http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0801/16/Sosok/4149355.htm

Sosok



 Rabu, 16 Januari 2008




Kisah Waris Istana Pagaruyung


Agnes Rita Sulistyawaty

Puti Reno Raudhatuljannah Thaib ingat betul betapa sejuknya hawa di rumah
gadang yang ditudungi ijuk sebagai atapnya. Selain menyerap panas, ijuk juga
awet sampai puluhan tahun dan mudah dibentuk mengikuti lekuk rumah gadang.

Ijuk itu seperti menahan hawa panas dari luar. Jadi, yang tersisa tinggal
hawa sejuk di dalam rumah. Untuk mendapatkannya juga mudah karena ijuk
berasal dari tumbuhan enau," ujar Upik, sapaan Puti Reno Raudhatuljannah
Thaib, pewaris Istana Pagaruyung di Sumatera Barat ini.

"Enau ini tanaman endemik di Indonesia. Orang-orang tua melihat dari apa
yang ada untuk dimanfaatkan, termasuk ijuk untuk atap rumah. Pastilah ini
melalui proses trial and error, sebelum mereka memilih ijuk untuk atap
rumah," tambahnya.

Untuk rumah gadang seukuran Istana Pagaruyung—yang terbakar akhir Februari
2007—kebutuhan ijuk mencapai 200 ton. "Kalau melihat kebutuhan yang besar
itu, saya sempat bingung dari mana mendapatkannya," kata dosen Fakultas
Pertanian Universitas Andalas itu.

Dia bingung lantaran perkembangbiakan enau membutuhkan waktu lama. Selama
ini, petani memakai cara alami untuk menambah jumlah tanaman enau dengan
menanam bijinya. Padahal, biji enau mempunyai masa tidur (dorman) sampai
setahun. Referensi perkembangbiakan atau informasi umum tentang budidaya
enau juga masih minim.

Kalaupun ada "teknologi" alami yang bisa mengurangi masa tidur, petani hanya
mengandalkan musang. Hewan ini biasa mengonsumsi biji enau dan
mengeluarkannya lagi bersama kotoran. Selama proses di perut musang ini ada
zat yang menyebabkan dorman enau bisa berkurang. Sayangnya, populasi musang
juga semakin berkurang.

Berangkat dari keingintahuan cara perkembangbiakan enau secara lebih cepat,
Upik meneliti enau di laboratorium dan lapangan sejak mengambil gelar S-2
pada tahun 1997. Tahun 2007 ia berhasil mendapatkan formula mengurangi masa
tidur enau, sekaligus membuka pintu menuju kultur jaringan dan rekayasa
genetika enau.

"Masa dorman enau bisa dikurangi sampai 141,07 hari. Jumlah tanaman baru
yang dihasilkan juga tak hanya satu batang, tetapi antara 6-21," kata Upik
yang tahun 2007 juga meraih gelar doktor dari Universitas Andalas lewat
penelitian ini. Tetapi, perempuan yang menyelesaikan S-3 pada usia 60 tahun
ini menambahkan, temuannya masih awal dan belum bisa diaplikasikan oleh
petani.

Sosio-kultural

Ketertarikan Upik pada enau dimulai dari lingkungan masa kecilnya di Istana
Pagaruyung. Di sini pohon enau dianggap liar, meski hampir seluruh bagiannya
bisa dimanfaatkan masyarakat setempat.

Enau tak hanya diambil ijuknya, tetapi juga disadap niranya untuk bahan baku
pembuatan gula aren, atau dijadikan suguhan untuk diminum langsung. Ketika
melakukan penelitian di Kanagarian Andaleh Baruah Bukik, Kecamatan
Sungayang, Tanah Datar, nira menjadi suguhan gratis bagi pendatang. Adapun
gula arennya dipakai untuk hampir semua masakan Minang.

Daun enau tak dibuang begitu saja. Daun enau yang telah dihilangkan lapisan
lilinnya dipakai untuk pembungkus rokok. Upik tahu persis bagaimana cara
menghilangkan lapisan lilin itu.

Dari prinsip dasar bahan bakar nabati, ia yakin enau berpotensi sebagai
bahan bakar alternatif, mengingat kandungan karbohidratnya tinggi. Hanya
saja, siapa yang akan memikirkan cara mengolah enau?

"Ketertarikan saya pada enau tak bisa lepas dari masalah sosial-budaya
karena berbagai persentuhan saya dengan enau, selain pertimbangan
sosial-ekonomi," ujarnya.

Pertimbangan kedekatan masyarakat dengan jenis tanaman ini, kata Upik,
seharusnya menjadi pola pemerintah agar berhasil melaksanakan program
penanaman pohon. "Kalau masyarakat hanya disuruh, program tak akan berhasil
karena mereka tak tahu manfaat pohon itu," papar Upik yang juga dikenal
sebagai penyair bernama samaran Upita Agustine.

Lebih jauh Upik melihat bahwa masyarakat Minang tak sekadar menganggap enau
sebagai pohon yang memberi penghasilan ekonomi, tetapi juga sebagai salah
satu tumbuhan konservasi. Hukum adat di masyarakat Minangkabau melindungi
tumbuhan yang ada di hutan, termasuk enau. Tumbuhan seperti ini tidak boleh
ditebang sembarangan.

Dia berpendapat, ada nilai pelestarian lingkungan yang dianut masyarakat
sejak dulu, apalagi enau terkenal sebagai tumbuhan yang bisa hidup pada
kemiringan tanah sampai 20 persen, serta sebaran akar serabut hingga 10
meter dengan kedalaman tiga meter.

"Sayang kearifan lokal itu makin luntur. Siapa yang punya uang bisa
seenaknya menebang pohon, maka yang terjadi banyak bencana," kata keturunan
ke-13 Raja Pagaruyung tersebut.

Kesempatan setara

Perihal kearifan lokal yang semakin luntur jugalah yang mendorong Upik untuk
mengasah ilmu dan memperluas wawasan. Apalagi, kesempatan menempuh
pendidikan tinggi tak lepas dari budaya keluarga Upik dan lingkungan Minang
pada umumnya, yang menganut kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki untuk
berkembang. "Rasanya salah kalau saya menyia-nyiakan kesempatan itu."

Seluruh ilmu dan pengetahuan yang diperoleh membawa dia pada kesimpulan baru
tentang adat. "Perlu redefinisi lagi, mendudukkan adat dan budaya pada
konteks saat ini agar generasi muda tertarik dan paham tujuan adat serta
budaya itu," kata penyandang gelar Yang Dipertuan Gadih Pagaruyung ini.

Dia mencontohkan, meskipun sudah dewasa, anak-anaknya harus menyempatkan
diri bertemu dengan saudara-saudara, terutama mereka yang usianya lebih tua.
Dengan demikian, selain silaturahmi tetap terjaga, tata cara sopan santun
pun tidak hilang.

Sebagai keluarga raja, Upik memandang hal ini sebagai salah satu tanggung
jawab yang merentang di pundaknya. Ia menjalani tanggung jawab itu dengan
senang hati. Pergelutan dengan enau menjadi salah satu "buahnya".

Menyandang Gelar

Puti Reno Raudhatuljannah Thaib lahir di Pagaruyung, 31 Agustus 1947, dari
orangtua Sutan Muhammad Thaib dan Puti Reno Disma Yang Dipertuan Gadih
Gadang. Sebagai bagian dari keluarga Ahli Waris Daulat Raja Pagaruyung, Upik
dan lima saudara perempuan di kaumnya berhak menyandang gelar Yang Dipertuan
Gadih Pagaruyung, setelah sang ibunda wafat.

Pendidikan hingga SMA diselesaikan Upik di Batusangkar, hingga tahun 1965.
Tahun 1975 ia merampungkan pendidikan sarjana pertanian di Universitas
Andalas. Pada tahun 1997 dia meraih S-2, diikuti gelar doktor tahun 2007.
Tumbuhan enau menjadi fokus penelitiannya untuk meraih S-2 maupun S-3.

Tahun 1978 Upik menikah dengan sastrawan Wisran Hadi (62). Mereka dikaruniai
tiga putra, yakni Sutan Ahmad Riyad (27), Sutan Muhammad Ridha (26), dan
Sutan Muhammad Thoriq (23).

Ia tidak hanya dikenal sebagai dosen dan peneliti bidang benih, tetapi Upik
juga menjadi penyair dengan nama samaran Upita Agustine. Salah satu buku
kumpulan puisi karyanya berjudul Nyanyian Anak Cucu yang lahir pada tahun
2000.

Nama Upik melekat sebagai nama panggilannya, kendati nama itu sebenarnya
adalah panggilan bagi anak perempuan di wilayah tersebut pada umumnya. Dia
memilih nama samaran Upita Agustine karena ada kemiripan dengan sebutan Upik
dan bulan Agustus sebagai bulan kelahirannya.






-- 
Z Chaniago - Palai Rinuak

Ka ganti sawah jo ladang :

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Selalu mematuhi Peraturan Palanta RantauNet lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-palanta-rantaunet
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount

-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke