Sanak Palanta Yth : Kekuatan cerpen " Penumpang Kelas Tiga " yang ditulis A.A Navis dibawah adalah karena kisahnya dilatar belakangi oleh empat zaman dan peristiwa (masa ) yakni : Zaman Revolusi , Peristiwa PRRI dan Peristiwa G30 S /PKI , masa Orde Baru . Ceritanya sangat menarik dan sangat menyentuh siapa saja yang membacanya , walau agak sedikit vulgar dalam tatanan masyarakat Minangkabau yang berlandaskan ABSSBK , namun itulah kelebihan dari AA Navis yang disebut pengarang yang melawan arus . selamat membaca ! zul amry piliang ( hampir 61 th ) Cerpen : Penumpang Kelas Tiga Pengarang : A.A Navis Si Dali bertemu teman lamanya di kapal Kerinci yang berlayar dari Padang ke Jakarta , sebagai penumpang kelas tiga . Bertemu setelah berlayar semalam , waktu lagi antre ke kakus . Padahal sebelum itu mereka sudah bertatap pandang juga di tempat tidur yang bersela seorang lain . Namun tidak saling memperhatikan ,apalagi bertegur sapa . Barulah saling memperhatikan waktu antre hendak kekakus itu . Mulanya saling bertatapan , lalu saling melengos . Bertatapan lagi dan melengos lagi . Ketika bertatapan ketiga , mereka tidak melengos lagi . Mereka sama-sama tersenyum . "Engkau Si Dali bulan?" pada yang seorang . "Si Nuan ?" kata Si Dali menyahut dengan Tanya . Mereka berangkulan dengan kedua tangan masing- masing memegang peralatan mandi , sabun , gundar gigi, dan handuk . "Sudah lama sekali kita tidak bertemu." "Memang sudah lama sekali." Mereka saling bertanya - tanya dan saling berjawab-jawab .Dengan asyik . Sampai beberapa orang sudah keluar dan masuk kakus , mereka masih bertanya - tanya dan berjawab-jawab . Dalam pada itu pikiran SI Dali berjalan ke masa lalu yang sudah lama sekali . Nuan punya saudara kembar, Nain namanya . Untuk menandai perbedannya , yang satu tidak segempal yang lain . Kemana-mana selalu bersama . Kata orang , orang bersaudara kembar sering puya selera sama , termasuk terhadap perempuan . Kata orang, itu baru ketahuan kemudian , yaitu ketika terjadi persaingan untuk mendapatkan hati seorang gadis . Yang menjadi idola pada awal revolusi , terutama oleh para gadis , ialah prajurit yang dipinggangnya tergantung pedang samurai dan kakinya dibalut kaplars. Nuan dan Nain hanya dapat pangkat sersan satu dengan tugas sebagai pelatih TKR bagi prajurit baru . Karena pangkatnya yang rendah , mereka tidak berhak memakai kedua perangkat perwira yang bergengsi itu . Keduanya pun sama merasa tidak mendapat perhatian SI Wati , gadis disebelah rumahnya . Dan ketika Komandan Pasukan Hisbullah , Kolonel Hasan , mengajak bergabung dengan pangkat letnan dua . Nuan meninggalkan tugasnya di TKR . Agar dapat pangkat yang sama , Nain pun bergabung dengan Tentara Merah Indonesia. Apalah arti perbedaan pasukan . Yang penting sama jadi letnan , sama punya pedang samurai dan pakai kaplars ." kata mereka sambil menyangka Wati akan mulai punya perhatian . Kian lama bergabung dengan pasukan yang berbeda idelogi perjuangan itu, malah menumbuhkan perseteruan diam dalam diri keduanya , sekaligus menimbulkan persaingan dalam merebut hati Wati . Akan tetapi belum ada yang berani menebarkan jala untuk mendapat Wati . Nuan selalu bicara tentang perang jihad bila bertandang ke rumah Wati . Sedangkan Nain bicara tentang revolusi rakyat . Mereka pernah berdebat didepan Wati untuk membenarkan tujuan perjuangan masing-masing . Tapi lebih sering datang sendiri-sendiri karena memang tidak punya waktu senggang yang sama . Tentu saja pada kesempatan itu mereka saling membanggakan pasukan masing-masing. Nuanlah yang akhirnya berhasil merebut Wati . Itu terjadi setelah pemerintah melakukan kebijaksanaan rasionalisasi dengan menggabungkan seluruh kesatuan pejuang ke dalam TNI . Oleh kebijaksanaan pemerintah itu , pangkat semua perwira diluar TNI diturunkan dua tingkat . Nuan mendapat tugas baru sebagai staf pada bagian logistik , sedang Nain dalam kesatuan tempur di front . Keduanya tetap sama membanggakan tugasnya masing-masing kepada Wati , meski pedang samurai dan kaplars tidak lagi berhak mereka pakai . Ayah Wati berpandangan praktis dalam menetapkan siapa yang akan jadi jodoh anaknya . Katanya, "Perwira bagian logistik akan lebih menjamin kebutuhan rumah tanggamu. Sedangkan perwira di front lebih memungkinkan kau cepat jadi janda." "Padahal engkau membalas ciumanku. Tapi Nuan yang kau jadikan suami," tempelak Nain kepada Wati . "Apa dayaku , kalau ayah mau Nuan?" jawab Wati dengan nada memelas . Nain sudah terlatih bersikap radikal, baik karena ikut Tentara Merah , maupun lama di front , Wati dirangkulnya erat . Dan mereka bergumul dengan dada masing - masing bergemuruh . Dan ketika akan melampaui batas ., Wati sadar dia telah jadi suami Nuan . Pergumulanpun reda . semenjak itu mereka tidak pernah bertemu lagi karena kesatuan Nain sering berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau lain yang dilanda kemelut militer akibat para perwira tidak puas terhadap kebijaksanaan politik kemiliteran sehabis revolusi . Ketika kemelut militer berjangkit dalam bentuk peristiwa PRRI , sekali lagi kesatuan Nain ditugaskan menumpas nya . Sedangkan Nuan yang ikut PRRI mundur ke hutan . tapi Wati tinggal di kota . Ketika Nain datang mendapati Wati telah beranak dua , api dalam dada keduanya menyala lagi . Mereka bergumul lagi . Berulang kali . Api dalam dada Nain bercampur dengan dendam yang bercampur aduk antara saudara kembarnya . Menurut Wati , meski bernafsu dia hanya menjalani nya dengan pertimbangan daripada melayani prajurit lain yang lagi mabuk kemenangan , lebih baik dia menerima Nain yang sekaligus menjadi pelindung . Pikiran dan perasaan yang beracuan moral, dia tekan jauh kedalam lubuk hatinya .Bila mengambang menjadi jeritan , diredam oleh keharusan bedamai dengan situasi. Akhirnya setelah kalah perang Nuan kembali bergabung ke TNI dengan pangkat baru yang diturunkan lagi dua tingkat menjadi pembantu letnan . Dia bertatapan dengan Nain yang sudah kapten yang menang perang, dihadapan Wati . Sebentar ya , sebentar saja mereka sama terpukau saling memandang lalu mereka berangkulan sebagai dua saudara kembar . Tak berkata sepatah pun. Dan Wati lari ke ruang belakang dan terus ke rumah sebelah . Lari dari keadaan yang tak tertanggungkan bila meledak . Dia tak muncul lagi sampai kedua laki-laki itu pergi. Pada mulanya perasaan , lalu dugaan , akhirnya dia yakin bahwa antara Wati dan Nain ada main . Hatinya luka , lalu dia marah dan kemudiannya benci yang membuahkan dendam yang tidak akan terhapus . Tapi dia adalah prajurit yang perangnya kalah . Yang kini menjadi pmbantu letnan setelah pangkatnya diturunkan sejarah . Di sebelah sana adalah Nain , yang menjadi kapten karena perangnya menang . Karena kemenangan itu dia meniduri Wati , istri saudara kembarnya . "Khianat . Semua khianat," teriaknya berulang-ulang. Tapi dia seorang prajurit yang kalah perang . Apa yang dapat dilakukan oleh seorang kalah perang ? Bagi Nuan tidak lain daripada selain kalah perang seterusnya menerimanya tanpa dapat berbuat apa-apa, bahkan berpikir apapun . Dengan perasaan itu dia menerima Wati kembali yang membawanya kedua anak mereka . "Wati toh perempuan yang dikalahkan sejarah." Katanya mendamai-damaikan sisa gejolak di hatinya . Tiba - tiba letak panggung sejarah berubah . Pemberontakan kaum komunis pun pecah . Nian yang kapten dan baru diangkat jadi mayor ikut komunis . Kini dialah yang dikalahkan . Ditangkap lalu dipenjarakan . Sesudut hatinya bersorak . " Kamu rasakan kini." Tapi Nain adalah saudara kembarnya yang lahir dari ibu yang sama . Jadi berbeda idelogi karena berbeda kereta tumpangan yang disediakan sejarah . Haruskah membalas dendam karena Wati ditiduri Nain , lalu meniduri Inna , istri Nain , yang cantik dan lebih muda , yang kini menumpang dirumahnya ? Tidak . Dia tidak dapat melakukan nya . Inna adalah istri saudara kembarnya . Mengapa dia harus membalas dendam kepada saudara kembarnya sendiri yang kini tengah mengalami siksa akibat ideloginya sendiri . Akan tetapi ketika dia ingat Wati pernah mengkhianatinya , luka hatinya menganga . Ditinggalkannya Wati yang lagi berbaring disisinya . Dia pergi ke kamar Inna dengan nafsu dendam yang menyala - nyala kepada Wati . Namun Nuan hanya tegak termangu melihat Inna membuka baju sambil tersedu . lalu dia keluar sambil mambanting pintu menyusuri jalan raya yang gelap karena listrik sudah mati karena mesin sentralnya sudah lama rusak . "Sudah lama sekali ya , kita tidak bertemu ?" kata salah seorang setelah sama menopang dagu ke pagar geladak kapal sambil memandang gelombang laut lepas "Ya sudah lama sekali." "Tiba-tiba saja kita telah menjadi tua ." Meski begitu, kita tidak bisa sepenuhnya lupa." "Memang." *Sumber : Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas th 1996 . --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Hindari penggunaan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---