarah-darah 20 tahun pertama. Kita tidak tahu berapa orang yang dibunuh oleh komunis dan berapa orang komunis yang dibunuh oleh Orde Baru. Sama juga bedapa banyak DI yang dibunuh oleh tentara Orde Baru, dan berapa banyak tentara Indonesia yang dibunuh oleh DI. Tetapi faktanya kita hari ini, satu tanah bangsa, satu tanah air dan satu bahasa, tapi (konflik) 20 tahun pertama. Ini adalah era dimana ada demokrasi tetapi tidak ada kesejahteraan. Karena itu collaps. Orde Baru datang dan membuat penyederhanaan, konflik ini kita akhiri, tidak ada konflik ideologi, tidak ada politik, kita butuh stabilitas, karena itu tentara diperkuat partai-partai disederhanakan, pembangunan kita lakukan, investasi luar kita datangkan, masyarakat kita didik, semua yang beraliran digabung jadi satu. PPP, islam, simbolnya satu. Yang kiri-kiri dan PKI, (nasionalnya) digabung menjadi satu PDI. Nah, baru dimunculkan alternative ketiga namanya GOLKAR, tidak disebut partai karya, disebut golongan karya artinya jamaatul amal. Inikan, yang lain kerjanya bertengkar, kita bekerja. Tapi ternyata itu ikhwah sekalian. 30 tahun kemudian, diatas semua kebaikan Orde Baru kepada kita. Kita inikan produk Orde Baru semua, Saya lahir tahun 68, pas awal tahun Orde Baru membangun. Kita yang menikmati semua pendidikan yang baik yang tidak ada pada Orde Lama. Setelah kita menikmati semua kebaikan Orde Baru ini. Orde Baru ini kita akhiri. Karena Orde ini memberikan kita kesejahteraan tapi tidak memberikan kita kebebasan. Padahal kebebasan dan kesejahteraan, itu dua-duanya adalah hajat manusia. Jadi Orde Baru itu adalah era kesejahteraan tanpa demokrasi. Dan sekarang Malasyisa sedang menghadapi ini, pada beberapa waktu ke depan Malaysia akan masuk era 97 nya Indonesia. Kita perlu bebas bicara, sama persis kita juga perlu makan. Sama persis 10 tahun setelah reformasi. Seteleh kita sangat bebas bicara ternyata makan kita tidak terlalu bagus. Makanya dalam survey kemudian menyatakan, ternyata masyarakat lebih memilih Soeharto dan merupakan presiden yang paling disukai dari semua presiden. Yang kedua soekarno. Makanya kalau reformasi ini tidak merupakan kesinambungan pada periode-periode sebelumnya. Maka reformasi ini pasti gagal, collaps, kita sebagai masyarakat bisa collaps, sebagai negara juga bisa collaps. Kenapa ikhwah sekalian? Karena kalau ini sustainable secara historis, seharusnya reformasi itu bukanlah antitesa terhadap Orde Baru, Sebab kesejahteraan pada Orde Baru itu tidak perlu kita hapus, yang kita mau hapus itu adalah dictatorshipnya. Dan itu sudah kita lakukan, dengan megeluarkan tentara dari percaturan politik. Pilar-pilar utama yang menyangga Orde Baru waktu itu kan ada tiga; Tentara, Golkar, Konglomerat. Di politisi sama birokrat kita masukan disini, di Golkar, karena politisi dan golkar itu satu paket. Tapi sekarang coba antum lihat.. !! Tentara sudah dikeluarkan dari percaturan Negara, Orde Baru hancur dan pilar-pillarnya kita gerogoti. Dan Golkar dari 76% suaranya pada tahun 97 (pemilu pada tahun 97) suara itu turun menjadi 20 %, pada tahun 99 terdiskon langsung kekuatannya. Sekarang senaik-naiknya dia tidak akan lebih dari 30, itupun rasanya tidak akan naik dari 25 ditahun 2009 nanti. Diskonnya, karena tentara sudah tereliminasi, keluar dari percaturan politik. Tapi pengusaha. 10 tahun terakhir ini, ada ga pengusaha yang lahir diluar dari pengusaha yang sudah eksis?. Kita memang bisa mengganggu eksistensi para konglemarat Orde Baru. Semuanya bisa kita ganggu. Tapi faktanya sebagaimana yang pelajari dalam kaidah dakwah itu Alhadamu daiman ashalu minal bina (menghancurkan itu selalu lebih mudah daripada membangun). Orde Baru pergi, tapi para jaringan konglomeratnya ternyata tidak pergi-pergi. Dia menguasai panggungnya sendiri. Dan tidak ada panggung baru dipanggung itu, Tidak ada dari daftar yang kaya di indonseia ini, ada yang keluar dari daftar yang kaya sebelum-seblumnya?? Kan itu-itu juga kan. Bakrie besar dimana?, Arifin Panigoro, Jarum, Sampoena, Salim semuanya besar di Orde Baru. pasar itu adalah teritori sendiri. Jadi sementara TNI terdemorelisasi begitu dahsyat, Golkar terdiskon begitu besar. Pasar, itu tidak terdistorsi sama sekali. Dan 10 tahun setelah era reformasi ini, ga ada perubahan. Tetapi yang menarik dari era reformasi ini adalah system politik. Inilah sisi yang kita ambil dari Orde Lama, demokraasinya. Tapi dari sisi kesejahteraan yang belum kita ambil dari Orde Baru. Seharusnya era ini adalah era sintesa, antara Orde Lama dan Orde Baru, kita membutuhkan kebebasan. Tetapi seperti kata Thomas Jefferson : Demokrasi itu memuaskan hati masyarakat tapi tidak menyelesaikan persoalan mereka . Karena itu cita-cita persoalan Indonesia ke depan adalah persoalan menemukan titik equilibrium maksimum, titik keseimbangan maksimum antara demokrasi dan kesejahteraan. Itu persoalan Indonesia ke depan. Nah sekarang didalam situasi peta seperti ini ada tiga panggung yang eksis sekarang. Panggung utama ini yang sering saya sebut dengan segi tiga kekuasaan: Yang satu namanya Negara. Yang satu lagi namanya civil society, (dan) yang satu lagi namanya pasar atau market. Jadi ikhwah sekalian Negara ini, tidak lagi berdiri sendiri, walaupun ia adalah organisasi terbesar yang mengatur ini (civil society) dan mengatur ini (market). Tapi otoritasnya itu dan kapasitasnya tidak selalu besar. Karena pasar ini juga tidak berdiri sendiri. Lebih berkuasa mana dalam mengatur pasar, Negara RI dalam hal ini menteri keuangan atau WTO?? WTO. Jadi ada organisasi diatas Negara, yang mengatur Negara-negara itu. Begitu juga civil society. Pada akhir 90-an. Setiap tahunnya ada 3 milyar orang yang naik pesawat dalam catatan Newsweek. Sekarang kan lebih banyak. Apalagi di era tranportasi murah sekarang itu, Sekarang lebih banyak orang. Artinya apa? Ini artinya antum setuju atau tidak ini adalah era borderless terri. Gak ada lagi batasan dari segi jarak. Tapi telekomunikasi itu menghilangkan jarak waktu. dan 5 atau 10 tahun yang akan datang, tren telekomunikasi itu nanti, ikhwah sekalian..!! Ini menurut ahlinya, saya konsultasi dan ngobrol-ngobrol; nanti pembicaraan lokal dan internasioanal itu akan sama. dan provider telekomunikasi, perusahaan seluler sekarang itu akan mulai turun. Sama semuanya itu. Sekarang sudah mulai sebenarnya. Jadi antum bisa membayangkan negara tidak bisa membatasi lagi orang saling berkomunikasi. Pelan-pelan nanti transaksi-transaksi pasar itu seluruhnya akan dilakukan melalui internet. Dan sekarang bagaimana caranya pemerintah mengambil pajak dari transaksi di internet. Civil society, itu artinya apa ikhwah sekalian.. Ada kejadian-kejadian kecil yang terjadi disini itu kedengaran secara global, contohnya pembunuhan Munir, bunyi suaranya sampai ke PBB, sampai ke Kongres Amerika itu. Capee.. aja pemerintah menjawab pertanyaan. Itu civil society.. Oleh karena itu ikhwah sekalian, jika kita hanya tumbuh kesini (Negara), tidak menguasai ini dengan baik (civil society) atau tidak menguasai ini dengan baik (market) kita tidak bisa mengendalikan hidup. Inilah tiga distribusi kekuasaan utama, tiga kekuatan utama di Negara kita. Bagaimana kekuatan pengaruh antara masing-masing ini? Itu tergantung dari satu tempat ke tempat yang lain, dan dari satu periode ke periode yang lain. Waktu di TPPN ada yang mempertentangkan DR. shohibul iman tentang, ya kalau kita baca teori Soros, market memang lebih berdaya dari pada Negara. Tapi kalau kita baca teori yang lain negara kan regulator. Tapi kuatnya atau tidaknya negara itu tergantung siapa yang punya asset paling banyak. Iya kan ?! Jadi kita tidak bisa mengatakan mana lebih kuat market atau Negara ?! Ada waktu tertentu Negara lebih kuat, dan ada waktu tertentu ini (market) lebih kuat, ganti-gantian aja itu. Tetapi kalau kita ingin berkuasa kita mesti punya share kekuatan pada tiga komponen ini. Oleh karena itu PKS harus ada disini (ditengah). Distribusi kekuatan kita itu harus ada di tiga kekuatan ini. Kalau Cuma disini (negara) sedikit. Disini itu (negara), pelaku utamanya ada tiga ; Politisi, Birokrat dan Militer. Disini (civil society) pelaku utamanya kita sebut dengan informal leader. Informal leader itu bermacam-macam; budayawan, artis. Antum suka atau tidak suka artis itu informal leader. Suka atau tidak suka itu. Dia datang orang ikut. Antum boleh punya janggut sepanjang-pangjangnya, sesoleh-solehnya itu belum tentu informal leader, tapi artis, suka atau tidak suka informal leader, dia datang orang datang, dia goyang orang goyang. Jangankan itu Presiden pun ikut bikin lagu pula itu, ya ikut jadi artis lah. Setelah gagal jadi negarawan. Ini era bintang. Pemain bola jadi bintang. Disini (civil) ada media sebagai infrastruktur yang paling kuat. Terutama TV. Pimpinan ormas itu informal leader. Ada masanya sendiri, pemikir, akademisi, pimpinan kampus dan seterusnya itu informal leader. Orang-orang yang punya pengaruh di tengah masyarakat, kita sebut sebagai informal leader. Dia berpengaruh karena kapasitas pribadinya tanpa struktur, baik karena intelektualitas maupun karena spiritualitasnya. Jadi dia mungkin pemimpin spiritual, dia juga mungkin pemikir, Trand setter dalam pemikiran-pemikirannya, tapi dia juga mungkin selebriti. Makanya kalau demikian banyak para selebriti yang masuk politik memang gampang. Itu termasuk salah satu jalur cepat, tanpa harus bikin partai. Kalau di Amerika kan banyak contohnya; Ronald Reagan, Arnold Schwarzeneger. Yang di DPR kan banyak ; Ada Dede yusuf ada Ajie Massaid, Angelina Sondakh, ada Igo Ilham di DPRD. Disini (market) pelaku utamanya kita sebut sebagai pengusaha, orang businessman. Jadi kalau kita bicara tentang leverage to lead kita bicara tentang distribusi ini. bersambung ... http://anismatta.blogs.friendster.com/my_blog/2008/06/bukan_karena_ki.html -- Best regards, Arnoldison mailto:[EMAIL PROTECTED] --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---