Prihatin itu kata yg bisa terucap saat membaca berita ini. Sudah saatnya pemda 
kabupaten damasrara membentuk tim. Karena permasalahan ini sudah sangat 
mendesak. 
keberadaan musium merupakan keharusan, pemda damasraya bisa mengikuti pemko 
sawahlunto untuk hal ini. Dan libatkan para ahli, jangan sampai salah dalam 
mencari ahlinya.

Nanang
jkt 
Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network

-----Original Message-----
From: "Nofiardi" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Mon, 5 May 2008 09:41:58 
To:<RantauNet@googlegroups.com>
Subject: [EMAIL PROTECTED] Benda-Benda Peninggalan Dharmasraya pun Dijual Murah


PadangKini.com | Minggu, 4/5/2008, Pukul 23:11 WIB

Benda-Benda Peninggalan Dharmasraya pun Dijual Murah
Oleh: Syofiardi Bachyul Jb/PadangKini.com

 <http://www.padangkini.com/foto/mozaik/Mozaik-Stempel%20Dharmasraya.jpg>  
LOKASI bekas Kerajaan Dharmasraya yang eksis pada 1286 hingga 1347 Masehi di 
daerah aliran sungai Batang Hari di sekitar Kenagarian Siguntur, Kabupaten 
Dharmasraya sekarang meninggalkan banyak benda purbakala.  
Benda-benda tersebut selain terkubur di situs candi, juga di dalam sungai 
Batang Hari, dan tersimpan secara turun-temurun di beberapa pewaris kerajaan, 
salah satunya Kerajaan Siguntur. Namun benda-benda itu tanpa perlindungan dan 
sebagian jatuh ke tangan penadah barang antik.   
"Dulu banyak dari keluarga kami yang tidak sadar arti benda bersejarah, kalau 
datang penadah barang antik dirayu dengan sehelei atau sekodi kain saja, mereka 
jual apa saja barang lama yang ada di rumah, seperti keramik dan barang-barang 
tembaga," kata Tuan Putri Marhasnida, salah seorang pewaris Kerajaan Siguntur.  
Apalagi ada anggota keluarga Kerajaan yang suka menjual barang. Intan penghias 
gagang keris Gajah Menong yang gagang dan sarungnya berbalut emas murni yang 
diduga berasal dari zaman Dharmasraya (Zaman Majapahit), pun dicopoti untuk 
dijual, sehingga tinggal sebagian.  
"Ada pula mahkota tanduk yang dijual salah seorang raja Kerajaan Siguntur yang 
juga waktu itu menjadi wali nagari zaman Kolonial Belanda karena terbelit 
utang," katanya.  
Masyarakat di sana pun banyak yang tidak sadar arti penting peninggalan 
bersejarah. Pada 1998 seorang pemukat menemukan sebuah patung seorang wanita 
bertangan tiga pasang dari kuningan sebesar paha. Patung itu sudah diperiksa 
ahli purbakala dan ternyata bernama Patung Maisasuri Mahdini.  
"Tapi ketika petugas Museum Kepurbakalaan berpesan agar patung itu disimpan, 
ternyata orang yang menemukan sudah menjualnya ke orang lain seharga tak lebih 
Rp1 juta, kami melacaknya namun sia-sia, kabarnya dijual ke Malaysia," kata 
Marhasnida.  
Tiga Stempel Kerajaan  
Kini Kerajaan Siguntur menyimpan sejumlah benda kuno, termasuk tiga stempel 
yang satu diduga dari Kerajaan Dharmasraya dan dua lainnya dari Kerajaan 
Siguntur setelah Islam.  
"Dengan surat berstempel Kerajaan Siguntur kami bisa masuk tanpa paspor ke 
Malaysia, karena raja Malaysia dulunya berasal dari Dharmasraya," kata 
Marhasnida.  
Benda lainnya yang baru ditemukan di Situs Pulau Sawah adalah bagian bawah 
patung emas sebesar balpoin. Patung emas ini mirip dengan arca emas 
Awalokiteswara bergaya India yang juga ditemukan utuh di bekas Kerajaan Malayu 
Muara Jambi di muara sungai Batang Hari, Provinsi Jambi.  
Namun, benda-benda peninggalan banyak hilang ketika rumah penyimpan sementara 
ketika rumah gadang dipugar pada 1974.  
Kini Marhasnida yang juga guru kesenian di SMP Negeri 2 Pulau Punjung, 
Dharmasraya sedang melobi pemerintah membangun sebuah museum mini untuk 
menyimpan benda-benda tersebut dan sekaligus sebagai pusat informasi 
peninggalan Kerajaan Dharmasraya dan Kerajaan Siguntur.  
"Kami juga mengusulkan kepada pemerintah untuk membuat duplikat Patung Bhairawa 
dan Patung Amoghapasa dan memindahkan semua penemuan di Dharmasraya yang kini 
tersimpan di Museum Adityawarman Padang dan Balai Pelestarian Peninggalan 
Purbakala, Batusangkar ke museum mini yang baru kalau sudah terwujud," 
katanya.  
Nurmatias, Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang yang 
membawahi Sumatra Barat, Bengkulu, dan Sumatra Selatan setuju dengan rencana 
pihak Kerajaan Siguntur.  
"Dharmasraya tak hanya kekayaan arkeologis Sumatra Barat, tapi Indonesia, 
pendirian museum di Kabupaten Dharmasraya ini bagus agar harta kerajaan yang 
tersimpan di masing-masing kerajaan tidak hilang, sebab dikhawatirkan kalau 
disimpan sendiri-sendiri lama-lama hilang," ujarnya.  
Selain Kerajaan Siguntur, juga ada kerajaan kecil setelah Islam yang juga 
mengaku berhubungan dengan Kerajaan Dharmasraya pra-Islam. Kerajaan-kerajaan 
itu adalah Kerajaan Koto Besar, Kerajaan Pulau Punjung, Kerajaan Padang Laweh, 
dan Kerajaan Sungai Kambut yang masing-masing juga memiliki sejumlah 
peninggalan kuno.** 
 Copyright © 2008 www.padangkini.com All Rights Reserved
  
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke