wassalam
Iyo lah lamo mak angah ndak pulang
Lah taragak bacarito sarupo dulu baliak
Kini tampek  mamakan ikan tambah banyak
Ingin ambo mambao mak angah bakuliiang manikmati  ikan nan manggalepa
 
salam
 
K Suheimi

--- On Fri, 6/27/08, hambociek <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: hambociek <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [EMAIL PROTECTED] BANGKAI HALAL
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Friday, June 27, 2008, 9:53 PM



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Senang sekali saya membaca posting ini walaupun subyeknya BANGKAI HALAL suatu 
contradictio in termini. Namun kalau saya lupakan istilah "bangkai"nya yang 
merupakan konotasi yang mengerikan dan konssentrasikan kepada "Ikan"nya yang 
halal itu, perasaan saya merasa lega seperti Tuhan menganugerahkan kita rasa 
sorga di dunia.
Pengalaman-pengalaman yang Angku Dr. Suheimi ketengahkan memberikan kenangan 
saya dan keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat itu. Memang, di Ujung 
Pandang saya menikmati ikan bakar dan udangnya. Apakah Eka Sari yang di 
Sicincin itu suatu Rumah Makan yang dikellilingi kolam (tebat) di mana 
ikan-ikannya kita ber makan juga sambil kita menikmati teman-temannya yang 
sudah di bakar. Saya sering ke sana setiap pulang dari Padang menuju kampuang 
di Bukittinggi. Cerita tentang Rumah Maan Keluarga di Painan dan Rumah makan 
Pauh di Pariaman menyebabkan saya harus mengingatnya; suatu kali saya ingin ke 
sana kalau disampaikan Ilahi Rabbi. 
Tetapi apa artinya kepala ikan "baracuang"? Walaupun saya tidak doyan dengan 
kepala ikan, namun istilah kepala ikan "baracuang" ini meggatalkan kepala saya 
untuk ingin tahu arti istilahnya.
Saya baru saja kembali memusatkan perhatian mendisiplinkan diri untuk makan 
ikan. Karena koleswtoral tinggi doktor saya sudah mengingatkan saya untuk tidak 
makan daging. Setiap kali saya pergike Pasar Ikan di Asian Stores atau di Wharf 
di panggir pantai Santa Cruz, California, saya kagum melihat variasi ikan yang 
ada terkumpul dari segala penjuru dunia. Denganbantuan resep-resep makanan dari 
keluarga di Kampung via sms dan email seperti dari Bundo Nismah dan Murai 
Kukuban (Rita Desfitri) saya sudah bangga pula sebagai "ahli" gulai Ikan 
Asampadeh dan Gulai Pangek (setidak-tidaknya untuk konsumsi pribadi).
Tahun 1965 ketika di Sibolga, sebelum kami menyeberang ke Gunung Sitoli, Nias, 
Syahbandar Sibolga mengundang kami makan di salahsatu Resotran Cina pilihan dan 
kesenangan dia. Ya Alalah, seumur hidup sampai sekarang saya masih ingat gulai 
ikannya yang sangat unik yang tidak pernah saya temukan di mana-mana. 
Seandainya saya sempat ke Sibolga nanti, saya akan cari masakan ikan itu 
kembali.Saya juga sarankan kepada adidusnanaka di Lapau ini untuk mencarinya, 
mudah-mudahan berjumpa.
Bicara tentang ikan teri atau yang di darek (Bukittinggi) kami namakan "maco 
bulek" saya ingat Natal dimana saya anggap ditemukan ikan teri terbaik. 
Impressi ini  saya dapatkan dalam kunjungansaya ke Natal tahun 1958. Sekarang, 
setiap saya membeli ikan teri di AsianStores di California, saya selalu ingat 
pantai Natal dan pantai-pantai kita di Sumatera dan menganggap ikan-ikan teri 
yang saya beli mahal di California ini adalah "hasil curian" kapal-kapal 
penangkap ikan asing yang berkeliaran di off shores kita...
Agak lain dari makan ikan, saya juga senang melihat ikan bermain-main dan 
pacaran. Di kantor-kantor dokter di Santa Cruz, saya sering menikmati aquarium 
berisikan ikan piaraan berwarna warni bernenang seenaknya menyejukkan hati 
nurani. Tetapi dari posting Angku Dr. Suheimi saya tersentak 
dengan untkapan "senang melihat ikan yang lagi pacaran"  Saya juga, bukan ikan 
saja, tetapi binatang-binatang lain. Tetapi suatu ironi dalam benak saya 
bertanya, kenapa kalau manusia-manusia di Kampung kita berpacaran mereka 
menjadi obyek dan perlakuan yang kurang baik? Bahkan kopiah mereka bisa jadi 
sempit dipukul spektator?
Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif 
Di Pinggir Pantai Teluk Monterey
Santa Cruz, California
ogroups.com, suheimi ksuheimi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> : 
> BANGKAI HALAL
>  
>  
>  
> "Semua bangkai haram" kata guru saya ketika duduk di kelas IV SD, "kecuali 
> bangkai ikan" ulas guru saya sambil mengatakan hanya bangkai ikan saja yang 
> halal, boleh dimakan. Maka saya tak pernah ragu memakan bangkai ikan yang 
> sudah mati, bahkan ikan yang sudah kering dan mersik karena sudah lama jadi 
> bangkaipun saya makan.
> Ikan siam, maco kukai dan sepat, pokoknya semua ikan asin mulai dari ikan 
> teri sampai ikan gabus yang besar enak dan lezat, selalu jadi santapan saya 
> setiap hari. Makanan terasa kurang lengkap kalau tak disertai ikan asin, 
> sehingga kalau selera patah, saya cari ikan asin, nafsu makanpun terbuka 
> karenanya. Memang dari kecil saya suka makan ikan, dan saya dijuluki 
> `palauak', suka makan lauk, senang makan ikan. Dari kecil kebiasaan dan 
> kesukaan makan ikan itu sampai saat sekarang tak pernah kendur-kendurnya. 
> Setiap kali lewat di Sicincin saya usahakan singgah di Eka Sari untuk 
> menikmati panggang ikan. Kalau ke Painan, singgah sebentar di Rumah Makan 
> Keluarga untuk melahap kepala ikan baracuang, begitupun kalau ke Pariaman, 
> tak lupa mampir di rumah makan Pauh, lagi-lagi yang dicari ikan. Apalagi 
> kalau ikannya baru ditangkap, menggelepar gelepar, alangkah gurih dan 
> lezatnya. Setiap makan ikan itu saya sering ingat petuah guru saya bahwa 
> bangkai ikan itu
> halal. Ketika saya duduk di bangku SD lagu yang saya senangi;
> Saya hendak ke pekan, mau beli ikan
> Ku masal dengan santan, untuk ayah makan
>             Tak pernah saya bosan dan tak pernah saya menolak jika disuguhi 
> ikan. Tidak ada doa penolak rezeki. Maka kemana pergi dan dimanapun saya 
> berada selalu saja dalam ingatan saya ini ikan, ikan sekali lagi ikan. Waktu 
> di Ujung Pandang, yang paling enak itu justru ikan bakarnya dan udang, 
> apalagi kalau kembali berlayar dari pulai Lai-Lai dan pulau Kahyang di laut 
> di depan Ujung Pandang, dulu namanya Makasar, dan saya menginap di Makasar 
> Golden Hotel, di depan pantai Ujung Pandang.
> Saya senang sekali melihat ikan yang berenang dan bermain, saya senang 
> melihat ikan yang lagi pacaran. Saya senang melihat ikan yang melahirkan 
> sambil memelihara dan menyelamatkan anaknya di dalam mulutnya. Saya senang 
> menyaksikan semua ikan hias yang sangat indah dan menarik hati, mereka selalu 
> bergerak sambil mengibas-ngibaskan sirip dan ekornya yang berjumbai-jumbai 
> dan berwarna-warni. Baik siang maupun malam mereka terus bergerak, 
> seakan-akan tak pernah tidur, menimbulkan keasyikan.
>             Asyik memandang ikan-ikan ini membuat kita terlupa akan persoalan 
> hidup yang kadang-kadang ruwet. Kalau fikiran sedang kacau saya pergi ke 
> pinggir kolam. Disana segala kekacauan dan keruwetan fikiran saya curahkan ke 
> dalam kolam dengan menikmati akorbatik-akrobatik ikan. Selepas memandang 
> ikan, biasanya fikiran kacau dan perasaan risau itupun terasa berkurang. 
> Entahlah, kalau berbicara tentang ikan dan ikan seakan-akan tak mau 
> habis-habisnya. Tapi yang saya tak habis fikir kenapa ada kekecualian bahwa 
> bangkai ikan itu halal? Kenapa Tuhan memberi kekecualian pada bangkai ikan? 
> Pasti ada apa-apanya, pasti dalam ikan itu banyak keistimewaan dan kelebihan, 
> kalau tidak mengapa Tuhan memberikan kekecualian?
>             Akhir-akhir ini saya baru sedikit mengerti setalh saya membaca 
> orang Jepang adalah manusia yang paling doyan melahap ikan. Dibandingkan 
> dengan orang Indonesia kita sangat jauh ketinggalan. Penyelidikan berkata, 
> ternyata orang Jepang memakan ikan setiap orangnya sebanyak 24 kg per minggu, 
> sedangkan orang Indonesia memakan ikan hanya sebanyak 16 kg per tahun. 
> Pantaslah orang Jepang daya kerja dan semangat kerjanya tinggi, mereka 
> berjalan cepat, bekerja cepat dan tepat dari pagi sampai malam tiada hari 
> tanpa kerja.
> Bagi mereka tidak ada istilah bermenung dan membuang-buang waktu. Waktu 
> adalah uang, waktu adalah kerja. Daya pikirnya tinggi, IQ nya baik, kualitas 
> manusianya pun luar biasa. Kulitnya halus bercahaya. Saya tidak tahu, apakah 
> karena mereka selalu melahap ikan? Padahal di Jepang harga ikan sangat mahal. 
> Bayangkan, kabarnya ikan tuna harganya 36 dollar satu kilo atau 75 ribu, 
> udangpun 23 dollar satu kilo. Walaupun mahal, mereka tetap membelinya.
> Memang di negara-negara maju kita lihat harga ikan rata-rata 4-6 kali lebih 
> mahal dari harga daging, tapi tetap di beli dan dicari, kenapa? Tak lain dan 
> tak bukan karena mereka mengerti dan paham bahwa ikan sangat besar faedah dan 
> manfaatnya. Seratnya jauh lebih halus, asam amino esensialnya jauh lebih 
> lengkap di dalam daging ikan. Kadar kholesterolnya sangat rendah. Apalagi di 
> zaman sekarang kholesterol merupakan sumber bermacam-macam penyakti, di dalam 
> ikanpun banyak kadar phospor dan kalsium yang sangat baik untuk metabolisme 
> otak sehingga orangnya jadi pintar dan untuk pertumbuhan tulang.
> Mungkin karena manfaatnya yang sangat banyak, dari semulah Tuhan etlah 
> memberi isyarat `bangkai ikan halal'. Tentu ikan itu banyak kelebihan dan 
> manfaatnya. Sekaranglah orang baru mengerti manfaat dan keunggulan ikan, 
> sehingga walaupun mahal orang tetap berebut mencarinya. Padahal ikan yang 
> sampai di Jepang sudah lama jadi bangkai, berhari-hari, tentu sebaik-baik 
> bangkai, akan jauh lebih baik yang segar dan yang menggelepar gelepar.
> Saya teringat ikan garing dari lembah Anai, alangkah lezatnya, sampai-sampai 
> sisiknyapun enak digoreng. Kenapa ikan yang hidup di sungai-sungai Sumatera 
> Barat lezat, gurih, bermutu dan bergizi tinggi? Agaknya karena sungai-sungai 
> di Sumbar selalu mengalir dan berair deras, sehingga nafsu makan ikan semakin 
> bertambah. Apalagi bukit dan gunung di Sumbar banyak mengandung mineral dan 
> zat kaput. Akibatnya ikan-ikannya pun mempunyai serat daging yang enak dan 
> lezat serta banyak mineralnya. Makanya ikan dari Sumbar sangat laku di Riau 
> dan Jambi.
> Tapi yang saya tak habis mengerti kenapa orang kita tidak begitu doyan makan 
> ikan? Baik ikan air tawar maupun ikan laut. Padahal ikan-ikan disini dengan 
> mutu yang baik dan harganya jauh lebih murah dari daging. Saya kira sudah 
> masanya kita merubah pola laku dan kebiasaan dari pemakan daging dan lemak 
> serta isi perut atau jeroan, hati, limpa, tambusu dan otak, diubah menjadi 
> kebiasaan makan ikan. Semoga semangatnya bisa pula seperti ikan yang bergerak 
> dan bekerja terus walaupun siang maupun malam sehingga terlahir 
> manusia-manusia seperti orang jepang.
> Jangan sampai kita seperti yang diungkapkan oleh sebuah pepatah `ayam mati 
> kelaparan di atas padi'. Di tanah kita, di tempat kita hidup, di tempat udara 
> kita hirup bertebaran zat-zat dan ikan-ikan yang sangat bermanfaat, tapi kita 
> biarkan begitu saja. Lalu, ikan-ikan ini dicuri oleh bangsa asing, sehingga 
> bangsa asing semakin kuat dan semakin sehat, sedangkan kita?
> Marilah kita syukuri nikmat yang diturunkan Tuhan dengan memanfaatkan dan 
> memaksimalkan penggunaan apa-apa yang diturunkanNya. Untuk itu semua saya 
> teringat akan sebuah firman suciNya dalam Alquran surat An Nahl ayat 14:
> "Dan Dia Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan 
> daripadanya daging yang segar (Ikan) dan kamu mengeluarkan dari lautan itu 
> perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan 
> supaya kamu mencari (keuntungan) daru karuniaNya dan supaya kamu bersyukur.





      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke