1087TJ Menjaga lisan
Assalamualikum Ww. Apa yang membuat kita terpecah belah? Apa yang mengoyak-koyak keberadaan kita? Apa yang telah mencerai-beraikan jama'ah kita? Apa yang membuat hancur masyarakat kita? Apa yang mengancam kita dan menggoyang kemapanan kita kalau bukan lidah? Sekerat daging yang tak peduli dan tidak mengindahkan hubungan kekerabatan orang muslim. Wahai saudaraku! Jika hatimu membisikkan sesuatu pada dirimu untuk mencela saudaramu, maka lihatkan aib-aibmu! Seperti yang pernah diucapkan 'Isa bin Maryam AS ketika didatangkan padanya seorang wanita yang telah berzina, saat itu seluruh kaum berplaing mengucapkan istrija' (ucapan Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun) dan menolak perbuatannya. Berkatalah 'Isa AS kepada kaumnya: "Barang siapa diantara kamu yang tidak pernah punya salah, maka silakan dia merajamnya". Alhamdulillah, bahwa kita tidak dapat mencium bau dosa. Telah disebutkan dalam sebuah atsar yang saya baca dalam Fatwa Ibnu Taimiyah (Majmu'ul Fatwa_ bahwa apabila seorang hamba melakukan suatu perubatan dosa maka malaikat menjauhi dirinya sejauh satu mil karena mencium bau dosa. Alhamdulillah, kita tidak bisa mencium bau dosa kita. Jika tidak demikian, maka bau dosa kita akan menyebabkan hidung menjadi selesma. Kadar dosa kita akan membuat bumi ini rata dengan bau busuk. Apakah ucapan kita (mencela sesama muslim itu) lebih ringan dibandingkan dengan kata-kata 'Aisyah ra kepada Shafiyah ra : "Cukuplah bagimu tentang Shafiyah itu begini dan begini" (maksudnya Shafiyah itu badannya pendek). Maka Rasulullah SAW Bersabda : "Sungguh engkau telah mengucapkan suatu perkataan, yang sekiranya dicanpur dengan air laut, maka perkataan itu dapat mencampurinya". Maksudnya, sekiranya perkataan itu bercampur dengan air laut, niscaya air laut tersebut berbau busuk semua. Padahal air laut itu tidak akan busuk lantaran kadar garamnya banyak. Wahai saudaraku, berhati-hatilah kamu terhadap lidahmu. Jangan engkau melihat aib saudaramu, tetapi lihatlah lebih dulu aibmu. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shahih : "Seseorang diantara kalian dapat melihat kotoran halus yang ada di mata saudaranya, namun ia tak melihat batang pohon yang berada didepan matanya". Yakni : sesungguhnya dosa-dosamu, aib-aibmu dan kekuranganmu lebih besar dan lebih banyak daripada kesalahan-kesalahan yang kamu lihat ada pada saudaramu. Dan seorang muslim itu tidak akan mencari-cari kekurangan/ kesalahan, sebab al muru'ah (sikap perwira) itu dituntut untuk mampu memaafkan kesalahan (orang lain), sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud : "Maafkanlah kesalahan orang-orang yang mempunyai kedudukan, sesungguhnya salah seorang diantara mereka telah berbuah kesalahan, sedang tangannya berada di tangan Ar Rahman" (Lihat Shahih Al Jami' Ash Shaghir hal. 1185). Berdasarkan dalil ini pengikut Madzhab Malikiyah menetapkan bahwa dakwaan yang berasal dari pendusta dan orang-orang fasiq terhadap orang-orang yang dikenal kebaikannya tidak diterima. Dan apabila ada seorang fasiq yang menuntun di Pengadilan Islam atas seseorang yang dikenal kebaikan dan taqwanya, maka yang mendakwa tersebut dihukum penjara supaya orang-orang yang jahat tidak (mudah-mudah) merusak kehormatan orang-orang pilihan, yakni orang-orang yang telah dikenal kebaikan dan taqwanya. Jagalah lisan-lisan kalian dan mulailah dengan lembaran baru bersama Rabbmu sehingga sirna semua ghibah dan akibat yang ditimbulkannya, tajassus (memata-matai) dan musibah yang diakibatkannya atas masyarakat kaum muslimin, serta prasangka buruk dan akibat yang akan mencerai-beraikan ikatan keluarga, masyarakat dan Harakah. sehingga semua terbebas dari hal tersebut. Berjanjilah kepada Rabbmu untuk memulai lembaran baru dan untuk menjaga lisan secara terkendali. Sebagaimana sebagian sahabat dalam rangka menjaga lisan, pada saat-saat tertentu ada yang memasang penutup pada mulutnya sehingga mereka tidak bisa berbicara, sebagian ada yang tidak mau bicara seraya berkata : "inilah yang akan membawaku kepada kebinasaan" Dan sesungguhnya kamu akan binasa, jika dirimu memperturutkan hawa nafsu dan melepaskan kekang yang mengikat lisanmu. Mu'ad ra pernah bertanya kepada Rasulullah SAW : "Apakah kami akan dituntut dari apa yang kami ucapkan?" Beliau bersabda : "Celakalah ibumu wahai Muadz!? Apakah ada yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka, kalau bukan hasil dari lisan-lisan mereka?" Apabila fitnah telah merajalela, maka tangisilah kesalahanmu dan jagalah lisanmu supaya tidak menjerumuskanmu ke dalam neraka. Semoga bermanfaat buat kita semua. Wassalamualaikum WW Darius Nurdin --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id&cd=US&service=groups2. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---