Pak Saaf dan sanak palanta Yth :

Ambo tambahkan ciek lai Cerpen nan bernuansa Minang , tapi yang satu 
ini lebih khusus ditujukan untuk para manula yang telah memasuki masa 
pensiun .


Judul Cerpen   : Mimpi Tua
Ditulis Oleh   : Abdullah Khusairi
Dimuat         : Jawapos Minggu 25 Nopember 2007


Baginya, membuat pagi menjadi indah cukup cuci muka, kopi dan rokok 
kretek yang dinyalakan lalu dihisap. Maka merebaklah aroma racikan 
tembakau ke seluruh ruangan dihembus gemulai angin pagi bersama aroma 
kopi hangat. Dan pagi sangat indah sekali terasa...??

Begitulah, aktivitas pagi hari Tuan Leman semenjak masuk masa pensiun 
beberapa tahun silam. Menikmati embun dan harum melati di beranda 
bersama sang istri. Mengenang masa muda yang bergelora, masa jaya 
yang bergairah. Pagi dengan rindang pepohonan di halaman rumah, 
mentari mengintai di balik daun-daun Melinjo. Kuning keemasan 
sinarnya menerpa kaca jendela yang kusam, lama tak dibersihkan. Keok 
ayam dan itik memberikan nada desa yang pasrah. 

Kakek enam cucu dari lima anak ini benar-benar sangat menikmati hari-
hari setelah pengabdiannya sebagai seorang pejabat. Sisa ketampanan 
di raut wajahnya masih tampak tegas. Gaya berbicara yang dulu berapi-
api sesekali masih tampak. Kini sudah bertambah pula dengan nyinyir. 
Pertanda melewati usia tua. 

Sayangnya, selama pensiun, tak lagi ada tempat resmi untuk berbicara 
di depan khalayak. Hanya sesekali ia mendapat kesempatan bisa 
mengekspresikan dirinya secara tidak resmi jika bertemu teman lama 
atau kedatangan tamu. Satu tempat yang sering menjadi ajang pertemuan 
itu adalah tempat mengambil dana pensiun. Bila bulan muda tiba, 
semangat muda juga datang, maka ia berangkat ke bank itu dengan 
segala keceriaan pagi. Di sana ia bertemu teman lama. 

Dan, menjelang siang, dia akan bercerita panjang lebar tentang dunia 
yang pernah di dalam kantong celananya. Di hari-hari biasa, ia lebih 
banyak membaca koran, mendengar radio, menonton televisi. Sesekali 
melagukan dengan sumbang tembang lama yang populer pada masa mudanya. 
Begitulah lelaki berkaca mata tebal ini menelan hari demi hari. Tak 
banyak lagi kesibukan menghukumnya. Dari luar tampak ia menyimpan 
kebahagiaan dan ketentraman. 
***
Kedamaian Tuan Leman tiba-tiba terusik beberapa hari terakhir. Ia 
diusik oleh mimpi yang berkelibat setiap tidurnya yang sudah beberapa 
kali datang. Mimpi ini membuat Tuan Leman berkeringat dingin sesudah 
mimpi berlalu. Bagaimana tidak? Tuan Leman didatangi seorang laki-
laki yang menawarkan Tuan Leman menjadi tuhan. Persyaratannya tidak 
terlalu susah untuk dipenuhi Tuan Leman. Begitu persyaratan dipenuhi, 
ia segera menjadi tuhan. 

Dipilihnya Tuan Leman karena ia pernah menduduki jabatan strategis di 
masa-masa sulit. Ia berhasil membawa masyarakat hidup makmur. 
Begitulah lelaki dalam mimpi itu memberi alasan.

"Untuk itu, tak ada alasan, Anda segera menjadi tuhan dan penuhi 
persyaratannya!" Lelaki itu berlalu dan Tuan Leman terjaga. Tak ada 
kesempatan Tuan Leman untuk bertanya lebih lanjut ketika laki-laki 
itu datang. Bila ia terjaga, keringat dingin mengucur deras dari 
tubuhnya yang segera ringkih. Wajahnya pasi. 

"Benar-benar konyol. Tak mungkin, itu tak mungkin." Tuan Leman 
menyatakan keresahannya sambil geleng-geleng kepala. 

"Ah, jangan terlalu percaya. Mimpi adalah bunga tidur, kenapa diambil 
pusing pula," sang istri menyela. Ia mencoba untuk menenangkan 
suaminya. 

Ia tahu suaminya tak bisa begitu saja terpengaruh. Hanya saja, 
suaminya acap terjebak dengan hal-hal sepele. Itu sering terjadi. 

"Tetapi, jika mimpi itu bunga tidur. Bukankah sering terjadi, mimpi 
juga akan berbuah kenyataan? NahÂ…," ungkap Leman membantah kenyataan 
demi kenyataan dan hukum akal yang bermain di kepalanya.

Sang istri yang mengerti luar dalam tentang suaminya mengurut dada. 
Ia memahami ambisi masa muda sang suami memang belum pudar, walau 
waktu memakan usia. Ia tahu betul, obsesi, harapan, apa saja atas 
nama untuk ketenaran dan kekuasaan membuat dada suaminya panas. 
Keinginan berkuasa Tuan Leman ini memang besar. Ia dengan strategi 
apa pun akan berusaha untuk mendapatkannya. Termasuk menggunakan seni 
dan strategi perang ala Sun Tzu. Dalam banyak pidato ia mengutip Sun 
Tzu: Pertahanan yang baik adalah menyerang. Sadar posisi diri, kawan 
dan lawan. Naluri yang tajam dan peka terhadap kompetisi politik.
***
Mimpi itu terus-menerus mengganggu Tuan Leman. Sayang sekali, setiap 
mimpi itu datang, Tuan Leman tak bisa berbicara dan berkomunikasi 
dengan laki-laki dalam mimpi itu. Lama-lama Tuan Leman jadi 
ketakutan, keheranan bercampur dalam kebingungan. 

Dalam pemikiran sehat yang datang pada Tuan Leman, orang kaya pemilik 
tanah dan sawah ini memang tak bisa menerima apa pun terhadap mimpi 
itu. Ia berusaha untuk melupakannya. Tetapi, sejauh ia berusaha untuk 
melupakannya, sedekat itu pula ingatannya datang terhadap mimpi itu. 
Diam-diam ia jadi tertarik untuk menjalankan tawarannya itu. Menjadi 
tuhan? Sesuatu yang sangat tak mungkin, tetapi betapa hebatnya kalau 
itu bisa terjadi. 

"Itu benar-benar bunga tidur. Tidak akan pernah berbuah," tegas Tuan 
Leman dalam ragu dan mau yang mengganggu. Enggan berkelindan 
menggerus rayu mendayu. Tuan Leman berjalan di pematang yang kecil 
ketika padi masih baru ditanam, angin deras seperti segera badai. Ia 
seperti ayam termakan sepotong rambut. Diam merenungi mimpi yang 
selalu datang. 

Melihat gelagat yang tidak baik akhir-akhir ini suaminya, sang istri 
resah. Gelisah. Ada keinginan untuk memanggil psikiater untuk 
suaminya tetapi ia takut suaminya marah. Ingin juga menelepon anak-
anak di kota, tapi apakah itu mungkin, Lebaran saja mereka jarang 
pulang. Karena takut, ia coba memendamkan semua kemauannya demi 
menjaga hati suaminya yang sedang dihadang gelombang.

Sebenarnya, ia bangga sekali dengan kesuksesan sang suami. Hingga 
saat ini ia kagum dengan nama besar suami tercintanya itu. Amat 
banyak pujian untuk suaminya, ia dengar langsung dari orang-orang 
yang datang kepadanya. Walau tetangga sempat mengungkapkan kalau-
kalau suaminya mengidap post power syndrom. Ketika kekuasaan tak ada 
lagi di tangan, membuatnya sedikit mengalami gangguan kejiwaan. 

"Tetapi aneh, kenapa baru sekarang. Ia sudah lama pensiun. Lima tahun 
lalu," sang istri mencoba mengungkap alasan kepada dirinya sendiri. 

Orang mengenal Tuan Leman seorang yang sukses dalam banyak hal. Ia 
kaya pengalaman baik-buruk, asam-garam dunia. Tetapi yang sangat 
diingat orang, ketika ia sedang berkuasa, perintah yang datang dari 
mulut dan telunjuknya harus diselesaikan sesuai dengan maunya. Tak 
mau mendengar alasan jika ada kegagalan. Sungguh kadang-kadang tidak 
masuk akal. Satu lagi, ia paling tak suka orang yang membantah. Ia 
benar-benar sok tahu. Padahal, mungkin saja dalam banyak hal bisa 
diketahuinya, tetapi dalam satu hal harusnya ia belajar dan bertanya 
pada ahlinya. Itulah yang tidak berlaku pada Tuan Leman. Tetapi, 
kelebihannya, ia solider. Kalau ada temannya yang sedang kesusahan, 
bukan kepalang dia akan menolong. Ia tak perhitungan kalau sudah 
begitu. Sayangnya, kalau sudah dirayu dan dipuji, ia sering kali lupa 
diri, maka alamat habislah dana taktis yang harusnya ia manfaatkan 
untuk hal yang lebih baik. Itulah beberapa hal dari sekian banyak 
ingatan orang terhadap Tuan Leman yang sukses. Sekali lagi, masa 
lalunya adalah pahit, manis, dan getir..?

Suatu hari pernah terjatuh akibat sakit kepala yang sangat parah 
bersamaan dengan naiknya asam urat yang ada di tubuhnya. Ini persis 
seperti orang besar seperti Napoleon Bonaparte, yang tak takut dengan 
seribu tentara, tetapi sangat takut dengan surat kabar. Tuan Leman 
memang tak kuat dikritik, ia jatuh ketika membaca tajuk rencana 
sebuah surat kabar yang menusuk dadanya. 

Orang besar tak selalu berdjiwa besar. Orang pintar seringkali 
bertingkah seperti kekanak-kanakan. Orang bidjak memang banjak tapi 
soesah dicari. Karena itu, kekoeasaan itu candoe, ia tak bisa lepas 
setelah mendapatkannya. Orang-orang jang selalu meminta pengakoean 
atas kepintarannja. Biasanja adalah orang bodoh. Dan, orang yang 
selaloe berkoar-koar sok tahoe biasanja dia tidak tahoe apa-apa. Dan, 
amatlah soesah saat ini, mencari orang yang adil kepada seorang 
moesoeh, sebuah tindakan terpoeji pada zaman nabi. Wahai bapak 
pedjabat! Bersikap baik, lebih baik dari pada memboeat diri menderita 
dan orang lain tertawa. Walau kau bentji pada seseorang, djangan 
sesekali berboeat tidak adil padanja, karena, doa orang jang 
dizhalimi sungguh didengar-Nja. Itulah seboeah derita ketika 
kedjoedjoeran mendjadi djalan hidoep nantinja. Wahai, boeka kaca mata 
keloearlah dari roeanganmu, pandanglah doenia. 

Akibat membaca tulisan itu, Tuan Leman dibawa ke rumah sakit. Ia 
terbaring selama empat hari. Pulang sebelum benar-benar pulih karena 
permintaan anak bungsunya yang bongsor. Itulah salah satu episode 
hidup sang tuan yang waktu itu cukup mengerikan bagi banyak orang. 

"Ia cukup tegar," cerita salah seorang temannya. Hanya saja, begitu 
ia pensiun, satu satu orang-orang terdekat Tuan Leman menghilang bak 
ditelan bumi. Semua saluran komunikasi putus. Hal ini membuatnya 
pulang ke kampung halaman dan menghuni rumah tua yang sudah lama 
ditinggalkan sanak saudaranya dulu. Cucu dan anak-anaknya pun tak 
banyak memberikan support, hanya sapaan lewat telepon seadanya, jika 
diperlukan. 
***
"Kalau memang benar mimpi itu, saya tunggu nanti malam. Saya bersedia 
memenuhi persyaratannya," ujar Tuan Leman di tengah kebingungannya. 
Istrinya tambah bingung. 

"Pak, coba Bapak ke orang pintar dulu," usul istrinya, sambil melirik 
polos ke sang suami. Sisa kemesraan masa muda yang masih mengilau. 

"Untuk apa kalau hanya membuat mereka tertawa. Sekarang saya akan 
menikmati mimpi itu kalau ia datang. Saya siap lahir batin," 
ungkapnya yakin dan tak goyah sedikit pun. Masih tetap ada nada 
kebimbangan. 

Malam yang gelap. Kelam yang hitam. Entah kenapa mimpi itu tak pernah 
datang. Tuan Leman menanti-nanti dan mencoba untuk tidur secepatnya, 
namun percuma mimpi itu tak pernah datang. Hal ini pula yang membuat 
Tuan Leman bertambah bingung. Ketika kemauannya menjadi tuhan 
memuncak, justru mimpi itu tak datang-datang. Diam-diam, istrinya 
lega dengan mimpi yang tak pernah datang lagi ke suaminya.

Bagi Tuan Leman, ini seperti sebuah penghinaan kepada dirinya. Tetapi 
siapa yang harus dimarahi? Ketika mimpi itu tak datang lagi untuknya. 

"Ke mana kau wahai laki-laki dengan wajah kelam?" ujarnya geram, 
ketika akan tidur. Matanya tak mau terpejam. Diam-diam Tuan Leman 
beranjak bangkit dari pembaringan. Ia keluar kamar hati-hati sekali, 
takut istrinya bangun. Ia ke dapur mencari sesuatu. Malam amat pekat. 
Ia meraba-raba dan mendapatkan hulu belati. 

"Crassh." Ia menusuk dadanya dengan belati itu. Di gelap malam yang 
hening, Tuan Leman menggelepar-gelepar di dapur meregang nyawa. Darah 
mulai berceceran dari ujung hulu belati yang tertancap di dada 
kirnya. Lantai merah, mengalir, kental. Tuan Leman telentang sesekali 
ngorok, satu-satu napasnya dapat ditarik. Ia kalah dengan mimpi yang 
pernah datang kepadanya. Di akhir sekarat Tuan Leman, seperti ada 
tangis yang tertahan dari tenggorokan sang tuan. Malam menggigil, 
satu-satu gerakan Tuan Leman, lalu diam selama-selamanya. Kini rohnya 
benar-benar menuju tuhan. ***
Padang, 15 Oktober 2005


--- In [EMAIL PROTECTED], "Dr.Saafroedin BAHAR" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalamualaikum w.w. Sanak Nofend St Mudo,
> 
> Terima kasih atas pemuatan cerpen-cerpen bernuansa Ranah ini. 
Manusiawi sekali, dan perlu diperbanyak.
> 
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar
> 
> "Nofend St. Mudo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
> Oleh Adek Alwi
> 
> SEJUK sekali! Di mana ini?" Mirna memeluk tangan, menengok
> berkeliling. Hijau daun di mana-mana. Bunga aneka warna.



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke