dari milist tetangga sebelah

---------- Forwarded message ----------
From: aan_mm <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 2008/2/18
Subject: [milist_silungkang] [FOWARTA] Wartawan Bukittinggi tak Tertarik
Komentari Valentine Day
To: [EMAIL PROTECTED]


  BEBERAPA hari kemarin saya terima email dari seorang teman, Bung
Asnil Bambani Amri. Begini isinya:

"Bung, kok gak ada komentar apa-apa yang saya dengar dari milis
tentang larangan ekspresi dari Walikota Bukitinggi?
Sebenarnya saya tertohok sekali dengan larangan walikota Bukitinggi
yang melarang perayaan valentine tersebut. Apakah ada yang salah
ketika masyarakatnya merayakan valentine sebagai sebuah tradisi? ..."

Jawab saya: Hmm, saya kira, sepengetahuan saya, Walikota Bukittinggi
tidak melarang orang berekspresi, dalam bentuk apapun asal tetap
dalam koridor adat dan budaya Minangkabau terutama tuntutan Islam
(adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah). Bukittinggi bagian
dari Sumatera Barat yang menjunjung tinggi norma, etika dan agama.
Maaf, valentine day disepakati kawan-kawan wartawan di Bukittinggi
tidak dibahas, terutama oleh kawan-kawan di PWI Bukittinggi dan Forum
Wartawan Pariwisata (FOWARTA) Bukittinggi. Tidak menarik, begitulah
menurut mereka. Lagi pula valentine day bukan tradisi orang Minang,
apalagi tradisi orang Bukittinggi. Jadi Bung Asnil janganlah merasa
tertohok. Santai saja.

Katanya lagi: "Terlepas dari valentine sebagai tradisi non muslim,
namun bagi saya selama melarang adanya kebebasan berekpresi maka itu
melanggar HAM. Nah bagi yang mendukung hak asasi, kebebasan
berekspresi dan menjunjung tinggi kebebasan memberikan informasi
adalah hak setiap manusia. Tidak mungkin menyuruh diam seorang bayi
yang baru keluar dari rahim ibunya, karena hak si bayi untuk menangis
untuk berekspresi tentang ke-bayi-an yang dimilikinya. ."

Jawab saya: Maaf, Bung Asnil harus membatasi soal kebebasan ekspresi
yang kata Bung melanggar HAM itu. Dalam hal ini saya sedikit berbeda
pendapat. Ekspresi bagaimana yang melanggar HAM itu? Beberapa hari
lalu kawan saya di Padang Bung Nasrul Azwar memposting ke beberapa
milis berita yang dikutip dari Padang Media.com, tulisnya "Pemkot
Bukittinggi Sudah Makan Korban" menyikapi berita berjudul "Operasi
Valentine Day, 17 Orang Disidangkan" disitus berita yang sama. Berita
tersebut juga ditulis beberapa media harian lokal terbitan Padang,
termasuk saya menulisnya di koran saya. Saya cermati, 17 pasang muda
mudi yang ditangkap dan disidangkan di malam Valentine Day itu,
adalah mereka yang kedapatan lagi mesum di tempat-tempat sepi plus
gelap. Bermaksiat mereka!. Apakah seperti ini yang Bung Asnil katakan
ekspresi? Lalu kalau perbuatan mereka dilarang apakah orang yang
melarang dianggap melanggar HAM? Saya pribadi sepakat dengan tindakan
Walikota Bukittinggi yang melarang valentine day karena dampak
negatifnya besar sekali. Bak kata pepatah, mencegah lebih baik dari
mengobati. Wartawan, saya kira, tak selalu menghujat pemerintah, lah.
Sekali-kali memuji kenapa, kalau program pemerintah itu baik? Apakah
berita-berita yang baik tidak layak diberitakan? Apakah kerja
wartawan itu hanya menghujat pejabat (pemerintah) saja? Naif sekali
saya kira. Pemko Bukittinggi sendiri, saya cermati, tidak melarang
mengekspresikan "KASIH SAYANG" ke arah yang positif. Misalnya kepada
orangtua, guru, orang-orang yang lebih tua di lingkungan masyarakat.
Bahkan kasih sayang itu bukan diperingati setiap tanggal 14 Februari
saja. Kasih sayang itu harus diwujudkan setiap hari, setiap waktu dan
setiap saat. Itu baru mantap. Tapi bukan mengatasnamakan valentine
day. Oya, soal bayi kata Bung tadi, jangan disamakanlah sama orang
dewasa. Bayi belum bisa berfikir untuk diam ketika ia menangis. Orang
dewasa sudah bisa menggunakan pikiran, jadi berfikirlah secara
positif dan yang masuk akal saja.

Kata Bung Asnil lagi: "Dilihat dari sudut padang ekonomis, perayaan
valentine akan banyak dinikmati oleh rakyat. Banyak pedagang yang
terkait dengan sektor pariwisata akan hidup. Sejak dari petani bunga,
pedagang bunga, petani cokleat, pengrajin cokelat hingga pedagang
yang ada di lokasi wisata dan pusat perbelanjaan. Memang ini agak
pragmatis, tapi ini akan menjadi solusi untuk menggerakan ekonomi di
level sektor marjinal. Coba bayangkan, setiap laki-laki di
Bukittinggi membeli satu tangkai bunga saja untuk orang yang mereka
sayangi, atau membeli satu bungkus cokelat, bukankah banyak yang
diuntungkan? Sejak dari pedagang bunga hingga pedagang dan pengrajin
cokelat..."

Jawab saya: Kadang saya tersenyum-senyum juga. Bung ada kemiripan
dengan kawan-kawan saya di ujung pulau sana. Bung menjadikan alasan
bahwa valentine akan menggerakkan ekonomi masyarakat. He he... ada-
ada saja. Kenapa harus jualan bunga dan coklat agar ekonomi
masyarakat bergerak? Apalagi di hari valentine yang sehari itu?
Apakah masyarakat ingin bermimpi jadi orang banyak uang karena
berjualan bunga dan coklet seperti Bung katakan itu? Saya kira, tak
usahlah kita cari-cari alasan untuk melegalkan valentine day yang tak
jelas akar budayanya itu. Kalau ingin menggerakkan ekonomi
masyarakat, pemerintah Bukittinggi khususnya saya lihat sudah cukup
pro aktif menyediakan berbagai bentuk lapangan kerja, mulai dari
sektor pariwisata, pendidikan, jasa, perdagangan, dan kesehatan yang
menjadi sektor unggulannya. Masyarakat pun tak pernah berfikir untuk
berdagang coklat atau bunga, karena di Bukittinggi sejak dahulu kala
valentine memang bukan suatu hal yang menarik. Bahkan spanduk,
brosur, selebaran dan apapun bentuknya nyaris tak ditemui di
Bukittinggi.

Kata Bung Asnil: "Kalau mencegah terjadinya perilaku asusila atau
yang disebut maksiat oleh yang terhormat Walikota Bukitinggi, maka
pertanyaan itu sebaiknya dikembalikan kepada dia sebagai pemimpin di
negeri itu. Jika perilaku itu menjadi bebas di Bukittinggi, maka itu
cerminan kegagalan dia dalam memimpin dan mendidik masyarakatnya.
Bukan menyalahkan tradisi yang dari luar Bukittinggi, tetapi
kegagalan dia dalam mempersiapkan mental anak didik di Bukittinggi.
Bahkan, Islam sendiripun membawa tradisi zaman pra Islam, tetapi
selama itu baik maka bisa diterima. "Yang hilang dari ummat Islam
adalah hikmah."

Jawab saya: Perlu saya informasikan Bung Asnil. Lebih dari 80 persen
pelaku maksiat/kriminalita s yang diamankan pihak kepolisian dan
Satpol PP Bukittinggi adalah orang yang datang dari luar Bukittinggi.
Artinya, Bukittinggi sebagai kota wisata yang religius dicoba (saya
lebih senang katakan, disengaja) dikotori oleh orang-orang yang
bermental kotor. Mengatisipasi itu, wajar setiap saat Pemko
Bukittinggi menggelar razia. Walikota berfikir cepat agar perilaku
orang-orang kotor itu tidak pula mengotori mental generasi muda di
Bukittinggi. Karena tak ingin gagal dalam mempimpin Bukittinggi
itulah, Walikota sedini mungkin mengantisipasi. Dan tindakannya itu
mendapat dukungan penuh dari masyarakat, khususnya alim ulama, ninik
mamak, bundo kanduang, cerdik pandai, ormas Islam, ormas masyarakat,
LSM, bahkan umat non muslim sekalipun. Statmen Walikota Bukittinggi
yang cukup terkenal: "LEBIH BAIK BUKITTINGGI SEPI PENGUNJUNG DARIPADA
RAMAI MAKSIAT". Wah, saya kira positif sekali itu. Soal pendidikan,
Bukittinggi menerapkan "Pendidikan Berbasis Aqidah". Namun itu belum
cukup karena siapa yang bertanggung jawab terhadap anak ketika mereka
berada di luar lingkungan sekolah dan lingkungan rumah?. Pengawasan
harus tetap ada, disinilah peran pemerintah melalui SKPDnya. Kata
Bung Asnil, Islam sendiripun membawa tradisi zaman pra Islam, tetapi
selama itu baik maka bisa diterima. Ya, saya sepakat itu. Tapi bagi
masyarakat Bukittinggi valentine bukanlah tradisi baik, bukan pula
tradisi yang dikenal di Bukittinggi, jadi tak perlu ada di
Bukittinggi. Tapi jika daerah lain melegalkannya, ya silahkan. Itu
hak mereka, tapi jangan dibawa-bawa Bukittinggi yang tidak mau
merayakannya. Bung bilang pula; "Yang hilang dari ummat Islam adalah
hikmah." Ya, mungkin benar di antaranya. Tapi umat Islam khususnya
harus mengerti memahami hikmah hakiki. Apa hikmah yang mengandung
nilai ibadah dari valentine day yang dirayakan dengan maksiat seperti
dilakukan 17 pasang muda-mudi yang ditangkap di Bukittinggi itu? Tak
ada hikmah sama sekali, melainkan hanya mengundang malapetaka dan
bencana.

Terakhir kata Bung Asnil: Sebaiknya, pendidikan adalah yang utama
untuk menghindari perilaku yang melenceng dari kaidah agama, dan itu
tugas bapak Walikota yang dibayar dengan keringat warga Bukitinggi
agar kaum muda mudi disana mengetahui hal-hal yang melenceng itu.
Jika itu gagal maka itu kegagalan pemimpin dan orang yang terkait
dengan sektor pendidikan tersebut. Sejak dari orang tua, guru, ulama
hingga pemimpin-pemimpinny a.

Jawab saya: Persoalan pendidikan dan agama generasi muda, bukanlah
tugas walikota saja, atau pemimpin-pemimpin di suatu daerah saja.
Semuanya ikut bertanggung jawab. Saling ingat mengingatkanlah kita.
Pemimpin akan tetap dianggap gagal jika masyarakat tidak mendukung
kebijakan-kebijakan nya yang mengarah kepada kebaikan dan
kemashlahatan orang banyak. Dan tanggung jawab itu juga dibebankan
pada kita, ya kita wartawan ini. Sekali-kali bantulah berita-berita
yang baik dari pemerintah, biar tahu pula masyarakat bahwa wartawan
itu tidak saja pandai menghujat, tapi juga pandai "berbuat" untuk
umat. Sepakat?

Salam dari Bukittinggi
Muhammad Subhan

FORUM WARTAWAN PARIWISATA (FOWARTA) BUKITTINGGI
Sekretariat: Kantor PWI Perwakilan Bukittinggi, Jalan Sudirman,
Bukittinggi Sumatera Barat
Email: [EMAIL PROTECTED] com

 __._,_.___

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca dan dipahami! Lihat 
di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tuliskan Nama, Umur dan Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Email attachment, DILARANG!!! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
- Anggota yg posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg 
bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen akan mengikuti peratiran yang 
berlaku.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: 
[EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahul
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke