wah, amat menarik kisah bung riri. dari anduang hingga kemampuan berbahasa bangsa urang di ranah minang. hahaha. muna-muna paling menarik. masih adakah muna-muna lainnya mengakar di ranah minang kita? entahlah. salam sutan iwan soekri munaf (lahir di medan, besar di bandung, sempat 2 tahun di ranah minang saat di tubir belasan tahun, kini tinggal di prabumulih)
Riri - Mairizal Chaidir <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamualaikum wr.wb Dunsanak sadonyo. Walaupun ndak rutin, ambo acok mancatat apo sajo nan menarik perhatian ambo (bisa sajo untuak urang lain indak). Setelah punyo komputer, catatan2 tu ambo ketik. Sebagian dari catatan ambo tu tentang pengalaman waktu karajo di Sumbar. Ambo partamo kali ditempatkan bakarajo di Padang, akhir tahun 1984. Duo satangah tahun ambo di situ, sampai akhir Juni 1987, 20 tahun nan lalu. Iko ambo copy kan di bawah, tapi karano iko catatan pribadi, bisa sajo ndak obyektif. Untuak dunsanak, anggap sajo ko bacaan iseng. Wassalam Riri ____ Dunsanak Dadakan Bertugas di Sumbar, kita tidak boleh terkejut kalau seorang yang baru dikenal bertanya hal-hal yang untuk sebagian kita terlalu pribadi. Pertanyaannya bisa mulai dari umur berapa, tinggal di rumah sendiri atau kos, sudah kawin apa belum, anaknya berapa, kampungnya di mana. Nah, kalau sudah tahu kita juga orang Minangkabau, pertanyaan selanjutnya adalah suku (fam) nya apa, nama orang tua siapa dan seterusnya. Maksudnya mungkin biar akrab. Tapi - dalam penugasan - seringkali jawaban kita "disalahgunakan". Jika ternyata kita lebih "yunior", banyak juga yang mencoba "mambaok lalu" (kurang lebih artinya - dilewati). Suatu kali, saya "diwawancarai" oleh staf instansi X yang sedang saya audit. Hasilnya luar biasa, mendadak saya punya "Anduang" (kakek), karena Bendaharawan Proyek - katanya - adalah anak angkat dari Anduang-nya Papa saya. Tadinya saya berpikir untuk mundur, tetapi menurut atasanya saya tidak perlu, karena "Anduang Angkat" saya itu merupakan Bendaharawan Proyek di tingkat propinsi, yang praktis hanya mengelola anggaran untuk kebutuhan administrasi kantor, sedangkan untuk kegiatan-kegiatan yang nilai rupiahnya tinggi di kelola oleh Pembantu Bendaharawan di masing2 Daerah Tingkat II - yang juga kita audit. Jadi "Anduang" saya ini hanya mengkompilasi laporan Dati II, tanpa tahu rinci isinya. Hari terakhir field work, kebetulan Papa saya datang dari Jakarta. Saya tanya beliau apakah kenal dengan pak X, dijawab kenal. Tapi waktu saya tanya apakah benar pak X itu "Pak Etek" nya Papa, saya mendapat jawaban: "Pak Etek dari ma, urang tu memang tingga nyo dulu di Silaiang, kalau ka pasa lalu di muko rumah ..." (Oom dari mana, itu orang memang sering lewat di depan rumah). Untung saya masih punya sisa waktu beberapa hari, besok paginya saya telepon Pimpro untuk membuat rekapitulasi berbagai tabel keuangan (yang sebenarnya tidak saya perlukan). Tiga hari berikutnya, "Anduang saya" datang ke kantor menemui saya dengan mata seperti lelah, minta maaf baru bisa menyelesaikan sebagian dari tabel yang saya minta. Ha ha, memang bukan pekerjaan mudah untuk merekonstruksi tabel dengan cara manual (tahun 1985 belum ada komputer di sana). Bukan hanya sekali itu saya mendapat "Dunsanak Dadakan", walaupun kadang-kadang versinya berbeda. Pernah waktu memeriksa pembanguan jalan di Solok, pemborongnya mengajak saya bersahabat. Dia akan menjamin saya bisa mendapat saluran telepon , karena Akmal Djamil, Kepala Kantor Telepon Padang (waktu itu) itu kakaknya dia. Tentunya saya jawab dengan bersahabat pula, bahwa saya tidak terlalu membutuhkan telepon, jadi dia tidak perlu susah susah membantu. Saya katakan juga, kalau sewaktu-waktu saya butuh telpon, saya bsa datang ke telkom, dan akan saya daftarkan atas nama Bapak saya - Chadir Djamil, mudah-mudahan pak Akmal itu akan membantu karena nama belakangnya sama. Yang saya tidak katakan ke dia adalah: "Kalau begitu kita dunsanak Dadakan". Ha ha ha, dia tidak perlu tahu - dan malu di depan orang - bahwa Akmal Djamil itu adik dari Bapak saya, om saya langsung. Walaupun adik satu Bapak, tetapi dari dulu kami tidak pernah merasa itu "Oom Tiri". Mereka dibesarkan sama-sama, jadi saya tahu persis bahwa Oom Akmal (dan Papa saya) itu tidak punya adik yang jadi pemborong. Yang Muna-Muna Beberapa bulan pertama saya tinggal di Padang Pasir, kemudian pindah ke Lapai, tetapi sekitar enam bulan pindah lagi ke Padang Pasir. Dari rumah ke kantor - di Jl. Rasuna Said, pojokan Jl Ujung Gurun - saya selalu lewat jalan dalam. Sebelum sampai Ujung Gurun, di belakang kantor Gubernur ada sebuah kantor. Saya tidak terlalu memperhatikan nama kantornya, tapi yang jelas di situ saya selalu melihat banyak mobil-mobil bagus. Suatu kali saya dapat penugasan ke sana. Ada beberapa tim, ada yang mengaudit anggaran rutin kantor tingkat propinsi maupun Dati II, ada tim yang mengaudit proyek-proyek. Saya pikir asyik juga, dekat dari rumah. Yang membuat saya surprise adalah, selama saya mengaudit di sana, halaman parkirnya sepi. Hanya ada satu mobil, itupun pelat merah ...mobil dinas kepala kantor Lagu Minang Paling Top dinyanyikan Dian Pisesa Sebelum ditempatkan di Padang, saya sedang 'getol-getolnya' dengan lagu Minang. Waktu itu saya hafal sekali di radio mana dan kapan ada acara Minang. Sampai di Padang, setiap hari saya cari-cari di radio (ada 2 atau 3 saluran FM) sangat sulit menemukan lagu Minang. Yang ada selalu Dian Pisesa - saya tidak tahu judulnya, tapi sangat hafal liriknya, "Bukan Perpisahan yang ku Tangisi, Namun Pertemuanlah yang Aku Sesali ..." Di mana2 lagu itu, di kendaraan umum (salah satu yang saya kagumi di Sumbar, sound systemnya bagus2), di pasar, di mana saja. Ada kawan saya yang bilang, itu namanya lagu Mikrolet (karena selalu diputar di Honda, sebutan untuk mikrolet. Tapi ada juga teman kantor yang bilang: Lagu Minang Paling Top ya itu ..., yang dinyanyikan Dian Pisesa. Tahun berikutnya, lagu itu bukan lagi menjadi lagu paling top, sudah berganti dengan Betharia Sonatha: "Pulangkan saja, aku pada ibuku, atau ayahku ..." Jadi Bisa Bahasa Sunda Saya sejak lahir sampai SMA Semester 1 di Padangpanjang. Pindah ke Jakarta, di rumah kami sehari-hari berbahasa Minang. Jadi buat saya tidak ada masalah kalau bekerja di Padang. Tetapi, entah mengapa, orang-orang di Kantor ataupun tetangga tidak mau berbahasa Minang kalau bicara dengan saya. Walaupun saya bicara bahasa Minang, mereka menanggapi dengan bahasa Indonesia. Ternyata bukan hanya dengan saya, saya dengar anak-anak muda pun berbahasa Jakarta diantara mereka. Saya dengar tetangga pun berbahasa Indonesia ke anaknya yang SD (walaupun pas waktu marah yang keluar adalah "caruik"). Di Kantor, banyak orang dari daerah Jawa Barat. Mereka berbahasa Sunda sesama mereka. Akhirnya kita banyak yang ikut-ikutan. Nah, saya jadi bisa bahasa Sunda karena bekerja di Padang. Hebat kan tuh? Ada kawan saya yang orang Jawa Timur, 3 tahun di Padang tetap tidak bisa bahasa Minang, kecuali mengucapkan dialog yang sangat disukainya: "Kurari?" (Pukua bara ari - jam berapa?) dan "Ta Ku ra ku ra ri" (Antah pukua bara pukua bara ari) ... Istilah dan teknik audit Baik dalam Buku Kas, maupun dalam dokumen pemeriksaan kas, ada istilah "selisih". Dan di bawah selisih itu ada ruang untuk penjelasan selisih tersebut (semacam rekonsiliasi kalau di akuntansi umum). Jadi kalau ada selisih kas, tidak berarti ada masalah di Bendaharawan tersebut. Tapi ternyata banyak Bendaharawan - dan atasannya - yang alergi dengan itu, mereka minta supaya pemeriksaaan kas ditunda dulu, karena mereka mau menyelesaikan pembukuannya. Ada teman saya yang mendesak untuk tetap memeriksa kas pada waktu itu juga (kalau pemeriksaan gaya ICW mmemang memungkinkan itu, datang, segel ruangan, segel semuanya, periksa kas). Tapi seringkali berujung dengan "kekacauan", karena Bendaharawan berusaha "menambah dan mengurangi" uang kas nya dengan mengeluarkan uang dari dompet, meinjam ke temannya, dan kemudian kalau ternyata kelebihan mengatakan: "Oo ... iyo, iko pitih si Anu patang ko ma ..." (Oh iya, ini kemaren uang si Anu...) "Teknik audit" yang saya gunakan adalah, saya tidak pernah datang-datang langsung periksa kas. Secara implisit sebenarnya saya membiarkan mereka menyelesaikan dulu pembukuanya. Aman kok, Buku Kas hanya satu dari bahan yang bisa diaudit. Serapi apapun buku kasnya, tidak bisa menyembunyikan apa-apa kalau dokumen atau bukti lain mengatakan sebaliknya. Dan, jangan lupa, kalau mereka telah "macam-macam" selama sekian bulan, memperbaiki buku kas selama setengah hari itu tidak akan menghasilkan apa-apa, kecuali 'celah baru". Kalaupun nantinya ada selisih kas yang ternyata karena Bendaharawan menggunakan uang tunai untuk keperluan pribadinya, dalam komunikasi lisan itu lebih baik disebut "belum dibukukan". --------------------------------- Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links. Image by FlamingText.com --------------------------------- Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles. Visit the Yahoo! Auto Green Center. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, bulan Juni 2008. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Harap memperhatikan urgensi posting email, yang besar dari >300KB. - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, tidak dianjurkan! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id&cd=US&service=groups2. ========================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---